Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Strategi Penguatan Literasi dan Numerasi Pascaasesmen Nasional

14 April 2022   15:10 Diperbarui: 18 April 2022   08:59 1536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak membaca buku yang disediakan relawan Cawang Atas, Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (11/10/2019).|KOMPAS.com/M ZAENUDDIN

Lagi-lagi, kegiatan literasi dan numerasi jangan sampai hanya sebatas formalitas dan seremonial saja. Asal terlaksana dan kurang berdampak terhadap peningkatan mutu pembelajaran. 

Kita patut memberikan apresiasi kepada pihak-pihak yang terus menggerakkan dan mengampanyekan literasi walau dihadapkan pada beragam tantangan. Bahkan ada yang mengeluarkan dana sendiri untuk melalukan hal tersebut.

Saat ini, hampir di setiap daerah kabupaten, kota, dan provinsi diangkat Bunda Literasi. Biasanya yang menjabatnya adalah istri-istri kepala daerah. Secara politis, adanya bunda literasi diharapkan dapat mendorong daerah untuk serius meningkatkan mutu masyarakat khususnya peserta didik melalui gerakan literasi melalui berbagai kebijakan dan program.

Idealnya, gerakan literasi di daerah bukan hanya melibatkan Dinas Pendidikan saja, tetapi juga melibatkan berbagai pemangku kepentingan seperti Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Dewan Pendidikan, Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah, Bappeda, Kementerian Agama, dunia usaha/dunia industri, komunitas pegiat literasi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan sebagainya. 

Di sinilah diharapkan adanya sinergi, kolaborasi, dan gotong royong untuk meningkatkan mutu literasi dan numerasi. Sinergi dan kolaborasi itu akan lebih terkoordinasi melalui sebuah tim penggerak literasi di daerah.

Di satuan pendidikan pun, kepala sekolah perlu menggandeng Komite Sekolah, dunia usaha/dunia industri, komunitas pegiat literasi, dan perwakilan masyarakat lainnya untuk meningkatkan mutu literasi dan literasi di sekolah. 

Para guru pun sebaiknya diberikan pelatihan untuk menguatkan proses pembelajaran dan asesmen berbasis literasi dan numerasi. Dengan demikian, peningkatan mutu literasi dan numerasi peserta didik pascaasesmen nasional perlu dilakukan secara fokus, terarah, sinergis, kolaboratif, dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Inilah sejatinya peningkatan pendidikan berbasis gotong royong.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun