Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Bagaimana Menangani Karyawan yang Kritis di Kantor?

5 Mei 2019   07:53 Diperbarui: 5 Mei 2019   11:25 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk menangani staf yang kritis, menurut saya cukup mudah, yaitu melalui pendekatan "tepuk bahu" atau "pendekatan ngopi". Staf yang kritis tersebut diajak bicara 4 (empat) mata secara baik-baik dalam suasana yang santai dan bersahabat.  Pada kondisi demikian, seorang pimpinan harus siap menjadi seorang pendengar yang baik. 

Tanya kepada staf yang kritis tersebut, apa harapan-harapannya terhadap lembaga? Apa saja kekurangan manajemen dalam pandangannya? Apa alternatif solusi yang ditawarkannya? Apakah dia bersedia menjadi bagian dari solusi permasalahan? Dan kapankah solusi tersebut bisa terealisasi?

Pada dasarnya seorang staf ingin diakui eksistensinya dalam sebuah lembaga, ingin aspirasi atau pendapatnya didengar dan ditampung. Walau belum tentu direalisasikan, tetapi setidaknya, dia sudah plong, saat dia memiliki kesempatan untuk menyampaikannya kepada pimpinan. 

Serendah-rendahnya kinerja seorang staf, dia ingin agar kontribusinya pun diakui, karena dia juga merupakan bagian dari sistem. Disinilah budaya apresiasi perlu ditumbuhkan.

Pemimpin selanjutnya memfasilitasi proses penyelesaian masalah dengan menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan. Disamping belajar untuk memberikan kepercayaan, hal ini juga sekaligus menjadi tantangan dan tanggung jawab bagi staf yang kritis, apakah dia memang bisa bekerja atau hanya omong doang? 

Oleh karena itu, seorang pimpinan jangan khawatir, takut (phobia), apriori atau under estimate terhadap staf yang kritis. Biasanya staf yang kritis memiliki daya analisis yang tinggi untuk mencari solusi.

Hal inilah yang perlu dimanfaatkan dan diberdayakan oleh seorang pimpinan. Toh, kalau kinerja lembaga baik, nama pimpinan juga akan terbawa harum. Intinya, jadikan staf kritis sebagai mitra berdiskusi mencari solusi, bukan orang yang harus dihindari, dijauhi, dihakimi, diintimidasi, bahkan "dihabisi". Wallaahu a'lam.

Idris Apandi, Praktisi Pendidikan, Pemerhati Masalah Sosial

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun