Mohon tunggu...
Dewa Teddy Saputra
Dewa Teddy Saputra Mohon Tunggu... -

fiat justitia ruat coelum: tegakkan keadilan sekalipun langit runtuh\r\n\r\nFollow me @kurawa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tentang Prabowo dan Kerusuhan Mei 1998

19 Mei 2014   14:06 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:22 1389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hypothesis sementara skenario, modus operandi dan kronologis kerusuhan Mei 1998 sampai kejatuhan Soeharto sesuai dengan data2 dan fakta2 yang telah terkumpul:


- Sebelum kerusuhan Mei 1998: Soeharto telah memerintahkan menantunya Prabowo untuk membereskan aktivis2 dari mahasiswa, LSM, dll yang telah merongrong wibawanya.


- Prabowo melaksanakan dengan melakukan penculikan, intimidasi, dan pembunuhan para aktifis dan mahasiswa -militan- itu, dilaksanakan oleh pendukung setianya seperti: Kivlan Zein (dijuluki Mayjen -Kunyuk- oleh Gus Dur), Muchdi, Sjafrie Syamsuddin, Zakky Makarim, dll. Didukung oleh Feisal Tandjung.


- Sampai pada puncaknya demonstrasi gabungan oleh mahasiswa Trisakti yang sangat menghujat Soeharto dengan tulisan2 di tembok2 kampus, jembatan layang grogol (-$oeharto anjing-, -koruptor bangsa-, -Gantung $oeharto", dll).


- Soeharto habis kesabarannya sehingga menyuruh Wiranto dan Prabowo "membereskan- mahasiswa Trisakti dan menghentikan demonstrasi mereka dengan segala cara.


- Wiranto dan Prabowo menyusun rencana untuk menghentikan demonstrasi mahasiswa dengan cara: pertama-tama Soeharto harus ke luar negeri dulu (Mesir) agar dia punya alibi di mata internasional, bahwa bukan dia penggagas-nya, lalu mereka menyiapkan sniper / penembak jitu di jembatan madialayang grogol yang menyamar sebagai Brimob dan menembak beberapa mahasiswa Trisakti yang sedang berdemo di kampus - dilaksanakan tanggal 12 Mei  1998.


- Besoknya (tgl 13 Mei 1998) dilaksanakan kerusuhan terbatas sekitar Trisakti / Daan Mogot dan Kyai Tapa dengan memakai preman2, pasukan Tidar (drop out Akabri yang direkrut Prabowo) yang menyamar memakai baju seragam SMA dan jaket almamater Trisakti membakar pom bensin dan toko-toko (lihat laporan Tim Relawan dan TGPF). Mereka sebelumnya sudah berteriak2 memanggil mahasiswa2 di dalam kampus untuk bergabung ke jalan, namun ditolak oleh mahasiswa (menurut kesaksian mahasiswa2). Berikutnya pos2 polisi dibakar juga beberapa buah, untuk membuktikan bahwa -mahasiswa/rakyat -membalas dendam atas -kebringasan polisi menembak mahasiswa-.


- Pos-pos polisi juga dibakar (polisi yang sudah tahu, telah mengungsi dan membiarkan pos-nya kosong) untuk menanamkan kepercayaan bahwa -mahasiswa dan masyarakat membalas dendam atas tertembaknya mahasiswa Trisakti-.


- Direncanakan setelah itu kerusuhan dipadamkan dengan korban yang cukup besar (nyawa dan harta benda), sehingga segala demonstrasi mahasiswa akan dilarang secara hukum karena mahasiswa2 demonstran itu "telah mengakibatkan ekses kerusuhan", dan kehancuran aset dan kehilangan nyawa manusia.


- Pada saat itu Prabowo mempunyai rencana/agenda tersendiri untuk mencapai cita2nya untuk menjadi Pangab dan menggeser Wiranto.


- Hal ini sudah direncanakan jauh2 hari namun saat itulah yang paling tepat untuk dilakukan, bersama-sama dengan geng-nya seperti yang disinyalir oleh Gus Dur sebagai -otak kerusuhan- berinisial ES (Eggy Sudjana), AS (Adi Sasono), Fadli Zon, Gogon (Ahmad Soemargono - KISDI), dll.


- Prabowo segera menghimpun anak-buahnya pasukan Tidar, pencak silat Kisdi, preman2 Cengkareng, Tanah Abang, Pemuda Pancasila, dll untuk melaksanakan proyeknya berupa pembakaran Glodok building, Harco, Orion plaza dan sekitarnya juga diperluas sampai ke Mall2 di seluruh Jakarta disertai pembakaran hidup2 lebih dari 1000 orang untuk mendramatisasi keadaan yang kacau.


- Pemerkosaan terhadap perempuan2 etnik Cina dilakukan untuk -shock therapy- agar sebagian besar orang Cina kabur ke luar negeri atau bersembunyi. Juga agar jika ada saksi mata orang Cina yang masih hidup, dapat diancam (karena sebagian data2 dirinya, KTP diambil), dipermalukan dll. Setelah itu jika mereka takut kembali, aset-asetnya dapat disita.


- Setelah Prabowo nantinya -berkuasa- akan diterapkan sistem ekonomi rasialis/diskriminatif ala Malaysia, karena dianggap -masyarakat juga membenci orang2 Cina yang menguasai ekonomi-). Beberapa minggu sebelumnya mereka telah beraudiensi ke UMNO (lihat berita suratkabar akhir April 1998). Bukan kebetulan jika -kerusuhan rasialis- yang direkayasa UMNO/Mahathir adalah tanggal 13 MEI 1969! (lihat tulisan Duncan Campbell, -When Mobs turn on the merchants-). Setelah itu mereka bisa memelihara beberapa oknum pengusaha Cina dan suku2 lainnya yang mau berkolaborasi (KKN) dengan mereka.


- Tujuan lain Prabowo dengan memperluas kerusuhan adalah untuk mendiskreditkan Wiranto agar dianggap tidak becus oleh Soeharto dalam mengisolasikan kerusuhan sehingga Wiranto diturunkan dan diganti Prabowo yang seolah-olah melalui anak buahnya Sjafrie Sjamsuddin (Pangdam V Jaya waktu itu) berhasil mengatasi situasi di hari ke-4 dengan berkeliling naik panser.


- Wiranto yang pada waktu kerusuhan tidak mendapat pasukan segera mengontak anak buah setianya Djaja Suparman dari Kodam Siliwangi untuk mensuplai pasukan, dan terbang ke Malang. Sjafrie S telah mengacak-acak keberadaan pasukan Kodam V dan sebagian disuruh berdiam di markas, sementara pasukan Kostrad di bawah kendali Prabowo, sehingga tidak cukup suplai pasukan bagi Wiranto untuk memadamkan kerusuhan yang telah -merembet ke seluruh Jakarta-.

- Soeharto pulang dari Mesir dan langsung memanggil mereka. Namun situasi sudah keburu memanas di mana gabungan kekuatan mahasiswa telah bergerak menduduki gedung DPR/MPR

- Ketua MPR Harmoko -berkhianat- bersama-sama dengan wakil2nya (Syarwan Hamid, dll) menganjurkan Soeharto agar turun tahta. Dia sakit hati karena rumahnya di Solo juga dibakar. Wiranto berusaha membela dengan mengatakan itu adalah pendapat pribadi Harmoko bukan sebagai ketua MPR


- Mahasiswa2 dan banyak lagi LSM lain mengultimatum akan mengadakan demonstrasi besar2an tgl 20 Mei 1998.


- Para mentri kabinet mengancam akan mengundurkan diri jika Soeharto terus bertahan.


- President Clinton kemungkinan besar menelepon/mengultimatum Soeharto agar segera turun tahta sebelum terjadi pertumpahan darah yang hebat antara mahasiswa dan tentara. (menurut siaran radio BBC dan Hong Kong yang dipantau pada hari itu). Dengan menyiapkan armada VII nya untuk merapat ke Tanjung Priok.


- Soeharto menyerah dan mengundurkan diri setelah Habibie & Wiranto meyakinkan dia untuk membela dia dan keluarganya jika dia mau mundur.


- Mahasiswa2 dan demonstran2 lainnya dibersihkan, kemungkinan oleh Wiranto/Habibie dari gedung MPR/DPR dengan memakai Pemuda Pancasila, Pencak Silat KISDI, preman2, yang bersenjatakan golok dan di-back up oleh Kostrad. -Beruntung-, marinir menetralisir keadaan dengan -membantu mengawal mahasiswa2 keluar kompleks MPR/DPR, dengan alasan Soeharto telah lengser keprabon.


- Wiranto yang telah mengetahui apa yang terjadi dan telah mengkonsolidasikan kekuatan/pasukannya, sangat marah dengan Prabowo, dan mengadakan deal/kesepakatan dengan Habibie untuk menyingkirkannya dan mencopot jabatannya sebagai Pangkostrad saat itu juga.

- Prabowo marah dan mengepung istana dan meminta Habibie untuk meninjau ulang keputusannya (lihat wawancara Habibie dengan koran Jerman Der Spriegel), namun Habibie tetap membela Wiranto.


- Mamiek(Istri Prabowo) sangat marah dengan Prabowo dan menudingnya -kamu pengkhianat jangan injak rumah saya lagi!- pada waktu ada pertemuan keluarga.


- Sejak itu Prabowo diasingkan oleh keluarganya dan Wiranto, sehingga kabur ke Jordania menemui teman akrabnya Pangeran (waktu itu, sekarang Raja) Jordania


- Prabowo pernah mau pulang pada akhir tahun 1998, namun disindir Gus Dur: jangan pulang, nanti digebuki preman-preman Cengkareng- (lihat koran terbitan saat itu), maksudnya preman2 Cengkareng yang dipakai juga buat melakukan kerusuhan itu mungkin akan menagih janji (mungkin belum dibayar atau banyak teman2nya yang dibunuh setelah misi memperkosa, menjarah, membunuhnya, selesai).


- Sekarang dengan jatuhnya Wiranto, Prabowo merasa lebih aman, dan mau mencuci namanya dengan menerbitkan buku. Lihat betapa rumit permasalahannya dan melibatkan begitu banyak orang. Sehingga memang tidak mudah untuk mengadili Prabowo, karena dia bisa-bisa "menyanyi"/mengaku, dan ujung2nya Soeharto, Wiranto, Feisal Tandjung, dll bisa terkena juga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun