Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Empat Persiapan Jelang Ramadhan

4 Juni 2016   13:59 Diperbarui: 4 Juni 2016   14:31 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puasa. (Ilustrasi : //tizarrahmawan.files.wordpress.com/)

Oleh:

IDRIS APANDI

Bulan suci Ramadhan sudah didepan mata. Umat Islam gegap gempita menyambut kedatangan bulan suci tersebut karena pada bulan ini setiap amal ibadah pahalanya dilipatgandakan dan dosa-dosa diampuni. Dengan kata lain, bulan ini adalah bulan untuk berlomba-lomba memanen pahala dan mengharap ampunan-Nya. Bulan ini adalah bulan untuk kembali kepada kesucian (fitrah). Dalam rangka menyambut bulan ramadhan, menurut Saya ada empat persiapan, yang perlu dilakukan, antara lain; (1) persiapan iman, (2) persiapan ilmu, (3) persiapan hati, dan (4) persiapan fisik.

Persiapan Iman

Ibadah puasa diwajibkan bagi umat Islam yang beriman, karena jika tidak beriman, walaupun beragama Islam belum tentu mau melakukan ibadah puasa, sebuah aktivitas yang membuat badan menjadi lapar, dahaga, letih, dan lelah. Oleh karena itu, iman menjadi modal utama seseorang melakukan ibadah puasa sebagai salah satu rukun Islam.

Seperti halnya sebuah grafik, iman kadang meningkat dan kadang juga menurun. Oleh karena itu, disamping melaksanakan ibadah puasa memerlukan modal iman, ibadah puasa juga sebagai sarana meningkatkan keimanan kepada Allah SWT untuk mencapai insan yang bertakwa (muttaqiin).

Dengan berdasarkan keimanan, seorang umat Islam rela untuk menghentikan aktivitas makan, minum, dan berhubungan badan sejak waktu imsyak hingga datangnya waktu berbuka puasa. Dengan berlandaskan keimanan, puasa tidak menjadi beban baginya, tetapi justru sarana untuk semakin mendekatkan dirinya kepada Sang Maha Pencipta.

Berbeda dengan orang yang beriman yang mau melaksanakan ibadah puasa, orang keimanannya rendah enggan untuk berpuasa meskipun dia secara halangan (udzur) untuk berpuasa. Bahkan dia mencari-cari alasan agar tidak berpuasa. Intinya, hatinya belum mendapatkan hidayah dari Allah.

Persiapan Ilmu

Dalam melakukan setiap ibadah termasuk harus disertai dengan ilmunya. Ibadah yang dilakukan harus sesuai dengan syarat rukunnya dan menghindari hal yang dapat membatalkan puasanya itu sendiri atau membuat tidak sah puasanya. Oleh karena itu, setiap umat Islam yang berpuasa di bulan ramadhan harus mengetahui dan memahami fiqih puasa. Untuk mengetahui tentang seluk beluk puasa, maka yang perlu dilakukan tentunya harus banyak membaca dari berbagai sumber, seperti kitab, buku, atau internet. Informasi tentang puasa sudah sangat banyak tersedia di berbagai sumber, tinggal umat Islam rajin untuk membacanya. Selain itu dapat bertanya, berdiskusi bersama dengan ahli agama atau menghadiri pengajian di majelis taklim.

Ibadah yang dilaksanakan disertai ilmunya tentunya akan diterima oleh Allah, dan sebaliknya, ibadah yang tidak disertai dengan ilmu, hanya akan sia-sia. Oleh karena itu, supaya ibadah puasa kita tidak sia-sia, maka kita harus memacu diri untuk memperdalam ilmu tentang puasa.

Pada bulan puasa biasanya tren pembaca buku-buku agama mengalami peningkatan. Grafik penjualan buku-buku agama di toko-toko buku pun meningkat. Hal itu tentunya positif dimana banyak umat Islam yang harus untuk mendalami ilmu agama. Semoga hal tersebut menjadi momentum bagi umat Islam untuk terus mencintai ilmu dan mencintai buku.

Persiapan Hati

Sebelum melaksanakan puasa, hati pun perlu dipersiapkan. Puasa perlu dilakukan dengan hati yang bersih dan ikhlas. Oleh karena itu, sebelum melaksanakan puasa, disyariatkan untuk saling memaafkan terhadap setiap kesalahan agar tidak ada pikiran negatif yang membebani hati.

Pada sebuah riwayat dikisahkan Rasulullah SAW pada saat berkhutbah pernah mengucapkan “aamiin” sebanyak tiga kali.  Para sahabat merasa heran, dan bertanya kepada Rasul. “Ya Rasul, mengapa saat Anda berkotbah, tiba-tiba Anda mengucap aamiin tiga kali?” Rasulullah menjawab: “Disaat aku berkhutbah, malaikat Jibril berdo’a kepada Allah agar puasa tiga golongan manusia tidak diterima, yaitu, pertama istri yang berani menentang pada suaminya, kedua, suami yang kasar pada istrinya, dan ketiga anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya.”

Menjelang puasa pun ada tradisi ziarah ke makam orang telah meninggal sebagai bentuk “wisata hati”, mendo’akannya, dan pengingat bahwa suatu saat peziarah pun menyusul mereka alias akan meninggal dunia. Dengan demikian, maka hati kita akan benar-benar siap melaksanakan ibadah puasa.

Persiapan Fisik

Disamping ibadah hati, puasa juga adalah ibadah fisik. Oleh karena itu, umat Islam yang hendak berpuasa perlu menyiapkan fisiknya supaya sehat dan kuat. Cara yang dapat dilakukan antara lain dengan istirahat yang cukup, berolah raga, mengatur pola makan, dan minum vitamin.

Dalam sebuah hadist Rasulullah SAW bersabda “berpuasalah, niscaya kamu akan sehat.”(HR Abu Hurairah). Oleh karena itu, puasa dapat menjadi sarana menjaga atau memulihkan kesehatan. Perut kita selama 11 bulan mengonsumsi berbagai jenis makanan dan minuman, maka selama bulan puasa, polanya diatur, perut kita bisa beristirahat. Kita makan dan minum pada saat sahur dan setelah datangnya waktu berbuka puasa, jangan tidak perlu berlebihan.

Ketika berbuka puasa, sangat disarankan berbuka dengan yang manis-manis agar stamina tubuh segera pulih kembali, makan secukupnya, jangan berlebih-lebihan supaya dapat melaksanakan shalat tarawih. Sikap berlebih-lebihan juga adalah hal yang tidak disukai oleh Allah SWT.

Kesehatan Otak

Pakar neurosains Prof. dr Taruna Ikrar, MD, MPharm, PhD, dalam buku karangannya berjudul 60 Fakta Kesehatan Mutakhir menjelaskan tentang manfaat puasabagi fungsi dan kesehatan otak. Dari penelitian plastisitas dan neurogenesis (kelenturan dan perkembangan otak), pada dasarnya sinapsis (jaringan otak) dapat berkembang berdasarkan faktor lingkungan, kejiwaan, dan makanan yang dikonsumsi.

Lewat puasa sebulan penuh, berdasarkan plastisitas, neurogenesis, dan fungsional kompensasi, jaringan otak diperbarui. Terbentuk rute jaringan baru di otak, yang berarti terbentuk pribadi manusia baru secara biologis, psikologis, dan fungsional.

Taruna menjelaskan, saat berpuasa, ada fase istirahat setelah fase pencernaan normal (6-8 jam). Pada fase itu terjadi degradasi lemak dan glukosa darah. Terjadi pula peningkatan high density lipoprotein (HDL) dan apoprotein alfa1 serta penurunan low density lipoprotein (LDL). (Kompas, 03/06/2016).

Berdasarkan kepada hal tersebut, maka setiap muslim yang akan melaksanakan ibadah puasa diupayakan melakukan empat persiapan tersebut secara optimal agar ibadah puasanya dapat memberikan manfaat terhadap peningkatan keimanan, menambah ilmu pengetahuan, menentramkan hati, dan menyehatkan tubuh. Selamat menunaikan ibadah puasa, mohon maaf lahir dan bathin.

Penulis, Widyaiswara LPMP Jawa Barat, Pemerhati Masalah Sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun