Gubrag!!!, terdengar suara barang jatuh dari luar rumah, di halaman. Emak, buru-buru keluar mencari sumber suara. Ternyata si Udin yang baru datang, pulang dari sekolah. Udin adalah salah satu siswa SMK Modern Ngawi kelas XI jurusan Teknologi Komputer Jaringan. Memang sehari-hari Udin berangkat sekolah menunggangi sepeda unta peninggalan Bapaknya. Terlihat sepeda unta Udin tergeletak ambruk di samping pohon talok depan rumah.
"Din, Udin ... kenapa sepedanya diambrukkan begitu Le?", tanya Emak sambil berjalan mendekati anak lelakinya yang sudah mulai beranjak dewasa.
"Males ah Mak!", jawab Udin sekenanya. Dengan muka cemberut, dia berjalan masuk menuju pintu rumah.
Emak hanya bisa geleng kepala sambil mengelus dada melihat kelakuan anak bontotnya. Dengan sedikit meringis, Emak mengambil sepeda Udin lalu menuntunnya masuk ke dapur di samping ruang rumah utama. Emak bergegas melanjutkan kegiatan memasaknya. Tampak Emak sedang menggoreng tempe sebagai pelengkap sajian makan siang di meja. Hari ini Emak masak sayur bayam, sambal terasi, dan tempe goreng.
Hmm, Udin pasti lapar pikir Emak. Bergegas Emak menuju kamar Udin, dilihatnya anak lelakinya sedang tengkurap di tempat tidur sambil bermain ponsel. Peci dan sarungnya belum juga dilepas setelah solat Dhuhur. "Din, ayo maem Le!", perintah simbok masih dengan nada merayu. Tapi Udin terlihat asyik dengan ponselnya, seolah sengaja tidak menghiraukan Emaknya. Ada apa anak ini pikir Emak, tidak biasanya Udin bersikap begitu pada Emak. Didekatinya si Udin, Emak duduk di pinggir tempat tidur Udin.
"Din ...", panggil Emak
"Hmm ...", sahut Udin tanpa melihat Emak
"Din, ayo makan dulu!", perintah Emak lagi sambil mengelus kepala jagoannya itu. "Kamu kenapa to, tidak biasanya Udin begini?", tanya Emak sedikit merayu Udin. Emak memang sangat menyayangi Udin dan selalu bersikap lembut. Udin satu-satunya teman Emak di rumah setelah suaminya, Bapaknya Udin, meninggal dunia setahun yang lalu. Kakak-kakak Udin semuanya lelaki dan sudah tinggal di luar kota.
"Udin mau tidur Mak, Udin tidak lapar!", jawab Udin sedikit ketus. Dibenamkannya mukanya di bantal yang sudah mulai kempes kapuknya.
"Ya sudah, tidur dulu saja. Kalau nanti sudah lapar, makan ya. Emak sudah buatkan sayur bayam kesukaanmu, tempe goreng sama sambal terasi, mantap lo Din.", Emak masih merayu. Memang sayur bayam adalah sayur favoritnya Udin.
Sepertinya Udin sudah bulat tekatnya untuk tidak makan siang, dia langsung tidur setelah Emak putus asa merayu dan keluar dari kamarnya. Entah apa yang membuat Udin bersikap demikian. Sangat berbeda dari keseharian Udin yang ceria, meskipun keceriannya tidak didukung oleh kondisi fisiknya. Udin berbadan kurus dengan bentuk tulang punggung sedikit membungkuk. Tinggi badannya pun bisa dianggap di bawah rata-rata, karena Udin termasuk anak yang pendek untuk ukuran anak lelaki seusianya.