Clara terhuyung mundur, napasnya tercekat di tenggorokan, saat sesosok tubuh muncul dari dalam bumi. Kulitnya pucat, matanya cekung, namun wajahnya tampak seperti pria dalam mimpi terburuk Clara.
Elira, kata pria itu lembut.
"Ardan?" Clara bertanya, jantungnya berdebar-debar bercampur antara harapan dan ketakutan.
Dia tidak menjawab, tapi terus berjalan perlahan ke arahnya, membuatnya semakin menjauh. Tiba-tiba, suara keras memecah ketegangan.
"Berhenti!"
Wanita berbaju hitam muncul, kali ini wujudnya lebih jelas. Rambutnya melayang seperti sulur asap, dan tatapannya dipenuhi amarah.
"Kamu telah mengkhianatiku, Ardan. Tapi sekarang, kamu akan menjadi milikku selamanya," ucap Elira, suaranya menggema di sela-sela pepohonan.
Ardan berlutut, wajahnya dipenuhi rasa takut. "Elira, aku sudah membayar dosa-dosaku. Biarkan aku pergi."
"Pergi? Tidak mungkin. Kita akan bersama selamanya."
Dengan jentikan pergelangan tangannya, Elira mengubah Ardan menjadi debu yang melayang dan berputar-putar, dan dia menghilang. Mawar hitam di kuburan berubah menjadi kelopak bunga yang terbakar api biru.
Clara mendapati dirinya kehilangan kata-kata, seluruh tubuhnya gemetar. Elira memperhatikannya dengan senyum lembut.