Mohon tunggu...
Ida Hutasoit
Ida Hutasoit Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Editor

Menulislah dengan hati. Menulislah karena cinta. Niscaya tulisanmu berguna.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Anakku Lolos dari Meningitis

18 Maret 2021   19:42 Diperbarui: 18 Maret 2021   20:53 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Pasangan suami istri, Oktavianus Ernest Tumbelaka dan Mularsih Suratno Tumbelaka,  tidak menyangka sama sekali kalau anak pertama mereka, Maria Angellita Ershie Tumbelaka akan terserang penyakit yang cukup berbahaya dan mematikan, meningitis. Sempat dinyatakan kritis, Angel lolos dari maut dan dinyatakan sembuh total.

15 tahun lalu, tepatnya saat duduk di bangku SMA, aku menerima Tuhan Yesus secara pribadi. Di masa itulah aku benar-benar meyakini Yesus adalah Tuhan, dan mulai mengalami banyak pertolonganNya. Salah satunya ketika anak pertamaku, Angel, terkena radang selaput otak atau meningitis. Tidak pernah kuduga sama sekali kalau penyakit mengerikan nan mematikan itu menimpa buah hatiku.

Senin pagi hari, menjelang berangkat sekolah, aku menemukan bintik-bintik kemerahan di tangan Angel. Awalnya aku berpikir  itu hanyalah alergi biasa. Aku pun membalur tubuhnya dengan bedak. Namun siangnya, saat aku sedang menghadiri pemakaman salah satu jemaat gereja, aku mendapat telepon dari Angel yang memintaku untuk menjemputnya di sekolah. Guru menyuruhnya pulang lantaran  khawatir kalau Angel kena campak dan takut menularkannya pada anak-anak lain di kelas. Setibanya di sekolah aku melihat ternyata bintik-bintik merah itu sudah menjalar ke seluruh pipi dan badan Angel. Meski begitu, Angel masih nampak sehat dan tidak demam.

Selasa pagi, Angel tidak berangkat sekolah dan masih mau makan pagi. Aku masih mengira bahwa ia mungkin memang terkena campak, tertular dari anak tetangga di lingkungan kami. Siangnya aku beri dia obat. Tetapi setelah makan siang, Angel bukan membaik malah muntah-muntah. Menjelang sore, dia bshkan tidak mau bangun dari tempat tidur. Tapi saat itu aku tidak berpikiran buruk sama sekali dengan kondisi Angel. Karenanya jam 7 malam aku masih sempatkan pergi ke gereja untuk kegiatan doa yang biasa aku ikuti. Namun betapa terkejut sekembalinya ke rumah, aku menemukan Angel sudah dalam posisi lemas dengan kepala terkulai hampir menyentuh lantai. 

Kulihat muntahan sudah berceceran di mana-mana. Sewaktu aku berusaha mendudukkannya di tempat tidur, tubuh Angel langsung lunglai, seolah tak bertenaga sama sekali. Kepanikanku makin menjadi-jadi saat tahu Angel seperti tidak mengenaliku. Ia juga tak mampu berbicara. Oh Tuhan, apa yang terjadi? Hanya dalam hitungan jam, kondisi anakku berubah sangat drastis!

Aku dan suami segera melarikannya ke rumah sakit. Sesampainya di UGD, kaki Angel seperti lumpuh! Dia benar-benar tak sanggup berjalan sehingga suamiku harus membopongnya keluar dari mobil. Sewaktu diajak bicara dan diambil darah pun, ia tak mau merespon. Menurut dokter jaga, Angel sudah mulai hilang kesadaran. Itu sebabnya bicaranya pun mulai melantur. Dokter menyarankan agar Angel menjalani rawat inap. Mendengar itu, hatiku dan suami seketika dilanda cemas luar biasa. Cobaan apa lagi ini? Padahal beberapa hari sebelumnya, papa mertuaku masuk ICU. Tapi sepertinya kami memang tidak punya pilihan, selain menyetujui saran dokter.

Angel terus menerus muntah, sekalipun kondisinya masih sadar. Untuk mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi pada Angel, dokter anjurkan agar Angel menjalani MRI (Magnetic Resonance Imaging). Tetapi  tindakan itu terpaksa harus ditunda lantaran Angel kelewat gelisah. Di tengah situasi yang tak menentu, aku dan suami berusaha tetap tenang. Kami coba menaikkan pujian penyembahan dan berdoa. Secara bergantian kami membaca Mazmur 91. Saat kami sedang menenangkan kegundahan hati, tetiba Angel mengalami kejang-kejang hebat. Matanya mulai mendelik ke atas dan… ia berhenti bernafas! Jantungku berdegup keras, ya Tuhan apa yang terjadi pada buah hatiku? 

Aku melihat betapa dokter dan para suster berusah keras menyelamatkan nyawa Angel. Aku menjerit dan menangis, “Tuhan tolong anakku!” Aku sempat berpikir bahwa aku akan kehilangan dia. Kupegang dan kutepuk kaki anakku sambil berujar, “Kak bertahan! ayo betahan!” Seketika aku melihat nafas anakku kembali. Lalu dokter memasangkan beberapa alat bantu hidup. Anakku lantas dimasukkan ke ruang ICU dengan kondisi yang amat kristis.

Siap Kehilangan….

Aku terus berdoa dan berdoa, "Tuhan tolong sembuhkan Angelku!" Secara manusia aku tidak siap jika harus kehilangan anak pertamaku. Saat menghadiri ibadah Jumat Agung, aku berharap ada mukjizat, Angel akan terbangun. Tetapi kenyataan justru berkata lain. Kondisi Angel justru semakin kritis, alat-alat bantu ditambah. Di waktu bersamaan, aku menerima hasil pemeriksaan MRI. Dokter menyatakan anakku positif terserang meningitis dan telah masuk stadium 3! Hatiku kian tercabik-cabik saat dokter katakan dengan kondisi seperti itu, paling sedikit dibutuhkan waktu 2 minggu untuk berada di ICU. Andai pun Angel bisa melewati masa kristis dan sembuh, kemungkinan ia akan lumpuh atau buta.  Oh, betapa menyakitkan mendengar vonis itu! Hati ibu mana yang tega melihat anaknya  cacad, yang mungkin akan berlangsung seumur hidup? 

Suamiku tak kalah terpukul. Ia sepertinya sulit menerima kenyataan. Sampai-sampai ia tidak mau seorang pun ada yang menengok Angel. Sebagai ibu yang melahirkan, tentu akulah orang pertama yang merasakan pedih. Tetapi melihat keadaan suami, aku seperti disadarkan bahwa aku harus menjadi penolong baginya. Aku coba mengingatkannya bahwa Angel adalah milik Tuhan. Ia hanyalah titipan yang Tuhan percayakan, yang kapan pun bisa diambil dari kami. Lantas di dalam doa, aku dan suami mengambil keputusan untuk menyerahkan sepenuhnya nasib Angel pada Tuhan. Kami ingin lebih mencintai Tuhan, sekalipun kehilangan anak akan menjadi hal yang teramat berat bagi kami. Kami juga diingatkan oleh Roh Kudus agar mau selalu bersyukur di tengah keadaan sulit dan sedih sekalipun. 

Beberapa pendoa dan teman-teman dari gereja berdatangan untuk menguatkan dan mengurai kesedihan kami. Sementara kondisi Angel semakin berat saja. Aku melihat lehernya mulai kaku dan bagian telinganya sudah mulai membusuk. Satu kali saat sedang di wastafel, entah mengapa kuberanikan diri berkata pada Tuhan, “Tuhan, Engkau tahu hatiku.... Apakah Engkau ingin lihat? Kalau seandainya hari ini Engkau mengambil Angel, aku akan tetap mengasihiMu....” Saat itu aku seolah benar-benar dituntut untuk berserah penuh padaNya.  Karena apa yang terjadi benar-benar di luar kemampuanku sebagai manusia. Aku tidak punya hak atas hidupku. Begitu juga atas hidup anak-anakku. Pada akhirnya aku mengimani bahwa kesembuhan Angel adalah urusan Tuhan. Dan yang patut aku syukuri, Roh Kudus selalu menguatkan sekaligus mengingatkanku bahwa semuanya akan baik-baik saja. Bahwa Tuhan tidak pernah sedetik pun meninggalkan keluarga kami. Baik aku, suamiku, dan hidup Angel ada dalam genggaman kasihNya yang sempurna.

Setiap kali aku masuk ke ruangan Angel, aku perkatakan Firman. Kubisikan di telinga anakku bahwa ia akan sembuh. Dia akan bisa berjalan. Bahwa tubuhnya adalah milik Tuhan dan Tuhanlah yang akan memperbaiki setiap bagian tubuhnya yang rusak dengan sempurna. Aku doakan alat-alat medis agar dipakai oleh Tuhan untuk kesembuhannya. Aku juga sering memperdengarkan Angel lagu-lagu rohani lewat handphone.

Seperti Mendapat Uang Semiliar…

Sabtu sore, Angel mulai mengeluarkan airmata. Itu artinya kesadarannya mulai muncul. Satu dua alat bantu di tubuh Angel sudah dicabut, sekalipun kondisinya belum sadar. Hari Minggu saat Peringatan Paskah, aku izin pada suster untuk  ke gereja bersama suami. Jujur saja, saat itu aku sudah tidak lagi meminta kesembuhan dan mukjizat dari Tuhan. Tapi  disaat keberserahan penuh itu, Tuhan justru memberi kejutan luar biasa! Saat selesai beribadah Paskah dan kembali ke rumah sakit, aku mendapati tidak ada lagi alat bantu menempel di tubuh Angel! Ia sudah sadar dan bisa merespon! Benar-benar sebuah kejutan besar! Rasa senangku meelebihi orang yang mendapat hadiah uang satu miliar! Kupanggil nama anakku, dan di situlah aku segera tahu kalau ia bisa mejawab dan tersenyum! Oh, ini hadiah paskah terindah buat kami!  Tuhan Yesus benar-benar hidup!

Dokter pun terheran-heran dengan perkembangan Angel yang luar biasa. Karena kondisinya terus membaik, tak berapa lama ia dipindahkan ke ruang HCU. Tentu bisa dibayangkan betapa sukacita dan bahagianya aku, sebagai ibu. Hanya ada yang sedikit yang mengganjal. Aku melihat kedua mata Angel berkumpul di tengah. Saat aku konfirmasikan hal itu ke dokter spesialis syaraf, ia katakan itu terjadi bisa disebabkan penyakit yang Angel derita. Aku bersyukur, Tuhan pertemukan kami dengan para dokter yang seiman dan banyak membantu kami. Setiap kali aku khawatir dengan kondisi Angel, mereka justru mengingatkan aku agar berdoa dan percaya untuk hasil yang terbaik.

Hanya sehari Angel berada di ruang HCU.  Dia terus bertambah sehat dan bisa berbicara dengan lancar. Sekalipun kulit di pipinya sempat melepuh tetapi setelah aku oleskan madu, beberapa hari kemudian kulitnya mulai terkelupas dan mengering. Angel yang sudah 7 hari tidak makan, mulai meminta makanan. Selang makannya pun dicabut, dan ia mulai dilatih untuk makan normal. Aku coba suapi bubur, dan di luar dugaan ia pintar sekali menelannya. Melihat progres Angel yang luar biasa, ia dirujuk pindah ke ruang perawatan biasa. Baru sehari di ruang perawatan biasa, mata Angel sudah kembali normal! Sungguh ajaib! Saat mulai berlatih berjalan, pada keesokan harinya Angel sudah bisa melangkah dengan gagah!    

Hari ke dua di ruang perawatan biasa, Angel diperiksa ulang secara keseluruhan. Itu untuk memastikan apakah kondisinya sudah benar-benar membaik. Hasilnya, Angel bukan hanya dinyatakan sembuh total, tetapi juga tidak mengalami efek yang berarti dari meningitis. Kondisi mata, memori, syaraf, dan lainnya semua bagus! Hasil yang sungguh di luar prediksi dokter dan medis. Para dokter bahkan mengatakan kalau kesembuhan Angel adalah mukjizat, karena prosesnya sangat cepat dari penderita meningitis pada umumnya. Biasanya orang yang menderita meningitis mesti dirawat 2-3 minggu, tetapi Angel di hari ke-15 sudah dibolehkan pulang ke rumah.

Bukan hanya mukjizat kesembuhan yang Tuhan kerjakan bagi kami, tetapi juga dari mukjizat finansial. Jika dilihat dari kemampuan dan mengandalkan gaji suamiku yang hanya karyawan biasa, ditambah kami tidak punya tabungan, biaya perawatan sebesar ratusan juta adalah jumlah yang luar biasa besar!  Tetapi Tuhan memang luar biasa baiknya! Sebulan sebelum kejadian, Tuhan mencurahkan berkat, yang kemudian kami putuskan untuk disimpan di bank. Selama Angel di rumah sakit, Tuhan juga mengirim teman-teman yang dengan sukarela dan tulus memberi bantuan  untuk meringankan biaya rumah sakit. Terkumpul sekitar 50 juta rupiah. Ah, betapa berterima kasihnya kami pada kebaikan mereka. Setelah kami hitung-hitung dan kumpulkan semua, ternyata cukup untuk melunasi biaya rumah sakit. Kami bisa keluar dari rumah sakit tanpa harus berutang! Sungguh, Tuhan tidak akan mempermalukan orang-orang yang mengandalkan dan menaruh harap hanya kepadaNya.

Sekarang Angel sudah beraktivitas seperti biasanya. Jika melihat bagaimana sehatnya ia hari ini, orang sepertinya tidak akan pernah mengira kalau Angel pernah mengalami meningitis dan sempat koma.

Dari pengalaman ini aku belajar banyak. Pertama, manusia memang tidak perlu khawatir dengan kehidupannya. Sebab, apa pun yang kita miliki semuanya kepunyaanNya. Kedua, kita tidak boleh mengasihi apa yang ada pada kita, termasuk anak-anak kita, melebihi kasih kita pada Tuhan. Tuhan ingin kita cukup mengasihi Dia saja, sebab ketika kita mengasihiNya maka anak-anak dan segala milik kita ada dalam perlindunganNya. Ketiga, belajarlah berserah penuh pada Tuhan. Ketika kita percaya, berserah dan mengerjakan bagian kita dengan ikhlas dan tulus, maka Tuhan pasti akan melakukan bagianNya. Dan satu keyakinanku, dan itu juga yang selalu aku tanamkan pada Angel, bahwa lewat peristiwa ini Tuhan ingin menjadikan hidupnya sebagai kesaksian dan berkat bagi banyak orang. TUhan ingin dia hidup untuk suatu tujuan yang mulia, dan itulah yang harus dijalani dan diselesaikannya. 

Thank you my Lord, for Your unlimited blessing!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun