Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Strategi Mewujudkan Pelajar Pancasila(is)

4 Oktober 2020   11:55 Diperbarui: 4 Oktober 2020   12:04 1023
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

STRATEGI MEWUJUDKAN PELAJAR PANCASILA(IS) 

Oleh: IDRIS APANDI 

(Penulis Buku Kajian Pancasila Kontemporer)

 Salah satu program yang digulirkan oleh Kemendikbud adalah program "Pelajar Pancasila(is)". Program ini bertujuan untuk mewujudkan pelajar Indonesia yang berkepribadian Pancasila dan mampu melaksanakan Pancasila dalam kehidupannya sehari-hari. 

Menurut saya, program ini adalah untuk memperkuat program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang telah digulirkan sejak beberapa tahun yang lalu, bahkan presiden Joko Widodo telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter. 

Pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa "Penguatan Pendidikan Karakter yang selanjutnya disingkat PPK adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM)."

Sesuai nama programnya, fokus dari program Pelajar Pancasila(is) sepertinya tidak akan lepas dari sosialisasi, pengenalan, dan penumbuhan (internalisasi) Pancasila kepada para pelajar melalui berbagai cara atau strategi hingga Pancasila menjadi cermin kepribadian dan jati diri setiap generasi muda.

Pascaarus reformasi tahun 1998 hingga saat ini, kondisinya memang cukup ironis dan memprihatinkan. Banyak masyarakat, khususnya generasi muda yang tidak hapal Pancasila. 

Pelajar, mahasiswa, calon pekerja, peserta kontes kecantikan, dan masyarakat umum saat dites hapalan Pancasila ada yang tidak bisa mengucapkannya dengan lancar dan runtut. Walau Pancasila memang bukan untuk dihapal, tetapi setidaknya pemahaman dan pengamalan Pancasila berawal dari hapalan terhadap Pancasila.

Radikalisme, separatisme, intoleransi, dan isu SARA berpotensi mengancam keutuhan bangsa yang majemuk dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Oleh karena itu, Pancasila sebagai dasar negara, ideologi negara, dan pandangan hidup bangsa diharapkan menjadi alat pemersatu dan sekaligus alat untuk membendung berbagai potensi masalah yang merusak harmoni kehidupan berbangsa dan bernegara.

Arus globalisasi dan revolusi industri 4.0 yang saat ini terjadi pun perlu disikapi dengan menguatkan rasa nasionalisme dan patriotisme kepada generasi muda. Mereka siap berkompetisi dan berkolaborasi dengan bangsa-bangsa lain di dunia dengan tetap berdasarkan kepada Pancasila agar mereka tidak kehilangan jati diri.

Pada tahun 2045, Indonesia akan memasuki 100 tahun kemerdekaannya dan sudah dicanangkan Indonesia Emas dimana saat itu Indonesia akan mengalami bonus demografi, yaitu banyak generasi bangsa yang berusia produktif. 

Oleh karena itu, generasi muda harus disiapkan dari saat ini, termasuk pemahamannya terhadap Pancasila agar tidak terpengaruh oleh ideologi lain, baik ideologi "kanan" seperti liberalisme atau ideologi "kiri" seperti Marxisme-Leninisme (sosialisme-komunisme).

Pada masa Orde Baru dikenal Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Hal ini wajib dilaksanakan oleh sekolah, kampus, bahkan intansi pemerintah sebagai bentuk indoktrinasi Pancasila kepada pelajar, mahasiswa, dan pegawai pemerintah. 

Seiring dengan berakhirnya kekuasaan Orde Baru tahun 1998, maka P4 pun dihilangkan karena dianggap sebagai alat propaganda penguasa orde baru kepada rakyat. 

Penafsiran Pancasila hanya didasarkan atas tafsir tunggal penguasa orde baru saat itu dalam bentuk butir-butir P4. Selain P4, juga ada Gerakan Hidup Berpancasila (GHBP), tapi nasibnya sama seperti P4 yang hilang seiring dengan runtuhnya rezim orde baru.

Program "Pelajar Pancasila(is)" jangan sampai menjadi P4 gaya baru, tetapi harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Teknisnya bukan lagi ceramah atau indoktrinasi, tetapi dikemas melalui berbagai cara atau strategi yang menarik. 

Apalagi fokusnya adalah untuk generasi muda yang dikenal dengan sebutan generasi millennial atau generasi Z. Mereka dikenal kritis dan melek Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

Di sekolah, integrasi Pancasila kepada pelajar bisa dilakukan melalui kegiatan pembiasaan, upacara bendera, kegiatan pembelajaran (intrakurikuler), dan kegiatan ekstrakurikuler. 

Sekolah pun dapat menyelenggarakan beragai kegiatan seperti lomba-lomba penulisan artikel, puisi, pantun, gambar, poster, film pendek, dan pidato seputar pengamalan Pancasila. 

Siswa bisa juga diminta untuk membuat semacam praktik terbaik (best practice) sederhana seputar pengamalan Pancasila di lingkungan tempat tinggalnya.

Sekolah bisa melaksanakan program penguatan literasi Pancasila, festival Pancasila, kemah Pancasila, dan sebagainya. Sekolah pun bisa melaksanakan semacam kelas inspirasi dimana sekolah mengundang orang tua, orang dari kalangan profesi tertentu, atau tokoh tertentu untuk menyampaikan kisah atau pengalamannya dalam mengamalkan Pancasila.

Keteladanan 

Dari berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk menanamkan atau menginternalisasikan Pancasila kepada pelajar, menurut saya, satu hal yang sangat penting adalah KETELADANAN, mulai dari keteladanan orang tua, guru, pemimpin, dan tokoh-tokoh masyarakat, karena tanpa keteladanan, sebaik apapun sebuah program, hanya akan indah di atas kertas, kurang berdampak, dan tidak akan mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu membentuk generasi bangsa yang Pancasila(is).

Sebuah pepatah bijak mengatakan bahwa "satu perbuatan lebih utama dari sejuta nasihat." Hal ini menunjukkan pentingnya sebuah keteladanan dalam berbagai hal, termasuk dalam hal pengamalan Pancasila. 

Dalam kehidupan masyarakat sebenarnya juga sudah banyak contoh pengamalan Pancasila seperti toleransi, gotong royong, musyawarah, dan budaya saling membantu. 

Nilai-nilai agama dan nilai kearifan lokal juga bisa turut mendukung pengamalan Pancasila, karena Pancasila pun digali oleh Ir. Soekarno presiden ke-1 RI dari nilai-nilai kearifan lokal yang telah lama hidup, tumbuh, dan berkembang dalam masyarakat.

Indonesia saat ini telah memiliki Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP). Badan ini diharapkan bisa memperjelas arah dan tujuan program pelajar Pancasila(is) yang diluncurkan oleh Kemendikbud.

BPIP awalnya bernama Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP PIP). Kemudian berubah nama menjadi badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2018. 

BPIP mempunyai tugas membantu Presiden dalam merumuskan arah kebijakan pembinaan ideologi Pancasila, melaksanakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian pembinaan ideologi Pancasila secara menyeluruh dan berkelanjutan.

BPIP juga bertugas melaksanakan penyusunan standardisasi pendidikan dan pelatihan, menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, serta memberikan rekomendasi berdasarkan hasil kajian terhadap kebijakan atau regulasi yang bertentangan dengan Pancasila kepada lembaga tinggi negara, kementerian/lembaga, pemerintahan daerah, organisasi sosial politik, dan komponen masyarakat lainnya.

Semoga program "Pelajar Pancasila(is)" benar-benar menjadi program yang dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan berkesinambungan, bukan hanya "kegiatan sesaat". 

Program ini pun perlu melibatkan berbagai pihak agar tercipta sinergi dan kolaborasi, karena kalau hanya mengandalkan salah satu pihak, misalnya sekolah saja, maka, menurut saya, tujuan dari program ini sulit bisa terwujud.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun