"Pondok ini... pasti milik Elira," gumamnya.
Mendekati pintu, Clara melihat desain menakjubkan terukir di dalamnya. Itu menampilkan motif mawar bersama dengan tulisan kuno samar yang sulit ditafsirkan. Meski nalurinya mendesaknya untuk mundur, Clara merasakan dorongan kuat untuk masuk.
Suasana di dalam ruangan kental dengan debu dan aroma rempah yang menyengat. Sebuah meja besar menempati bagian tengahnya, menampilkan sebuah buku terbuka dan tebal yang seolah mengundang seseorang untuk membacanya.
Clara membungkuk dan membaca sebuah bagian: "Mawar hitam itu penting. Untuk mengakhiri kutukan, mawar itu harus dikembalikan ke makam Ardan."
Clara terkejut. Tempat peristirahatan Ardan? Bukankah dia hanya mitos? Atau... mungkinkah dia benar-benar ada? Tiba-tiba, pintu di belakangnya dibanting hingga tertutup dengan suara keras.
Clara melompat, dengan cepat berbalik untuk melihat apa yang terjadi. Tidak ada seorang pun di sana, tapi ruangan itu terasa sangat berat. Di luar, sosok bayangan seorang wanita muncul seorang wanita dengan gaun hitam panjang, rambutnya tergerai bagai malam.
"Siapa kau?" Clara berteriak, suaranya bergetar.
Wanita itu tetap diam, hanya menunjuk ke arah kedalaman hutan. Clara tahu dia harus terus berjalan. Dia mengambil jalan tidak jelas yang ditunjukkan wanita itu dan, setelah beberapa jam berjalan, tiba di sebuah bukit kecil yang dimahkotai dengan batu nisan tua.
Tulisannya hampir mustahil untuk dibaca, tetapi ada ukiran bunga mawar di bagian bawahnya, persis seperti yang pernah dilihatnya di pondok Elira.
"Ini makam Ardan," bisik Clara.
Dia meletakkan mawar hitam di batu nisan. Untuk sesaat, keheningan menyelimuti dunia. Kemudian, hembusan angin kencang bertiup, membuat pepohonan berderit seolah-olah sedang meratap. Batu nisan itu mulai terbelah, dan sebuah tangan yang lapuk terulur dari tanah, meraih mawar itu.