Mohon tunggu...
eM eN
eM eN Mohon Tunggu... Dosen - Melati Naturalis

@Ida YHera

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mak, Isi Piringku Sama Ikan!

14 Februari 2022   00:04 Diperbarui: 14 Februari 2022   19:59 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Gubrag!!!, terdengar suara barang jatuh dari luar rumah, di halaman. Emak, buru-buru keluar mencari sumber suara. Ternyata si Udin yang baru datang, pulang dari sekolah. Udin adalah salah satu siswa SMK Modern Ngawi kelas XI jurusan Teknologi Komputer Jaringan. Memang sehari-hari Udin berangkat sekolah menunggangi sepeda unta peninggalan Bapaknya. Terlihat sepeda unta Udin tergeletak ambruk di samping pohon talok depan rumah.

"Din, Udin ... kenapa sepedanya diambrukkan begitu Le?", tanya Emak sambil berjalan mendekati anak lelakinya yang sudah mulai beranjak dewasa.

"Males ah Mak!", jawab Udin sekenanya. Dengan muka cemberut, dia berjalan masuk menuju pintu rumah.

Emak hanya bisa geleng kepala sambil mengelus dada melihat kelakuan anak bontotnya. Dengan sedikit meringis, Emak mengambil sepeda Udin lalu menuntunnya masuk ke dapur di samping ruang rumah utama. Emak bergegas melanjutkan kegiatan memasaknya. Tampak Emak sedang menggoreng tempe sebagai pelengkap sajian makan siang di meja. Hari ini Emak masak sayur bayam, sambal terasi, dan tempe goreng.

Hmm, Udin pasti lapar pikir Emak. Bergegas Emak menuju kamar Udin, dilihatnya anak lelakinya sedang tengkurap di tempat tidur sambil bermain ponsel. Peci dan sarungnya belum juga dilepas setelah solat Dhuhur. "Din, ayo maem Le!", perintah simbok masih dengan nada merayu. Tapi Udin terlihat asyik dengan ponselnya, seolah sengaja tidak menghiraukan Emaknya. Ada apa anak ini pikir Emak, tidak biasanya Udin bersikap begitu pada Emak. Didekatinya si Udin, Emak duduk di pinggir tempat tidur Udin.

"Din ...", panggil Emak

"Hmm ...", sahut Udin tanpa melihat Emak

"Din, ayo makan dulu!", perintah Emak lagi sambil mengelus kepala jagoannya itu. "Kamu kenapa to, tidak biasanya Udin begini?", tanya Emak sedikit merayu Udin. Emak memang sangat menyayangi Udin dan selalu bersikap lembut. Udin satu-satunya teman Emak di rumah setelah suaminya, Bapaknya Udin, meninggal dunia setahun yang lalu. Kakak-kakak Udin semuanya lelaki dan sudah tinggal di luar kota.

"Udin mau tidur Mak, Udin tidak lapar!", jawab Udin sedikit ketus. Dibenamkannya mukanya di bantal yang sudah mulai kempes kapuknya.

"Ya sudah, tidur dulu saja. Kalau nanti sudah lapar, makan ya. Emak sudah buatkan sayur bayam kesukaanmu, tempe goreng sama sambal terasi, mantap lo Din.", Emak masih merayu. Memang sayur bayam adalah sayur favoritnya Udin.

Sepertinya Udin sudah bulat tekatnya untuk tidak makan siang, dia langsung tidur setelah Emak putus asa merayu dan keluar dari kamarnya. Entah apa yang membuat Udin bersikap demikian. Sangat berbeda dari keseharian Udin yang ceria, meskipun keceriannya tidak didukung oleh kondisi fisiknya. Udin berbadan kurus dengan bentuk tulang punggung sedikit membungkuk. Tinggi badannya pun bisa dianggap di bawah rata-rata, karena Udin termasuk anak yang pendek untuk ukuran anak lelaki seusianya.

Setelah solat Ashar, Udin duduk di lincak halaman rumah. Lincak buatan Bapaknya tiga tahun yang lalu itu masih terlihat kokoh di bawah pohon talok. Sambil bermain ponsel, sesekali Udin melemparkan pandangannya ke jalan raya melihat lalu lalang sepeda motor yang lewat di depan rumahnya. Tanpa disadarinya, Emak sudah duduk di samping Udin. Emak memperhatikan sikap Udin yang aneh sejak tadi siang.

"Sudah makan?", tanya Emak

"Belum Mak.", Udin menjawab pendek, sedikit terkejut karena dia tak melihat Emak datang.

"Ya sudah.", jawab Emak sembari berdiri beranjak dari lincak.

"Mak!", tiba-tiba Udin memanggil Emak dengan raut wajah tanggung, seperti ada yang dia pikirkan.

"Ada apa Din? Tingkahmu anak sejak pulang sekolah.", Emak kembali duduk di samping anaknya.

"Udin boleh tanya Mak?", wajah penasaran Udin semakin jelas.

"Tanya apa?", Emak mengusap lembut kepala Udin.

"Dulu ... sewaktu Udin bayi, pernah divaksin apa tidak Mak? Udin dikasih ASI apa tidak sama Emak? Udin pernah dikasih makanan yang bergizi ndak Mak?", cerocos Udin pada Emak.

"Eh, kok tanyanya begitu? Nyerocos pula, satu-satu Din.", ucap Emak sambil menahan tawa. "Jelas dulu kamu juga divaksin, Emak rajin bawa Udin ke Posyandu. Udin juga dikasih ASI sampai umur tiga tahun lho.", jelas Emak pada Udin.

"Tapi, kenapa Udin tidak bisa seperti teman yang lain Mak?", Udin masih penasaran.

"Tidak bisa seperti teman yang lain itu bagaimana maksudnya?", kali ini Emak yang serius bertanya.

"Ya ... badan Udin kurus, tidak setinggi teman laki-laki Udin yang lain. Kenapa ya Mak?", tanya Udin masih memburu Emak.

"Ealah Din ... itu to. Mungkin karena Emak dan Bapak tidak punya uang untuk membeli makanan yang bergizi sewaktu kamu kecil. Jadi ya kurang asupan gizi.", jelas Emak dengan mata berkaca-kaca melihat kesedihan di raut wajah Udin. Mungkin Emak merasa bersalah dengan kondisi Udin sekarang. "Tapi, kenapa Udin sekarang membahas itu?", suara Emak terdengar parau.

"Tadi pagi di sekolah, Bu Ida guru Bahasa Inggris, membahas tentang lomba artikel bertema stunting, Mak. Udin menjadi minder karena badan Udin seperti ciri-ciri yang dikatakan Bu Ida. Teman-teman juga bilang Udin kena stunting, Mak.", jelas Udin pada Emak.

"Stunting itu apa Din? Mak ndak mengerti bahasa asing. Memang kata bu Ida, apa ciri-ciri stunting?", Emak ganti memberondong Udin dengan pertanyaan-pertanyaan. Kali ini Emak jadi penasaran.

"Stunting itu kata Bu Ida adalah gangguan tumbuh kembang anak yang disebabkan masalah gizi kronis sejak anak masih berada dalam kandungan. Umumnya, gejala stunting baru terlihat saat anak berusia 2 tahun. Stunting merupakan parameter pertumbuhan anak berdasarkan tinggi badan. Stunting biasanya diiringi wasting. Wasting adalah parameter pertumbuhan anak berdasarkan berat badan. Ciri-ciri anak stunting yaitu tinggi badan anak tergolong pendek jika dibandingkan dengan rata-rata tinggi badan anak seusianya, meskipun proporsi tubuh tampak normal atau tidak terlalu gemuk atau tidak terlalu kurus tapi penampilan anak terlihat lebih muda daripada usia sebenarnya, pertumbuhan gigi tergolong lambat, persebaran lemak pada tubuh tidak merata sehingga ada bagian tubuh yang tampak lebih berlemak, misalnya pipi chubby. Selain itu Mak, saat memasuki usia sekolah, anak akan kesulitan berkonsentrasi ketika belajar atau melakukan aktivitas lainnya, anak stunting yang sudah memasuki usia sekolah juga memiliki keterbatasan daya ingat, ciri terakhir yaitu pada masa pubertas juga berlangsung terlambat dibandingkan anak seusianya.", jelas Udin panjang lebar pada Emak.

"Ooo, begitu ya.", Emak manggut-manggut. "Lalu, bagaimana cara menanggulangi stunting?", Emak semakin penasaran mendengar penjelasan Udin.

"Kata Bu Ida untuk mencegah stunting ada beberapa cara Mak. Satu, mencukupi kebutuhan gizi ibu hamil sejak kandungan masih berusia beberapa minggu. Dua, Ibu hamil juga harus rajin memeriksakan kondisi kandungannya ke dokter. Para ibu hamil juga harus telaten menjaga kondisi psikis. Jangan sampai kondisi stres selama hamil menyebabkan perubahan hormon yang berimbas pada gangguan tumbuh kembang janin. Tiga, kondisi lingkungan tempat tinggal ibu hamil harus benar-benar bersih. Akses air bersih untuk minum dan MCK harus tercukupi demi meminimalkan risiko penyakit menular pada ibu hamil. Empat, setelah melahirkan, para ibu harus tetap mendapatkan asupan gizi seimbang setiap hari. Asupan gizi tersebut merupakan sumber makanan yang mendukung produksi air susu ibu (ASI) berkualitas. Lima, Anak yang baru lahir harus dijadwalkan vaksinasi secara rutin hingga mendapatkan seluruh rangkaian vaksinasi secara lengkap. Vaksinasi sangat penting untuk meminimalkan risiko infeksi dini dan penyakit yang rentan menyebabkan anak stunting. Selain vaksinasi, bayi juga harus melakukan kontrol kesehatan ke dokter anak secara rutin. Kontrol kesehatan dapat membantu deteksi stunting sejak dini sehingga kecenderungan gagal tumbuh tersebut bisa diminimalkan. Enam, bila anak telah lahir, para orang tua harus mencari informasi detail tentang asupan gizi yang seimbang bagi buah hatinya. Para orang tua lebih sigap menyiapkan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang turut berperan penting mencegah stunting. Tujuh, mengatasi segala penyakit yang diidap anak secara intensif. Anak-anak yang sakit biasanya mengalami gangguan hormon dan perlambatan laju pertumbuhan. mendukung tumbuh kembangnya. Terakhir Mak ... kata Bu ida, pemerintah juga wajib aktif memberikan pengadaan fasilitas kesehatan bagi ibu hamil, bayi, dan menyusui. Berbagai layanan kesehatan seperti pos pelayanan terpadu (Posyandu) harus diadakan secara rutin setiap dua minggu atau satu bulan sekali. Kegiatan posyandu tak hanya untuk memantau tumbuh kembang anak, tetapi juga menjadi momen yang tepat untuk memberikan vitamin serta makanan bergizi untuk anak. Bahkan di sekolah juga harus diberikan informasi tentang cegah stunting, harus gencar disebarkan melalui pendidikan akademis maupun seminar-seminar kesehatan. Jadi generasi muda semakin mengenal stunting dan berinisiatif melakukan upaya pencegahan, begitu kata Bu Ida ... Mak.", Udin makin panjang lebar menjelaskan pada Emak.

"Memang sih Din, kalau dilihat dari ciri-ciri yang kamu bilang, kamu seperti anak yang terkena stunting.", kata Emak dengan ekspresi penuh penyesalan. Mungkin Emak berpikir kenapa dahulu asupan gizi bayi Udin tidak diperhatikan.

"Mak ... Udin gak mau kena stunting Mak, Udin malu sama teman-teman.", kata Udin mengiris hati Emak.

"Lalu apa yang bisa Emak lakukan sekarang Din, kamu sudah besar. Tidak mungkin Emak mengulang kembali masa bayimu.", kata Emak memelas.

"Kata Bu Ida, Udin harus banyak makan makanan bergizi, harus istirahat yang cukup dan berolahraga Mak.", kali ini mulai terlihat binar di mata Udin.

"Iya Din, ikuti kata Bu Guru. Kamu pasti bisa seperti temanmu yang lain.", Emak tersenyum menyejukkan hati Udin.

"Mak, Udin punya satu permintaan ya Mak.", ucap Udin dengan wajah memelas.

"Minta apa Le?", tanya Emak pada Udin. Kalau ekspresi Udin sudah memelas begini, Emak tak sampai hati menolak.

"Udin besok minta lauk jangan hanya tempe. Mak, isi piringku sama ikan ya Mak ...Udin pingin makan ikan Mak, biar Udin sehat dan kuat.", terang Udin meringis sambil diangkatnya dua lengannya ke samping kanan dan kiri seperti olahragawan.

"Iya Din, besok Mak beli ikan di pasar. Udin harus sehat dan kuat seperti almarhum Bapak.", jawab Emak sambil mengangkat dua lengannya juga seperti Udin.

Keduanya tertawa, sambil meneruskan obrolan lainnya. Senja mengiringi akhir canda Emak dan Udin di lincak. Keduanya lalu masuk ke dalam rumah karena sudah terdengar adzan Maghrib. Waktunya seluruh makhluk di muka bumi menunaikan ibadah pada Sang Maha Pencipta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun