Dulu, sebelum kau terpilih, kita pernah semeja kawanDukuk Makan bersama ditemani wanita-wanita menawan
Kita habiskan minuman bersoda sambil mencicipi perawan
Di atas ranjang kita buat kesepatan, besok kita pura-pura jadi lawan
Nanti kalau kau menang, kita bagi rata proyek di tengah jalan
Syukurku melangit
Sebab pemilu telah usai dengan sengit
Sekarang kau duduk di parlemen
Mana janjimu belikan aku apartemen?
Ah, dasar ! kamu tidak setia kawan
Orang seperti kau hanya memikirkan partaimu
Pantas harga dirimu sama seperti warna yang keluar dari Anusmu
Baiklah kalau kau memilih ingkar
Aku akan buka rahasia partaimu yang suka melingkar
Aku akan ceritakan semua kepada pak jaksa
Bahwa kau anak partai yang suka memaksa
Kau bilang kau saudaranya bupati
Agar kau bisa meraih simpati
Dasar pembohong ! Kusumpahi kau biar cepat mati
Akan kulaporkan kau ke polisi
Atas dosamu menyuapi rakyat dari hasil korupsi
Biar mulut bereka bisu tak bisa interupsi
Juga kelakuan partaimu yang sama dengan majusi
ya ! partai golongan karya-wan yang suka kolusi
Suka membuat kehidupan rakyat desa jadi banyak polusi
Kau Khotbahkan visi misi yang suci
Kelakuanmu sendiri bejat suka jilati paha para buci
Sekarang aku sadar
Kita akan masuk perang badar
Aku sekarang berani mengajakmu bertikai
Aku siap menunggumu di dekat motel pantai
Kita tuntaskan semua! sampai tepar
Bro ! biar partaimu besar! kau kira aku takut?
Sorry ya! aku bukan anak belut
Yang suka kabur dan main sikut
Biar aku mati, asal tidak ikut kamu, si konconya thagut
Aku tahu rahasiamu...
Demi kemenangan partai
Kau tampal mulut malaikat bumi pakai rupiah
Kulihat liur mereka meleleh dan segera lepas kopiah
Ah jangan bohong, aku temukan ini di paguyaman pantai
Jangan belagu dan sok santai
Katakan saja kebenaran biar kau tidak kubantai
Jujurlah kawan, kita dulu memang separtai
Kutahu warna celana dalammu dan kau juga demikian
Karena dulu kita sama-sama memang kesepian
Aku masih ingat, dulu kita setubuhi sesprimu di tepian
Lalu kita tertawa bersama melepas kesunyian
Sekarang aku tobat kawan
Aku akan berhenti berbohong
Aku memilih mati karena membuka kebenaran
Daripada hidup dalam kebohongan
Sadarlah kawan, sebelum kita mati di tiang kegetiran
Sungguh jabatan yang kau incar, hanyalah ketenaran
Gorontalo, 25 mei 2014Mas Idrus
Sumber Gambar : inilah.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H