Diantara mereka ada yang disebut sebagai Salaf, yakni generasi awal mulai dari para sahabat, Tabi'in dan Tabi'ut Tabi'in, dan ada juga yang disebut Khalaf, yaiitu generasi yang datang kemudian. Diantara mereka ada yang toleransinya luas terhadap peran akal, dan ada pula yang membatasi peran akal secara ketat. Diantara mereka juga ada yang bersifat reformatif (mujaddidun) dan diantaranya lagi bersifat konservatif (muhafidhun). Golongan ini merupakan mayoritas umat Islam.
Jika kita melihat dari sejarah, asal penggunaan nama Ahlussunnah wal Jamaah terjadi perdebatan. Sengaja disini penulis mengatakan lahirnya nama Ahlussunnah wal Jamaah, bukan lahirnya kelompok Ahlussunnah wal Jamaah, karena golongan Ahlussunnah wal Jamaah merupakan jalan yang ditempuh oleh Rasulullah dan para sahabatnya.Â
Jadi hakikat ajaran Ahlussunnah wal Jamaah tidak lain adalah ajaran yang disampaikan oleh nabi kepada umatnya. Hanya saja dengan berjalannya waktu, terjadilah cerai berai dalam ilmu agama, hingga kemudian harus kembali di satu padukan dalam sebuah kerangka teori. Setidaknya penulis menemukan ada 4 versi yang menggambarkan kemunculan nama Ahlussunnah wal Jamaah, yaitu :
1. Ada pihak yang mengatakan bahwa sebenarnya nama Ahlussunnah wal Jamaah telah ada dari zaman nabi Muhammad. Salah satu dalilnya adalah hadits riwayat Abu Daud dan Tirmidzi. Banyak kalangan yang menganggap hadits ini dhaif, tapi karena banyak yang meriwayatkan, status haditsnya pun berganti menjadi kuat. Demikian menurut ilmu mushthalah hadits.
2. Kelompok kedua mengatakan bahwa nama Ahlussunnah wal Jamaah lahir pada akhir windu kelima tahun hijriah, yang dikenal sebagai 'amul jamaah (tahun persatuan).
3. Pendapat ketiga menjelaskan bahwa nama Ahlussunnah wal Jamaah muncul pada abad II hijriah, yaitu di masa sedang puncaknya perkembangan ilmu teologi Islam atau ilmu kalam, yang ditandai dengan munculnya pemikiran rasionalisme Islam yang dipelopori oleh golongan Muktazilah.Â
Untuk mengimbangi itu, muncullah orang bernama Abu Hasan al-Asy'ari yang membentengi umat dari pemikiran rasional orang-orang Muktazilah. Hanya saja, perlu juga kita pahami, ada yang tidak menyukai teologi al-Asy'ari seperti golongan Salafi Wahabi, dan menyebutnya hanya sebagai madzhab Asy'ariyah.
4. Kemunculan nama Ahlussunnah wal Jamaah tidak bisa dilepaskan dari munculnya Syiah dan Khawarij dari sejak perang Shifin antara kelompok Ali bin Abi Thalib dengan kelompok Muawiyah.Â
Karena fenomena saling mengkafirkan antara satu dengan yang lainnya, ulama pun menyatakan netral dan menyatakan kembali kepada Sunnah nabi. Kemudian barulah kita mengenal istilah Ahlussunnah wal Jamaah atau dikalangan sekarang lebih terkenal dengan sebutan Sunni.
Dari berbagai macam perbedaan pendapat, penulis mencoba menengahi dari setiap pendapat yang ada. Secara umum, landasan berpikir dari ajaran Ahlussunnah wal Jamaah tentu telah ada dari zaman nabi Shallallahualaihi wa Sallam. Hal ini juga dikuatkan oleh pendapat Ibnu Taimiyah dalam bukunya Minhaju as-Sunnah yang mengatakan bahwa nama Ahlussunnah wal Jamaah telah ada jauh sebelum Imam madzhab lahir.Â
Hanya saja, seiring dengan berjalannya waktu, kehidupan Islam sedikit demi sedikit digerogoti dengan politik-politik golongan, hingga memunculkan banyak aliran. Dengan kenyataan itulah, jelas peran nama Ahlussunnah wal Jamaah harus kembali disuarakan dan di dengungkan di dunia Islam. Maka melalui prakarsa pemikiran Imam al-Asy'ari, nama Ahlussunnah wal Jamaah itu kembali bergema.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!