Negeri kecil ini tak bermimpi menjadi negeri yang kaya tapi mereka ingin menjadi negara paling berbahagia di seluruh dunia. Namun betulkah warganya merasa demikian?
Mari berkenalan dengan Ugyen Dorji, pemuda yang bermimpi menjadi penyanyi profesional. Sebagaimana umumnya generasi millenial, Ugyen merasa terperangkap dalam hidupnya. Ia merasa tak menemukan jati dirinya, bahkan yang paling miris, ia mungkin tak merasa bahagia. Tapi negara mewajibkannya mengabdi dan ia harus menyelesaikannya setahun lagi.
Maka dikirimlah Ugyen ke Lunana, sebuah desa di puncak gunung dengan ketinggian lebih dari 11 ribu kaki dari permukaan laut. Kita bisa menebak apa yang terjadi dengan pemuda berusia 20-an ini.Â
Sepanjang perjalanan berjalan kaki yang memakan waktu berhari-hari, ia terus menerus mengeluh. Dan ia dongkol setengah mati ketika tiba di desa Lunana yang minim segalanya. Mulai dari sekolah tempatnya mengajar, rumah tempatnya berdiam hingga soal listrik yang byar-pet.
"Lunana: a Yak in the Classroom" bisa ditonton di Klik Film.
5. QUO VADIS, AIDA
Aida adalah sosok guru yang kemudian membantu PBB menjadi penerjemah di tengah konflik panas Serbia -- Bosnia Herzegovina. Kakinya berpijak di 2 tempat: di kawasan PBB yang mencoba mengupayakan jalan damai bagi Srebrenica agar tak diduduki tentara Serbia dan di luar kawasan PBB yang mencari jalan untuk membantu suami dan dua anak laki-lakinya terhindar dari moncong senjata.Â
Sebuah situasi yang sulit bagi Aida, juga situasi sulit bagi puluhan ribu manusia yang harus angkat kaki dari rumahnya sendiri yang sudah didiami puluhan tahun.
Dan Mladic adalah reinkarnasi Amon Goeth. Ia tak punya perasaan apapun ketika memerintahkan bawahannya menghabisi nyawa seorang tahanan. Seperti salah adegan di "Schlinder's List" ketika Amon yang baru saja bangun pagi meregangkan tangannya dengan menembakkan senjata ke sembarang orang tahanan di kamp Auschwitz. Â
Ia bahkan membagikan cokelat dan roti dan meyakinkan semua orang bahwa mereka akan baik-baik saja. Tapi kata "baik-baik saja" memang hampir selalu bermakna "malapetaka".
Jasmila Zbanic memperlihatkan beragam adegan realistik yang mengoyak hati. Kita melihat ribuan orang bertahan di luar kawasan PBB dan berharap mereka bisa mendapatkan perlindungan dan keamanan dari pasukan perdamaian.Â