Tahun boleh berganti, namun pandemi belum kunjung kelihatan akan berakhir. Harapan semua orang di dunia bumi kembali menjadi tempat yang aman untuk menjelajah, bereksplorasi, berkarya tanpa khawatir berjumpa dengan siapa. Harapan silakan dijaga, doa tak boleh terhenti, optimisme harus terus dirawat karena dengan itu semua kita mau bangun pagi di hari yang baru dengan sederet kegiatan yang menunggu. Jika kenyataan yang dihadapi berbeda dengan harapan? Waspadai stress. Banyak orang yang kita kenal, atau bahkan mungkin kita sendiri mengalami keterpurukan sebagai dampak langsung atau tidak langsung pandemi yang masih terus berkecamuk. Banyak mimpi dan rencana yang kandas dihadang amukan wabah. Kemunduran akademis yang dialami anak sekolah jika kemajuan disamakan dengan kehadiran regular di sekolah, lancarnya kegiatan les segala macam kegiatan ekstra kurikuler dan keikutsertaan dalam beragam kompetisi bakat dan minat. Bayangkan betapa stres anak dan orangtua saat mendapati kenyataan bahwa sepanjang tahun 2020 kegiatan belajar didominasi dengan Pembelajaran Jarak Jauh yang menciptakan sejumlah ketegangan di dalam rumah sementara seluruh anggota keluarga justru diharapkan untuk mempraktikkan social distancing dengan terus berada di dalam rumah. Lalu seorang bapak pengayuh odong-odong yang pemasukan hariannya anjlok lantaran semua anak pelanggan setianya harus tinggal di dalam rumah. Sementara itu, anak sulungnya tengah berkuliah di seberang pulau yang berarti biaya kos, biaya praktikum dan biaya makan si sulung tak mengenal kata pause. Keadaan ini terus berlangsung dan mungkin memburuk, bagi sebagian orang. Menjaga kesehatan mental dan tips serta triknya akan sangat diburu orang. Selamat datang tren 2021: Menjaga aku dan kamu tetap waras.
Sejak peringatan hari kesehatan mental sedunia (10 Oktober) tahun lalu, ajakan merawat kesehatan mental terasa sungguh berbeda; aktual dan menyentuh semua orang. Peringatan hari kesehatan mental menjadi lebih dari sekedar seremonial. Webinar-webinar yang diadakan berkaitan dengan kesehatan mental diikuti dengan penuh kesadaran bahwa setiap orang bisa saja membutuhkan bantuan orang lain dalam arti bantuan profesional, untuk melihat seberapa dalam dampak pandemi mempengaruhi aspek psikologis masing-masing kita. Kelompok usia produktif yang bekerja di sektor formal maupun informal, karyawan ataupun wirausahawan, semua seperti diingatkan untuk melihat ke dalam diri masing-masing. Know yourself better and Look into your own self. Beri perhatian pada diri sendiri. Â Apakah dampak adaptasi terhadap situasi selama pandemi membuat kita merasa tertekan? Jika ya, seberapa besar tekanan tersebut mempengaruhi tindak-tanduk kita, terutama interaksi kita dengan keluarga terdekat? Adakah perubahan sikap yang terjadi secara signifikan dan permanen? Jika ya, kepada siapa hendaknya kita datang dan mencari bantuan?Â
Dalam membicarakan kesehatan mental kita mengenal pribadi-pribadi yang memiliki kadar resiliensi cukup baik dalam artian mereka tetap bisa menjalani hidup dengan baik di luar kenyataan bahwa kehidupannya sedang sangat tidak baik-baik saja. Resiliensi menjadi sumber kekuatan melalui masalah dan menjalani kehidupan. Beruntungnya pribadi-pribadi ini. Mereka tetap bisa bilang "untung..." saat peruntungan terlihat "buntung". Mereka masih bisa melangitkan syukur saat pengharapan menemui jalan buntu dan sudah tak bisa mundur. Mereka yang masuk kategori pribadi dengan resiliensi. Saat resiliensi diibaratkan dengan karet gelang, maka kesulitan dan tantangan hidup bagaikan gerakan yang meregangkan si karet gelang demikian panjang dan lama. Nah, kualitas resiliensi itulah yang akan membuat si karet gelang kembali ke bentuk semula dengan anggun alih-alih menjadi putus.Â
Coba kita cek diri masing-masing dengan checklist berikut untuk mengetahui kadar resiliensi yang kita miliki. Apakah kita
1. Memiliki fisik dan mental yang sehat,Â
2. Mampu berpikir logis,Â
3. Memelihara pikiran positif,
 4. Memiliki tujuan dalam hidup,Â
5. Punya jaringan support yang kuat.
Untuk memelihara semua kualitas di atas, ada beberapa latihan yang bisa dilakukan sendiri yang dikenal dengan latihan mindfulness. Mindfulness adalah kemampuan setiap pribadi untuk benar-benar hadir ketika beraktivitas, menyadari penuh semua yang sedang dilakukan, tempat berpijak saat itu, tidak over reaktif dan tidak kewalahan dengan penilaian diri sendiri juga dengan apa yang tengah berlangsung di sekitar. Kemampuan tersebuut dapat mencapai titik terkuatnya dengan berlatih. Berlatih untuk eling setiap saat, benar-benar menyadari dan menghadirkan seluruh rasa dan pikiran saat melakukan satu aktivitas, fokus, tak terjebak oleh pikiran-pikiran yang menghanyutkan dan mengalihkan konsentrasi, juga bebas dari tekanan kenyataan di sekitar yang kurang menyenangkan. Sehingga kita kemudia mendengar istilah "mindful eating", "mindful reading", mindful cooking", dan sejenisnya, yang sebenarnya mengajak kita untuk meresapi sensasi panca indra saat itu dan menikmati setiap detik berharga dari hidup kita tanpa terhanyut oleh pikiran atau masalah yang sedang membelit.Â
Mau yang lebih trendi daripada merawat kesehatan mental diri sendiri? Coba tengok mental orang-orang terdekat, teman sejawat, kerabat atau orang-orang yang menyediakan jasanya untuk kita. Jika kita merasa cukup beruntung bisa mengarungi bencana berupa pandemi global ini dengan selamat hingga detik ini, barangkali kita bisa lebih bermanfaat dan mungkin akan lebih berbahagia dengan menuangkan kepedulian kepada orang lain. Mulai saja dari orang-orang yang setiap hari kita temui. Adakah di antara mereka yang bangkrut, kehilangan pekerjaan, usahanya macet atau anggota keluarganya terinfeksi virus Covid-19? Menanyakan kabar mereka yang merupakan standar basa-basi pergaulan bisa ditambah dengan menelisik kondisi keuangan mereka. Tak perlu banyak bertanya. Pandai-pandailah membaca yang tersirat. Berbagilah sebelum diminta. Beri tip lebih untuk pelayanan petugas sampah yang setiap hari mengangkut limbah rumah tangga kita. Traktir anak-anak penjaja sayur kuota gratis untuk mereka melanjutkan PJJ. Bagilah masker atau face mask yang berlebih dari dalam lemari kita. Bawakan kue ulang tahun untuk anak panti asuhan yang banyak kehilangan donatur. Tak perlu ada yang berulang tahun. Kue ulang tahun menguarkan keceriaan di manapun ia hadir. Dan masih banyak lagi yang dapat kita lakukan. Â Satu lagi, lebih sering mengatur setting: only me dalam menyimpan foto-foto kenikmatan pada Facebook feed akan sangat berarti bagi teman kita yang kurang beruntung.Â
Selamat menjadi kreatif dan trendi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H