Mohon tunggu...
Idik Saeful Bahri
Idik Saeful Bahri Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang rakyat yang selalu menggugat

Saya merupakan lulusan Fakultas Hukum, S1 ditempuh di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, sementara S2 dituntaskan di UGM Yogyakarta. Jadi, percayalah dalam masalah hukum, saya siap bertanggung jawab untuk setiap tulisan saya. Adapun tulisan saya diluar hukum, anggap saja hiburan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sebenarnya, Siapa Mereka yang Disebut sebagai Ahlussunnah Wal Jamaah?

1 Februari 2020   12:30 Diperbarui: 16 Juni 2021   06:21 30383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebenarnya, Siapa Mereka yang Disebut sebagai Ahlussunnah Wal Jamaah? | NU

Baca juga: Cakupan Materi Ilmu Aqidah "Ahlu Sunnah Wal Jama'ah"

I'tiqad Ahlussunnah wal Jamaah yang disusun oleh Imam Abu Hasan al-Asy'ari terbagi dalam enam bagian sesuai dengan hadits nabi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan ditulis dalam Sahih Muslim Juz I halaman 22, yaitu :

1. Ketuhanan
2. Malaikat
3. Kitab suci
4. Rasul
5. Hari Kiamat
6. Qadla dan Qadar

Mengenai ketuhanan, kita diwajibkan untuk mempercayai 20 sifat wajib bagi Allah, 20 sifat mustahil bagi Allah, dan 1 sifat jaiz bagi Allah. Kita juga diwajibkan untuk mempercayai adanya malaikat yang jumlahnya tidak ada yang mengetahui kecuali Allah, dan hanya diwajibkan untuk mengetahui minimal 10 malaikat.

Begitupun dengan kitab suci, kita diwajibkan untuk mempercayai kitab Zabur, Taurat, Injil, dan al-Quran. Demikian termasuk kita harus mengakui dan meyakini seluruh nabi dan rasul dari sejak Adam hingga ditutup oleh nabi Muhammad. Dan kita juga harus meyakini akan kedatangan hari Kiamat dan adanya kewenangan Allah dalam mengatur keseimbangan alam raya ini, yang kita sebut sebagai Qadla dan Qadar.

Kembali kepada latar belakang di permulaan tulisan ini, ditanyakan bahwa apakah pengertian Ahlussunnah wal Jamaah bisa sesempit itu? Penulis menyatakan tidak. Ajaran Ahlussunnah wal Jamaah yang sebenarnya adalah ajaran nabi itu sendiri. 

Jika nabi mengajarkan A, maka Ahlussunnah pun akan mengatakan A. Ahlussunnah secara bahasa memang diartikan sebagai golongan yang mengikuti sunnah nabi. Sementara istilah Jamaah, mengacu pada orang-orang setelah nabi, yaitu khulafaurrasyidin dan ulama-ulama tabi'in.

Dari sinilah akar permasalahan itu muncul. Bagaimana bisa kita mendalami ajaran nabi tanpa melalui perantara ulama antar generasi? Jelas tidak mungkin. Secara logika sederhana, jika kita ingin mendalami ajaran yang dibawa nabi (yang terpaut angka 1400-an tahun), kita harus belajar kepada kiai di tempat ngaji. 

Kiainya tentu mendapatkan ilmunya dari ulama sebelumnya. Ulamanya mendapatkan ilmunya dari ulama sebelumnya lagi. Terus hingga mendapatkan ilmu dari ulama tabi'in.

Perlu di pahami disini, bahwa ulama tabi'in adalah patokan kita. Mengapa? Karena di zaman inilah perpecahan besar dalam dunia Islam muncul. Dari sejak lahirnya aliran-aliran Syiah, Khawarij, Muktazilah, Qadariyah, Jabariyah, dan segala macamnya, lahir di masa ini dan masa setelahnya. 

Maka jelas, nama-nama ulama tabi'in akan menjadi patokan dasar kebenaran untuk mengantarkan kita menuju pemahaman para sahabat dan puncaknya hingga kepada nabi. Tidak heran, di zaman ini pula-lah, bermunculan madzhab-madzhab hebat dalam dunia Islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun