Mohon tunggu...
Rial Roja
Rial Roja Mohon Tunggu... Editor - Digital Marketing/Content Writer

Mari berbagi cerita dan inspirasi!

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Mawar Hitam dari Kekasih Penyihir

22 November 2024   11:13 Diperbarui: 22 November 2024   11:16 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Seorang Gadis di Hutan. (Sumber: Freepik/Valentinlacoste)

Terletak di desa terpencil, ditumbuhi pepohonan lebat, sebuah legenda menceritakan tentang seorang penyihir bernama Elira. Ceritanya mengungkapkan bahwa dia jatuh cinta dengan seorang pria bernama Ardan, yang mengkhianatinya demi orang lain. Dalam kemarahannya, Elira melontarkan kutukan kelaparan dan penyakit ke desa dan menghilang. Namun, dia meninggalkan pesan terakhir: "Mawar hitam akan mengembalikanmu padaku."

Seiring berjalannya waktu, legenda tersebut berubah menjadi cerita pengantar tidur yang sederhana. Namun bagi Clara, seorang gadis muda yang tinggal di desa, kisah Elira jauh lebih penting. Dia akan mendengar bisikan samar di malam hari dan sering memimpikan seorang wanita berambut panjang dengan gaun hitam tergerai, memegang setangkai mawar dengan kelopak bunga sehitam langit malam.

Di bawah cahaya bulan purnama malam itu, jalan menuju hutan di samping desa bermandikan cahaya. Clara terbangun karena ketukan lembut di jendelanya dan melihat sosok bayangan yang diterangi bulan. Sosok itu tidak bergerak, tapi sesuatu dalam dirinya mendesaknya untuk pergi ke jendela. Dengan jantung berdebar kencang, dia membuka tirai.

Di sana, bertengger di ambang jendela, ada sekuntum mawar hitam, tampak segar dan berkilau, seolah baru saja dipetik. Tidak ada indikasi siapa yang meninggalkannya di sana. Clara mengambil mawar di tangannya dan merasakan kelopaknya sedingin es.

 Keesokan paginya, dia memberi tahu temannya Lena tentang pengalaman aneh itu.

"Clara, ini sesuatu yang lain. "Mawar hitam itu... mungkin milik penyihir Elira," bisik Lena, wajahnya pucat.

"Oh, Lena, itu hanya sekuntum bunga. Siapa yang benar-benar percaya pada cerita-cerita lama itu?" Jawab Clara berusaha terdengar percaya diri, meski pikirannya masih melayang pada mimpi buruk semalam.

Kejadian aneh terus berlanjut. Malam demi malam, Clara mendengar bisikan itu semakin jelas: "Kembalikan aku.

Carilah Ardan." Meski Clara bingung dengan pesan suara itu, dia merasa yakin ada sesuatu di hutan yang memanggilnya.

Seminggu kemudian, Clara menarik napas dalam-dalam dan memasuki hutan, dengan mawar hitam di belakangnya. Udaranya sejuk, dan bayang-bayang pepohonan tampak seperti tangan raksasa yang terulur ke arahnya. Setelah satu jam berjalan, dia menemukan sebuah kabin tua yang lapuk, hampir ditelan dedaunan di sekitarnya.

"Pondok ini... pasti milik Elira," gumamnya.

Mendekati pintu, Clara melihat desain menakjubkan terukir di dalamnya. Itu menampilkan motif mawar bersama dengan tulisan kuno samar yang sulit ditafsirkan. Meski nalurinya mendesaknya untuk mundur, Clara merasakan dorongan kuat untuk masuk.

Suasana di dalam ruangan kental dengan debu dan aroma rempah yang menyengat. Sebuah meja besar menempati bagian tengahnya, menampilkan sebuah buku terbuka dan tebal yang seolah mengundang seseorang untuk membacanya.

Clara membungkuk dan membaca sebuah bagian: "Mawar hitam itu penting. Untuk mengakhiri kutukan, mawar itu harus dikembalikan ke makam Ardan."

Clara terkejut. Tempat peristirahatan Ardan? Bukankah dia hanya mitos? Atau... mungkinkah dia benar-benar ada? Tiba-tiba, pintu di belakangnya dibanting hingga tertutup dengan suara keras.

Clara melompat, dengan cepat berbalik untuk melihat apa yang terjadi. Tidak ada seorang pun di sana, tapi ruangan itu terasa sangat berat. Di luar, sosok bayangan seorang wanita muncul seorang wanita dengan gaun hitam panjang, rambutnya tergerai bagai malam.

"Siapa kau?" Clara berteriak, suaranya bergetar.

Wanita itu tetap diam, hanya menunjuk ke arah kedalaman hutan. Clara tahu dia harus terus berjalan. Dia mengambil jalan tidak jelas yang ditunjukkan wanita itu dan, setelah beberapa jam berjalan, tiba di sebuah bukit kecil yang dimahkotai dengan batu nisan tua.

Tulisannya hampir mustahil untuk dibaca, tetapi ada ukiran bunga mawar di bagian bawahnya, persis seperti yang pernah dilihatnya di pondok Elira.

"Ini makam Ardan," bisik Clara.

Dia meletakkan mawar hitam di batu nisan. Untuk sesaat, keheningan menyelimuti dunia. Kemudian, hembusan angin kencang bertiup, membuat pepohonan berderit seolah-olah sedang meratap. Batu nisan itu mulai terbelah, dan sebuah tangan yang lapuk terulur dari tanah, meraih mawar itu.

Clara terhuyung mundur, napasnya tercekat di tenggorokan, saat sesosok tubuh muncul dari dalam bumi. Kulitnya pucat, matanya cekung, namun wajahnya tampak seperti pria dalam mimpi terburuk Clara.

Elira, kata pria itu lembut.

"Ardan?" Clara bertanya, jantungnya berdebar-debar bercampur antara harapan dan ketakutan.

Dia tidak menjawab, tapi terus berjalan perlahan ke arahnya, membuatnya semakin menjauh. Tiba-tiba, suara keras memecah ketegangan.

"Berhenti!"

Wanita berbaju hitam muncul, kali ini wujudnya lebih jelas. Rambutnya melayang seperti sulur asap, dan tatapannya dipenuhi amarah.

"Kamu telah mengkhianatiku, Ardan. Tapi sekarang, kamu akan menjadi milikku selamanya," ucap Elira, suaranya menggema di sela-sela pepohonan.

Ardan berlutut, wajahnya dipenuhi rasa takut. "Elira, aku sudah membayar dosa-dosaku. Biarkan aku pergi."

"Pergi? Tidak mungkin. Kita akan bersama selamanya."

Dengan jentikan pergelangan tangannya, Elira mengubah Ardan menjadi debu yang melayang dan berputar-putar, dan dia menghilang. Mawar hitam di kuburan berubah menjadi kelopak bunga yang terbakar api biru.

Clara mendapati dirinya kehilangan kata-kata, seluruh tubuhnya gemetar. Elira memperhatikannya dengan senyum lembut.

"Kau sudah membantuku, Clara. Sekarang saatnya kau pergi. Kutukan itu sudah berakhir."

Saat Clara berjalan kembali ke desa, dia merasakan perubahan lingkungan. Udara segar, tanaman tumbuh subur, dan wajah penduduk desa berseri-seri gembira. Ingatan akan kutukan dan cerita Elira telah hilang.

Namun, Clara menyadari bahwa Elira masih ada di luar sana, di dalam hutan. Mawar hitam akan selalu menjadi simbol cinta abadi, meski bermula dari pengkhianatan dan permusuhan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun