Hallo semuanya
Kembali lagi sama aku, Ida Tulaini Nasution dari universitas Riau yang merupakan salah satu mahasiswi PMM 4 di universitas pendidikan Indonesia.
Kali ini Modul Nusantara kami Mengetahui dan mempelajari keunikan masyarakat Cirendeu: Kesenian, pangan, keagamaan, tradisi, dan ekonomi.
Â
Yang pertama mengenai kesenian:
Jenis jenis Kesenian
1. Wagitra kecapi
2. Degu (gamelan)
3. Karending
4. Seni cawe
5. Pencak silat
6. Kesenian gondang, dan
7. Angkloeng buncis.
Angkloeng buncis dari angkloeng tradisi sunda. Ada perbedaan nada antara angklung buncis dengan angklung modern. Angklung modern bernada diatonis (Do, Re, Mi, Fa,Sol, La, Si), Angklung tradisi bernada pentatonis (Da, Mi, La, Ti, La). Bapak daeng sutikna merupakan bapak angklung Indonesia. Cara memainkan angklung:
1. Tangan kiri diletakkan atau digantungkan di tengah angklung
2. Tangan kanan diletakkan di ujung kanan angklung
3. Kemudian digoyangkan, yang digoyangkan hanya tangan kanan atau engsel tangan kanan.
Â
* Makanan khas adat Cirendeu
A. Rasi Singkong
Rasi singkong merupakan identitas masyarakat Cirendeu. Mengapa masyarakat Cirendeu mengkondisikan nasi singkong? Alasannya: karena menghargai perjuangan yang telah dilakukan oleh pejuang Indonesia dan sebagai bentuk kemerdekaan. Sejak 1918 berdalih makan ke singkong. Tujuan utama untuk mendapatkan kemerdekaan, sebagai bentuk proses terhadap penjajah.
"Nunda kersa nyai" (ucapan saat berhenti dari beras padi)
Anjeli jenis biji bijian ( bisa di olah menjadi bubur atau tapai). Tahun 1924 ibu Omah asnama penemu singkong menjadi nasi. Kemudian pada tahun 1964 ibu omah asnama mendapat penghargaan sebagai pahlawan pangan. Ada 7 langkah pengolahan nasi singkong: kupas, cuci, parut, peras, jemur, tumbuk, ayak.
1. Kulit singkong diolah menjadi kadedemes (makanan yang dicampur oncom/tempe) kemudian dikembangkan menjadi dendeng kulit singkong. Harga jual hingga 150.000. Kulit singkong bisa juga dijadikan pupuk organik
2. Batang singkong yang muda juga akan diolah menjadi produk yang baru.
3. Singkong sisa bekas parutan dikelola kembali dengan tahapan diiris, dijemur, kemudian diolah menjadi tape. Tape biasanya dibuat jika ada hajatan.
- Tradisi
Ada pantang saat menanam dan memanen singkong dan ada upacara adatnya. 2017 masyarakat Cirendeu mengkondisikan rasi singkong yang terbuat dari singkong sarikil yang mengandung tinggi racun. Kemudian terjadi perubahan jenis singkong. Perubahan jenis singkong dikarenakan gagal panen. Pada saat proses pemerasan (1:6), 1 singkong 6 air. Hasil pemerasan
1. Paling bawah dijadikan kanji
2. Bagian tengah diolah menjadi kerupuk
3. Bagian atas diolah menjadi rasi.
Alat penumbuk disebut cublek. Dari proses numbuk itu timbullah seni gondang. Masyarakat Cirendeu khususnya masyarakat adat, mereka diharuskan mengkonsumsi rasi yang terbuat dari singkong, jika mereka melanggarnya akan ada sanksi yang diberikan berupa sanksi sosial.
Dalam pernikahan Sunda wiwitan ataupun masyarakat adat kampung Cirendeu  mereka dilarang untuk bercerai dan berpoligami. Setelah hari H pernikahan mereka tidak diperbolehkan berhubungan suami istri dengan jangka waktu yang dipilih mereka, yaitu 3 hari, 7 hari, bahkan 1 bulan.
- Pendidikan
Masyarakat adat Cirendeu tidak menolak modernisasi. Mereka tetap bersekolah bahkan hingga sarjana, hal ini yang membuatnya berbeda dengan suku baduy. Masyarakat Cirendeu juga tidak melarang untuk melakukan pernikahan dengan orang di luar Cirendeu, kecuali dengan masyarakat asing. Kenapa? Karena ditakutkannya membawa perubahan dalam adat masyarakat Cirendeu.
- Keagamaan
Masyarakat Cirendeu memiliki 3 agama. Mayoritas Islam, minoritas Katolik yang hanya 1 KK, kemudian agama Sunda wiwitan yang menjadi kepercayaan masyarakat Cirendeu. Terdapat 65 KK yang beragama Sunda wiwitan.
- Ekonomi
Masyarakat cirendeu diwajibkan untuk bertani, meskipun mereka memiliki pekerjaan di luar itu, mereka tetap harus bertani. Bertani merupakan hal yang diajarkan oleh bebuyutan mereka.
Ada beberapa pantang larang jika ingin naik ke tanah yang dianggap sebagai bebuyutan masyarakat cirendeu, yaitu:
1. Menggunakan pakaian berwarna merah, karena sering sekali terjadi kesurupan yang menjadi sasaran adalah orang yang mengenakan pakaian berwarna merah.
2. Sedang Berhalangan/ menstruasi, karena dianggap dalam keadaan tidak bersih.
3. Menggunakan alas kaki, karena tanah tersebut dianggap bebuyutan mereka, sehingga jika mengenakan alas kaki dianggap kurang sopan.
Wawasan dan pengetahuan baru yang diperoleh:
1. Cara memainkan angkloeng dan tau perbedaan angkloeng modern dengan angkloeng buncis khas masyarakat cirendeu.
2. Masyarakat cirendeu diwajibkan untuk bertani, meskipun mereka memiliki pekerjaan di luar itu, mereka tetap harus bertani. Bertani merupakan hal yang diajarkan oleh bebuyutan mereka.
3. Masyarakat Cirendeu memiliki 3 agama. Mayoritas Islam, minoritas Katolik yang hanya 1 KK, kemudian agama Sunda wiwitan yang menjadi kepercayaan masyarakat Cirendeu. Terdapat 65 KK yang beragama Sunda wiwitan. Dalam pernikahan Sunda wiwitan ataupun masyarakat adat kampung Cirendeu  mereka dilarang untuk bercerai dan berpoligami. Setelah hari H pernikahan mereka tidak diperbolehkan berhubungan suami istri dengan jangka waktu yang dipilih mereka, yaitu 3 hari, 7 hari, bahkan 1 bulan.
4. Masyarakat Cirendeu juga tidak melarang untuk melakukan pernikahan dengan orang di luar Cirendeu, kecuali dengan masyarakat asing. Kenapa? Karena ditakutkannya membawa perubahan dalam adat masyarakat Cirendeu.
5. Masyarakat adat Cirendeu tidak menolak modernisasi. Mereka tetap bersekolah bahkan hingga sarjana, hal ini yang membuatnya berbeda dengan suku baduy.
6. Masyarakat Cirendeu khususnya masyarakat adat, mereka diharuskan mengkonsumsi rasi yang terbuat dari singkong, jika mereka melanggarnya akan ada sanksi yang diberikan berupa sanksi sosial.
Reporter: Ida Tulaini Nasution
Editor: Kang Yayat
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI