Pada tahun 2045, Indonesia akan memasuki 100 tahun kemerdekaannya dan sudah dicanangkan Indonesia Emas dimana saat itu Indonesia akan mengalami bonus demografi, yaitu banyak generasi bangsa yang berusia produktif.Â
Oleh karena itu, generasi muda harus disiapkan dari saat ini, termasuk pemahamannya terhadap Pancasila agar tidak terpengaruh oleh ideologi lain, baik ideologi "kanan" seperti liberalisme atau ideologi "kiri" seperti Marxisme-Leninisme (sosialisme-komunisme).
Pada masa Orde Baru dikenal Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Hal ini wajib dilaksanakan oleh sekolah, kampus, bahkan intansi pemerintah sebagai bentuk indoktrinasi Pancasila kepada pelajar, mahasiswa, dan pegawai pemerintah.Â
Seiring dengan berakhirnya kekuasaan Orde Baru tahun 1998, maka P4 pun dihilangkan karena dianggap sebagai alat propaganda penguasa orde baru kepada rakyat.Â
Penafsiran Pancasila hanya didasarkan atas tafsir tunggal penguasa orde baru saat itu dalam bentuk butir-butir P4. Selain P4, juga ada Gerakan Hidup Berpancasila (GHBP), tapi nasibnya sama seperti P4 yang hilang seiring dengan runtuhnya rezim orde baru.
Program "Pelajar Pancasila(is)" jangan sampai menjadi P4 gaya baru, tetapi harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Teknisnya bukan lagi ceramah atau indoktrinasi, tetapi dikemas melalui berbagai cara atau strategi yang menarik.Â
Apalagi fokusnya adalah untuk generasi muda yang dikenal dengan sebutan generasi millennial atau generasi Z. Mereka dikenal kritis dan melek Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Di sekolah, integrasi Pancasila kepada pelajar bisa dilakukan melalui kegiatan pembiasaan, upacara bendera, kegiatan pembelajaran (intrakurikuler), dan kegiatan ekstrakurikuler.Â
Sekolah pun dapat menyelenggarakan beragai kegiatan seperti lomba-lomba penulisan artikel, puisi, pantun, gambar, poster, film pendek, dan pidato seputar pengamalan Pancasila.Â
Siswa bisa juga diminta untuk membuat semacam praktik terbaik (best practice) sederhana seputar pengamalan Pancasila di lingkungan tempat tinggalnya.
Sekolah bisa melaksanakan program penguatan literasi Pancasila, festival Pancasila, kemah Pancasila, dan sebagainya. Sekolah pun bisa melaksanakan semacam kelas inspirasi dimana sekolah mengundang orang tua, orang dari kalangan profesi tertentu, atau tokoh tertentu untuk menyampaikan kisah atau pengalamannya dalam mengamalkan Pancasila.