Dan memasuki episode PRT yang ke -8 ini kami pun ternyata masih diuji .. (he..he..) Baru saja kayanya saya merasa bahagia dengan celotehnya mbak Ayu yang katanya kerasan dan seneng bisa kerja di rumah saya, karena pekerjaannya yang santai dan seperti di rumah sendiri.
Tapi sekarang menjelang 2 minggu dia kerja di rumah, saya sudah mulai bisa membaca sikapnya, yang ‘kebablasan’ mulai dari keluar kamar mandi dengan kembenan handuk saja, kerja menunggu disuruh, termasuk caranya berhannphone ria di tengah malam sehingga sering bangun siiang.
Kesibukannya melayani telp sohibnya yng hamper setiap jam menelpon (..ini dia akibat Talk Mania..) terkadang dia harus off dulu cuci piring, setrika dsb sampai 15-20 menit untuk terima tlp.Â
(dalam hati saya bertanya-tanya..ko ada aja topik yang mereka omongkan..sehingga betah berlama-lama telponan spt itu ya..) Masya Allah, saya ngelus dada. Dan sampai sekarang masih nyari cara yang tepat untuk meluruskannya.Rabbi..mudahkan urusan hamba….
Rupanya ujung ceritanya harus begini. Diperjelas dengan suatu hari, kami mendengar dia telp tergopoh-gopoh kataya harus pulang karena anak semata wayangnya di kampung(yg juga tidak jauh dr kampung halaman suami) sakit dan masuk rumah sakit.Â
Tentu saja saya kaget dan bingung karena dia telp di jam kantor. Kemudian tergesa saya telpon suami. Kami sepakat telp dulu ibunya mbak ayu (alhamdulillah waktu ke rumahnya kami sempat minta no hp nya).Â
"Assalamu'alaikum mbah, pripun kabarnya" sapa saya begegas begitu telp terangkat.
"Alhamdulillah baik" jawab mbah di ujung telpon.
" Pripun kabarnya tole(anak laki-jawa)"Â
"Mmmmm...Alhamdulillah sae" jawab mbahnya kemudian
"Sakit apa mbah" tanyaku kemudian