Mohon tunggu...
Ida Tulaini Nasution
Ida Tulaini Nasution Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Universitas Riau/

Ida Tulaini Nasution, lahir di M. Basung, 20 Juli 2003. Pada tahun akademik 2022—2023, Ia melanjutkan studi pada strata satu Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Riau melalui jalur SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri), Sebelum berkuliah ia menempuh pendidikan di SMAN 4 DUMAI. Hobi saya berenang, bermain voli, traveling dan membaca buku. Ia pernah menjadi pemakalah prosa fiksi pada acara Seminar Sastra pada tahun 2023. Ia pernah menjadi Bendahara Pelaksana dalam Seminar Kewirausahaan 2023. Ia pernah menjadi Bendahara Pelaksana pada Seminar Sastra 2023. Ia bersama tim pernah mendapatkan juara 2 volly putri se- Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Ia pernah mengikuti ajang pemilihan Duta Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada tahun 2022. Ia mendapatkan Beasiswa Prestasi Pemerintah Provinsi Riau pada tahun 2023. Tahun 2024 menjadi salah satu mahasiswa PMM (Pertukaran Mahasiswa Merdeka 4) Kontak: Hp/WA : +62 81278623450 Email : +ida.tulaini3190@student.unri.ac.id

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Petualangan Kebhinekaan di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda: Menjelajahi Sejarah dan Alam bersama PMM 4 (Reak Dog Dog)

20 Februari 2024   19:57 Diperbarui: 20 Februari 2024   20:04 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

dokpri
dokpri
             Goa Jepang TAHURA Kota Bandung

Saat kami sampai di Goa Jepang, banyak orang menyewakan senter karena kondisi gelap di dalam goa. Dengan kisaran biaya penyewaan Rp 5.000,00/ senter. Goa ini merupakan peninggalan sejarah Jepang yang dahulu digunakan sebagai tempat persembunyian dan penyimpanan amunisi. 

Terdiri dari beberapa lorong, goa ini memberikan pengalaman alamiah dengan dinding batu dan kelelawar bergelantungan di atasnya. Setelah mengeksplorasi Goa Jepang, kami melanjutkan perjalanan menuju Goa Belanda yang tampak lebih teratur dengan gerbang dan dinding lorong yang sudah dilapisi semen. Goa Belanda ini memiliki sejarah sebagai pusat telekomunikasi, kegiatan militer, dan menjadi PLTA pertama di Indonesia.

dokpri
dokpri
              Goa Belanda TAHURA Kota Bandung

Setelah meninggalkan Goa Belanda, kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju penangkaran rusa. Setelah beberapa jam, kami tiba di lokasi dengan bantuan papan penunjuk. Selama perjalanan menuju penangkaran rusa, kami melewati beberapa bendungan dan merasakan angin sejuk yang menyenangkan. Namun, ketika sampai di Penangkaran Rusa, saya merasa sedikit kecewa karena jumlah rusa yang terbatas, meskipun hal itu tidak mengurangi kesenangan perjalanan kami. Kami tetap menikmati waktu bermain dengan rusa dan memberi mereka makan dengan tarif Rp 5000,00/ porsi makanannya.

dokpri
dokpri

       Penangkaran Rusa TAHURA Kota Bandung

Kami menghabiskan waktu di penangkaran rusa dan kemudian kami berencana untuk mengunjungi batu batik. Setelah selesai di batu batik, kami memilih untuk pulang karena waktu dan tenaga yang tidak memungkinkan untuk melihat keindahan objek wisata lainnya. Untuk menambah keseruan, kami memilih untuk kembali ke goa Belanda yang akan membawa kami ke pintu keluar. Di sini dosen kami punya challenge untuk kami yaitu melewati Goa Belanda tanpa cahaya sedikitpun dan memilih teman untuk melewatinya bersama, challenge ini untuk menguji telepati kita dengan teman yang kita pilih.

dokpri
dokpri

                Batu Batik TAHURA Kota Bandung

Ternyata bukan hanya telepati dengan teman saja yang saya dapatkan, namun juga saya dapat mengetahui bagaimana hebatnya orang-orang dulu dapat berjalan dalam situasi seperti itu, bagaimana mereka mendirikan tempat yang seawet itu dengan bahan yang seadanya, bagaimana mereka bercengkrama satu sama lain padahal mereka belum tentu saling mengenal karena keterbatasan penerang pada zaman dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun