Baca juga: Cakupan Materi Ilmu Aqidah "Ahlu Sunnah Wal Jama'ah"
I'tiqad Ahlussunnah wal Jamaah yang disusun oleh Imam Abu Hasan al-Asy'ari terbagi dalam enam bagian sesuai dengan hadits nabi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan ditulis dalam Sahih Muslim Juz I halaman 22, yaitu :
1. Ketuhanan
2. Malaikat
3. Kitab suci
4. Rasul
5. Hari Kiamat
6. Qadla dan Qadar
Mengenai ketuhanan, kita diwajibkan untuk mempercayai 20 sifat wajib bagi Allah, 20 sifat mustahil bagi Allah, dan 1 sifat jaiz bagi Allah. Kita juga diwajibkan untuk mempercayai adanya malaikat yang jumlahnya tidak ada yang mengetahui kecuali Allah, dan hanya diwajibkan untuk mengetahui minimal 10 malaikat.
Begitupun dengan kitab suci, kita diwajibkan untuk mempercayai kitab Zabur, Taurat, Injil, dan al-Quran. Demikian termasuk kita harus mengakui dan meyakini seluruh nabi dan rasul dari sejak Adam hingga ditutup oleh nabi Muhammad. Dan kita juga harus meyakini akan kedatangan hari Kiamat dan adanya kewenangan Allah dalam mengatur keseimbangan alam raya ini, yang kita sebut sebagai Qadla dan Qadar.
Kembali kepada latar belakang di permulaan tulisan ini, ditanyakan bahwa apakah pengertian Ahlussunnah wal Jamaah bisa sesempit itu? Penulis menyatakan tidak. Ajaran Ahlussunnah wal Jamaah yang sebenarnya adalah ajaran nabi itu sendiri.Â
Jika nabi mengajarkan A, maka Ahlussunnah pun akan mengatakan A. Ahlussunnah secara bahasa memang diartikan sebagai golongan yang mengikuti sunnah nabi. Sementara istilah Jamaah, mengacu pada orang-orang setelah nabi, yaitu khulafaurrasyidin dan ulama-ulama tabi'in.
Dari sinilah akar permasalahan itu muncul. Bagaimana bisa kita mendalami ajaran nabi tanpa melalui perantara ulama antar generasi? Jelas tidak mungkin. Secara logika sederhana, jika kita ingin mendalami ajaran yang dibawa nabi (yang terpaut angka 1400-an tahun), kita harus belajar kepada kiai di tempat ngaji.Â
Kiainya tentu mendapatkan ilmunya dari ulama sebelumnya. Ulamanya mendapatkan ilmunya dari ulama sebelumnya lagi. Terus hingga mendapatkan ilmu dari ulama tabi'in.
Perlu di pahami disini, bahwa ulama tabi'in adalah patokan kita. Mengapa? Karena di zaman inilah perpecahan besar dalam dunia Islam muncul. Dari sejak lahirnya aliran-aliran Syiah, Khawarij, Muktazilah, Qadariyah, Jabariyah, dan segala macamnya, lahir di masa ini dan masa setelahnya.Â
Maka jelas, nama-nama ulama tabi'in akan menjadi patokan dasar kebenaran untuk mengantarkan kita menuju pemahaman para sahabat dan puncaknya hingga kepada nabi. Tidak heran, di zaman ini pula-lah, bermunculan madzhab-madzhab hebat dalam dunia Islam.