Mohon tunggu...
Idris
Idris Mohon Tunggu... Guru - Hidup disayang mati dikenang

Sang Penembus Kabut

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Tapera, Solusi atau Kolusi?

30 Mei 2024   17:03 Diperbarui: 30 Mei 2024   17:17 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya, meski terkesan seperti sedekah, tapi negara kan akan mengembalikan kembali gaji pekerja yang telah dipotong, saat setelah pekerja berusia 58 Tahun menganggur atau enggak kerja selama lima tahun berturut-turut.

Lalu bagaimana dengan pertanyaan penulis, apakah tapera kolusi?

Jika dilihat dari gelagatnya, tapera ini seperti simpanan yang dikhawatirkan terjadinya penyelahgunaan wewenang, di mana dana tapera bisa digunakan untuk pinjaman negara saat ada keperluan yang bersifat urgensi.

Coba saja kita bayangkan secara rasional, saat si penerima tapera mendaftar sebagai anggota, kan tidak otomatis langsung bisa mengajukan pencairan dananya. Tentunya harus menunggu waktu yang lama atau setidaknya tahunan sesuai yang sudah disampaikan penulis di atas tentang syarat pencairannya.

Nah, pada masa setelah pendaftaran anggota, anggaran tapera tentunya tidak ada yang pakai atau seutuhnya tersimpan. Jadi, uang simpanan itu secara otomatis mungkin bisa digunakan untuk dana talangan saat negara memiliki kebutuhan yang urgensi.

Selain itu, hitung-hitungan tapera juga tidak logis secara matematis. Kita ambil contoh, jika seorang pekerja memiliki gaji 5 juta per bulan, dipotong 3 persen hanya 150 ribu per bulan. Dan jika kita kalikan 1 tahun hanya dapat 1,8 juta. Sekali pun kita kalian 30 tahun hanya tembus di angka 54 juta. Dipikir-pikir apakah bisa beli rumah dengan dana yang terkumpul hanya 54 juta?

Ada sih rumah yang harganya segitu, tapi rumah mainan ":)"

Jadi jika tapera itu dipandang sebagai kolusi oleh masyarakat khususnya pekerja, penilus pun amat sangat setuju karena dilihat dari segi positifnya kebijakan tapera ini cenderung lemah dan terkesan memalak pekerja.

Namun terlepas dari semua pandangan, baik pro atau pun kontra tentu saja penulis lebih kepada mempertimbangkan tentang seberapa besar manfaat yang bakal diterima oleh para pekerja yang ikut serta menjadi anggota tapera.

Dan juga dari penulis, ada beberapa aspirasi yang mungkin bisa menjadi cacatan pemerintah jika kebijakan tapera ini jadi diberlakukan.

Pertama, pemerintah haruslah mensosialisasikan terlebih dahulu kepada masyarakat khususnya para pekerja. Tentang apa itu tapera dan sebesar apa manfaatnya pagi para peserta tapera. Karena masih banyak pandangan masyarakat awam yang menganggap bahwa pemerintah memotong gaji pekerja secara paksa terkesan seperti untuk kebutuhan pemerintah meski sejatinya bukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun