Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Masih Relevankah Skripsi sebagai Syarat Kelulusan Calon Sarjana?

8 November 2019   22:11 Diperbarui: 8 November 2019   22:28 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

oleh:

IDRIS APANDI

(Praktisi dan Pemerhati Pendidikan)

Skripsi merupakan kata yang populer di kalangan mahasiswa tingkat akhir. Mengapa demikian? Karena mereka harus menyusun skripsi sebagai salah satu syarat lulus menjadi sarjana. 

Menyusun skripsi termasuk ke dalam SKS perkuliahan. Pada umumnya skripsi yang ditulisnya berupa penelitian hubungan variabel x dan variabel y, pengaruh variabel x terhadap variabel y, atau penelitian deskriptif kualitatif.

Dalam prosesnya ada yang berjalan mulus, setengah mulus, tidak mulus, bahkan drop out gara-gara tidak dapat menyelesaikannya sesuai dengan target waktu yang telah ditetapkan atau karena sudah tidak mau lagi melanjutkannya. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor mahasiswanya itu sendiri atau faktor dari luar mahasiswa.

Ada beberapa hal yang menyebabkan seorang mahasiswa tidak menyelesaikan skripsinya, antara lain; masalah yang diteliti tidak sesuai dengan minatnya sehingga dia mengalami kesulitan dan kurang motivasi menyelesaikannya, kurang memiliki kemampuan menulis yang  baik, komunikasi dengan pembimbing bermasalah, malas bimbingan kepada pembimbing, faktor biaya, faktor mental, dan sebagainya.

Menulis skripsi menjadi hal yang horor yang bagi sebagian mahasiswa karena kemampuannya terbatas dalam menulis, walau sebenarnya saat perkuliahan mereka terbiasa membuat makalah atau tugas lainnya.

 Mengapa demikian? Karena proses menulis skripsi disamping harus sesuai dengan panduan yang telah diterbitkan oleh perguruan tinggi tempatnya kuliah, juga harus siap "dibantai" oleh dosen pembimbing karena dianggap banyak kesalahan, dan perbedaan selera atau pendapat antara pembimbing 1 dan 2 baik dalam dalam penulisan maupun metodologi penelitian yang digunakan. Hal inilah yang membuat sang mahasiswa bingung pendapat siapa yang harus dijadikan patokan. Dampaknya, kadang dia malas untuk melanjutkannya.

Saya pernah mendengar pendapat seorang ahli bahwa seseorang yang belajar termasuk mahasiswa, setelah lulus tidak semuanya akan menjadi akademisi, peneliti, atau ilmuwan, tetapi banyak juga bekerja dalam bidang lain. 

Bagi yang lanjut bekerja setelah lulus sarjana, skripsi merupakan karya ilmiah yang pertama sekaligus terakhir baginya (kecuali kalau dia melanjutkan pendidikan ke jenjang S-2 dan S-3 setelah bekerja).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun