Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Supervisi Pembelajaran dalam Paradigma Merdeka Belajar

9 Oktober 2021   21:48 Diperbarui: 14 Oktober 2021   09:49 5574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Uji coba pembelajaran tatap muka (PTM) tahap 2 di SDN Kebayoran Lama Selatan 17 Pagi, Jakarta, Rabu (9/6/2021).| Sumber: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc.

Suatu hari ada seorang kepala sekolah yang bertanya kepada saya tentang bagaimana melakukan supervisi pembelajaran yang sesuai dengan konsep merdeka belajar. 

Saya menjawab bahwa pada dasarnya sama saja dengan supervisi pada umumnya. Merdeka belajar hanya sebuah spirit yang mendorong agar pembelajaran dilaksanakan secara merdeka, baik bagi guru maupun bagi peserta didik.

Guru merdeka merancang skenario pembelajaran, merdeka melakukan pembelajaran di kelas, dan merdeka dalam menilai hasil belajar peserta didik. Sedangkan bagi peserta didik, mereka merdeka belajar dari beragam sumber belajar, merdeka belajar sesuai dengan minat dan gaya belajarnya, merdeka mengekspresikan ide atau gagasan, merdeka dalam memberikan pertanyaan kepada guru, dan merdeka menanggapi penjelasan guru.

Supervisi adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang supervisor untuk melihat, mengamati, dan menilai sebuah proses pelaksanaan kegiatan untuk kemudian dijadikan sebagai bahan dalam pemberian pertimbangan, saran, atau rekomendasi untuk peningkatan mutu. 

Dalam konteks pembelajaran, supervisi pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengawas, kepala sekolah, atau juga dibantu oleh guru senior dengan tujuan untuk membantu guru meningkatkan mutu pembelajaran. Supervisi bukan bertujuan untuk mencari kesalahan guru, menghakimi guru, apalagi mempermalukan guru.

Biasanya supervisor membuat jadwal supervisi untuk satu semester atau satu tahun pelajaran. Walau demikian, sebelum supervisi, terlebih dahulu sebaiknya dibuat kesepakatan antara supervisor dan guru terkait jadwal pelaksanaan supervisi. 

Seorang supervisor yang profesional bukan hanya mengatur jadwal supervisi, tetapi juga secara terbuka menyampaikan dan berdiskusi dengan guru berkaitan dengan hal yang akan disupervisi dan instrumen yang akan digunakan pada supervisi. 

Supervisor juga sebaiknya membantu guru menyiapkan rencana pembelajaran yang akan digunakan oleh guru saat disupervisi.

Supervisor tidak dibenarkan melakukan supervisi secara mendadak atau memaksakan supervisi kepada guru yang belum siap disupervisi, karena hampir dipastikan guru tidak akan nyaman dan tertekan saat melakukan pembelajaran tanpa persiapan sebelumnya. Apalagi akan disupervisi yang selain diamati cara mengajarnya, juga tidak dapat dipungkiri ujung-ujungnya akan dinilai oleh supervisor.

Pada kegiatan supervisi pembelajaran, supervisor ikut masuk ke dalam kelas, kemudian mengamati guru mengajar dengan menggunakan lembar observasi. Sambil mengamati guru mengajar, supervisor juga mencermati Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru untuk memastikan kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan RPP yang dibuatnya.

Pascasupervisi, supervisor menyampaikan hasil supervisi berupa hal yang sudah baik dan hal yang masih harus ditingkatkan oleh guru. Supervisor dan guru mendiskusikan alternatif solusi untuk peningkatan mutu pembelajaran. Tindak lanjutnya, supervisor harus membimbing dan memastikan bahwa guru melakukan berbagai hal untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

Dalam kaitannya dengan merdeka belajar, supervisi yang dilakukan oleh supervisor selain mengamati tahapan-tahapan pembelajaran seperti kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup, menurut saya, supervisor juga mengamati beberapa hal seperti; 

1) Guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi peserta didik, 

2) Guru menghargai perbedaan individual peserta didik, 

3) Guru melakukan pembelajaran sesuai dengan minat dan kemampuan peserta didik (pembelajaran terdiferensiasi), 

4) Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya atau menyampaikan pendapat,

5) Tidak ada perundungan di dalam kelas, 

6) Guru mengintegrasikan nilai-nilai budi pekerti atau karakter pelajar Pancasilais dalam pembelajaran, 

7) Guru melakukan pembelajaran dengan paradigma baru/berpusat kepada peserta didik, 

8) Guru menyajikan materi secara kontekstual, 

9) Guru merangsang peserta didik berpikir kritis, dan 10) guru melakukan penilaian proses selama pembelajaran.

Supervisor bebas menyusun instrumen yang akan digunakan untuk melakukan supervisi. Intinya bisa meng-cover atau menilai hal-hal yang disebutkan di atas. Walau demikian, dalam kegiatan supervisi, supervisor itu sendiri adalah "instrumen utama" observasi pembelajaran. Indera tubuh seperti mata dan telinga bisa digunakan sebagai instrumen observasi. 

Oleh karena itu, selain menggunakan instrumen yang biasanya sudah baku dan bersifat kuantitatif (misalnya menggunakan angka/skala penilaian), supervisor juga membuat catatan atau jurnal pelaksanaan observasi/supervisi yang akan mendukung objektivitas dan akurasi hasil supervisi. 

Supervisor pun sangat disarankan menggunakan video untuk merekam kegiatan observasi dan jadikan sebagai bahan diskusi peningkatan mutu pembelajaran dengan guru yang disupervisi.

Berdasarkan kepada uraian di atas, maka perlu digarisbawahi bahwa supervisi yang dilakukan pada konteks merdeka belajar pada dasarnya sama saja dengan supervisi pembelajaran pada umumnya, hanya dikembangkan kepada penguatan paradigma guru pada pembelajaran yang menjadikan peserta didik sebagai subjek pembelajaran yang mampu berpikir kritis.

SUPERVISI PEMBELAJARAN DALAM PARADIGMA MERDEKA BELAJAR

Oleh: IDRIS APANDI

(Praktisi dan Pengamat Pendidikan) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun