Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendekatan Saintifik, Hots, Literasi, dan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Abad 21

21 Juni 2019   14:42 Diperbarui: 29 Juni 2021   06:59 17608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

HOTS

Dalam pembelajaran saintik, selain guru membimbimbing dan mengarahkan siswa menjadi peserta didik, siswa pun digiring untuk melaksanakan pembelajaran HOTS (Higher Order Thinking Skills). Pada pembelajaran HOTS, siswa bukan hanya diarahkan untuk sekedar mengetahui (C-1), memahami (C-2), dan menerapkan (C-3) yang dikenal dengan kognitif tingkat rendah atau LOTS (Lower Order Thinking Skills), tetapi ditingkatkan kepada ranah menganalisis (C-4), mengevaluasi (C-5), dan mencipta (C-6).

Pada pembelajaran HOTS, siswa didorong untuk untuk berpikir kritis dan dan menyelesaikan masalah melalui pengerjaan tugas atau projek. Guru memberikan rangsangan atau stimulant yang agar siswa terangsang untuk berpikir, menyampaikan tanggapan, ide, atau bahkan solusi yang dari rangsangan yang diberikan. Rangsangan bisa dalam bentuk sebuah kasus yang diambil dari berita, kisah yang dibuat oleh guru, atau fenomena yang sedang terjadi di masyarakat.

Pembelajaran pun perlu dilakukan secara kontekstual agar berjalan lebih menarik. Agar suasana pembelajaran lebih hidup dan menarik, guru membuka perlu membuka ruang kepada siswa untuk berekspresi dan berpendapat agar siswa memiliki kepercayaan diri untuk menyampaikan pendapat. Kemampuan berpikir kritis siswa juga dapat dilatih melalui kegiatan eksperimen di laboratorium.

Sebelum menerapkan pembelajaran HOTS, terlebih dahulu guru menyusun  Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan mengimplementasikan HOTS. Kata-kata Operasional (KKO) yang tercantum pada Indikator Ketercapaian Kompetensi (IPK) perlu dicantumkan hal yang menghasilkan kompetensi siswa pada ranah C-4, C-5, atau C-6. Walau demikian, tidak setiap Kompetensi Dasar (KD) dapat dijadikan sebagai HOTS. Kalau dipaksakan menjadi HOTS, disamping menjadi rancu, juga akan mempersulit guru dalam pembelajaran dan mengukur hasil belajarnya.

Beberapa model pembelajaran seperti yang saya sebut di atas disarankan kepada guru untuk dilakukan untuk menciptakan HOTS dalam pembelajaran. Selain model-model pembelajaran yang sudah banyak dikenal oleh guru, guru pun diharapkan untuk menggunakan atau mengembangkan mode-model pembelajaran yang lebih variatif agar pembelajaran lebih menyenangkan dan menantang.

Pembelajaran yang HOTS ditindaklanjuti dengan penilaian HOTS. Soal-soal yang diberikan harus mengukur ketercapaian siswa pada ranah C-4, C-5, dan C-6, disesuaikan dengan KKO yang telah ditetapkan pada RPP. Instrumen test yang digunakan bisa dalam bentuk soal Pilihan Ganda (PG) atau uraian.

Soal PG dan HOTS yang berorientasi pada HOTS tentunya bukan sekedar menanyakan sekedar menanyakan "apa?", "siapa?", "kapan?" dan "dimana?", tetapi menanyakan "mengapa?" dan "bagaimana?". Berdasarkan kepada hal tersebut, maka guru harus banyak membiasakan soal-soal HOTS kepada siswa, agar siswa terbiasa mengasah nalar, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan solutif.

Literasi 

Literasi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran saintifik. Aktivitas mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar/ mengasosiasikan, sampai kepada mengomunikasikan sarat dengan aktivitas literasi. Maksud literasi disini bukan hanya literasi dalam konteks membaca dan menulis, tetapi juga dalam konteks yang lain, seperti literasi teknologi, literasi informasi, literasi komunikasi, literasi sosial, literasi lingkungan, literasi keuangan, literasi TIK literasi sains, literasi kesehatan, literasi hukum, dan sebagainya. Aktivitas belajar siswa dari awal sampai dengan akhir penuh dengan literasi.

Tujuan digulirkannya gerakan literasi di sekolah adalah untuk meningkatkan minat, kuantitas, dan kualitas dalam berliterasi khususnya dalam membaca, sehingga  terbangun warga sekolah yang literat. Warga sekolah yang literat akan mendukung terhadap terbentuknya sekolah sebagai organisasi pemelajar, karena hakikat dari literasi adalah kemelekkan terhadap berbagai data atau informasi yang diperlukan untuk menunjang kegiatan belajar atau kehidupannya sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun