“Maaf, kami takut pada wanita putih itu .. kami terpaksa sembunyi” Do dan Bee juga ada didalam bilik itu. Aku tertawa riang lalu kembali membangun gedungku yang belum selesai.
…
Sekarang aku berada dirumah wanita putih, rumahnya juga berwarna putih. Aku membawa serta bilikku, Do, Nar dan Bee, dan yang paling penting adalah gedungku.
Aku tadinya tidak mau pergi, karena kalau aku pergi gedungku akan hancur. Aku menangis, menjerit, tapi wanita putih itu memberiku banyak coklat dan permen. Katanya dirumahnya masih banyak lagi, tak apalah, toh gedungku sudah sering hancur. Bee senang sekali kalau melihat gedungku hancur.
Ada beberapa anak lain disitu. Mereka juga punya bilik masing-masing. Mereka juga membawa gedung mereka sendiri.
Pertama-tama aku masih sering melihat si wanita paus, tapi belakangan ini aku jarang melihatnya. Dia dan laki-laki itu hanya datang sekali waktu. Aku tidak ambil pusing, wanita putih ini lebih baik dari mereka. Wanita putih ini sering memberiku permen dan coklat. Aku juga lebih mengerti ucapannya, karena dia tidak bicara dengan bahasa paus.
Dia sering datang dan menunjukkan gambar-gambar binatang.
“Paus …” aku menunjuk kelembar buku itu, ketika halamannya menunjukkan seekor paus. Wanita putih itu senang sekali. Dia memujiku dan memberiku hadiah lagi.
Aku ingat dulu sekali si wanita paus pernah mengatakannya padaku, ketika ada banyak paus dikotak cahaya. Dia berkata kalau manusia tidak mengerti bahasa paus.
Gedungku hampir selesai, Bee sudah jarang mengganguku. Dia kelihatan sebal tidak bisa mengolokku. Tapi entah mengapa rasanya akhir-akhir ini aku sudah tidak begitu berminat menyelesaikan gedung ini.
…