Tidak dapat dipungkiri bahwa status akreditasi disamping menjadi syarat kelayakan bagi sekolah/madrasah, juga menjadi gengsi dan nilai jual bagi lembaga pendidikan yang bersangkutan. Oleh karena itu, menjelang akreditasi, mereka mempersiapkan diri secara matang agar kegiatan berjalan berlancar, sukses, dan hasilnya memuaskan.
Asesor Berintegritas
Pelaksanaan akreditasi agar berjalan dengan baik tentunya diperlukan sosok profesional. Menurut Saya, seorang asesor profesional menguasai beberapa beberapa kompetensi, baik dari sisi pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dari sisi pengetahuan, dia mengetahui seluk beluk seputar akreditasi.Â
Misalnya regulasi seputar akreditasi, tujuan pelaksanaan akreditasi, menguasai cara mengisi instrumen akreditasi, cara mengolah data pelaksanaan akreditasi, hingga menguasai cara menyusun laporan akreditasi.Â
Dari sisi sikap, seorang asesor harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan berbagai pihak terkait, memiliki etika, sopan santun, tegas, bijak, objektif, siap ditugaskan kemana saja dengan jarak, medan, dan kondisi sekolah yang beragam, dan paling penting adalah MENJUNJUNG TINGGI INTEGRITAS.
Menjadi asesor yang berintegritas, inilah tantangan yang paling banyak dihadapi, karena ada kasus-kasus yang muncul dilapangan justru berkaitan dengan masalah integritas seorang asesor, seperti adanya oknum asesor meminta dilayani lebih dari yang seharusnya, meminta barang atau materi dalam bentuk lain, sehingga memberatkan sekolah yang didatangi.
Walau demikian, ada kalanya sekolah pun memberikan pelayanan terbaik dengan tujuan untuk menghormati tamu yang datang dari jauh, bahkan terkesan memaksakan diri, karena bagi mereka tamu adalah pihak yang harus dimuliakan.
 Dibalik pelayanannya yang maksimal kepada para asesor yang datang ke sekolah, diakui atau tidak, terbersit sebuah harapan bahwa para asesor pun memberikan timbal balik, yaitu proses uji petik dokumen yang lebih luwes dan fleksibel, sikap yang lebih bersahabat, dan memberikan nilai yang "aman", sama atau bahkan lebih baik dari sebelumnya. Diakui atau tidak, nilai atau status akreditasi menjadi gengsi tersendiri bagi sekolah. Dengan kata lain, akreditasi menjadi pertaruhan harga diri bagi sekolah.
Dari sisi keterampilan, seorang asesor tentunya harus memilik keterampilan baik dalam konteks teknis maupun dalam konteks sosial. Keterampilan dalam konteks teknis misalnya mampu mengggunakan laptop, mengunakan beberapa program Office seperti MS Word, MS Excell, MS Power Point, atau program lainnya, serta mampu mengakes internet, karena zaman sekarang internet telah menjadi kebutuhan pokok manusia baik dalam bekerja atau berkomunikasi dengan pihak lain.
Keterampilan dalam kontek sosial, yaitu kemampuannya dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan pihak lain, khususnya warga sekolah yang didatangi, menampilkan pribadi yang simpatik, mampu bekerjasama dengan asesor dalam satu tim, santun, bersahabat, tetapi tetap tegas dan objektif, karena hal ini akan mempengaruhi jalannya proses akreditasi. Asesor yang memiliki keterampilan sosial yang baik akan melahirkan kesan positif bagi warga sekolah yang dikunjunginya.
Dalam konteks penjaminan mutu pelaksanaan akreditasi, seorang asesor yang berintegritas akan berkontribusi terhadap pelaksanaan akreditasi yang berkualitas.Â