Mohon tunggu...
Nurul
Nurul Mohon Tunggu... Freelancer - -

-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Maraknya Olimpiade Sains, Apakah Kredibel untuk PPDB

5 November 2024   18:10 Diperbarui: 5 November 2024   18:20 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu cara untuk bisa mendaftar PPDB ke sekolah negeri adalah melalui jalur prestasi. PPDB melalui jalur prestasi ini ditentukan berdasarkan prestasi akademik ataupun non akademik.

 Jalur prestasi akademik bisa dipenuhi dari hasil nilai rapot, sementara jalur prestasi non akademik berupa penghargaan yang dicapai oleh siswa pada tingkat internasional sampai kabupaten/kota yang diselenggarakan oleh lembaga pemerintah atau organisasi yang diakui oleh pemerintah. 

Jalur prestasi non akademik ini bisa meliputi bidang seni, olahraga, keagamaan dan lain-lain. 

Menurut saya pribadi, pada poin japres akademik ada sesuatu yang bertolak belakang, dimana Kurikulum Merdeka meniadakan sistem ranking di sekolah sementara jalur prestasi akademik memuat batas nilai yang harus dicapai siswa sebagai syarat mengikuti jalur prestasi akademik. 

Walaupun memang pada kenyataannya, penerimaan jalur prestasi memenuhi kuota sebanyak 30% dari total daya tampung sekolah, dengan perbandingan 6:4 untuk jalur prestasi akademik dan non akademik. Serta adanya syarat lain yang harus dipenuhi jika ingin mengikuti PPDB jalur prestasi akademik atau non akademik.

Dengan adanya japres non akademik yang bisa meliputi: aktif ikut serta dalam organisasi di sekolah; dan dari kejuaraan lomba berbagai bidang, orang tua jadi mempersiapkan anaknya untuk mengikuti kompetisi ini-itu agar bisa mendapatkan sertifikat yang bisa diajukan sebagai salah satu syarat pendaftaran PPDB melalui japres non akademik. 

Salah satu kompetisi yang diminati banyak orang tua adalah olimpiade. PPDB japres non akademik memang menerima sertifikat Olimpiade Sains Nasional (OSN), Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (02SN) dan beberapa lomba lainnya, yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek. 

Sayangnya, saat ini banyak lembaga yang belum jelas kredibilitasnya mengadakan kegiatan kompetisi yang mengatasnamakan 'olimpiade'. 

Banyak iklan kegiatan semacam ini berseliweran di sosial media, kebanyakan dari mereka mencantumkan kata 'olimpiade nasional' atau 'kompetisi nasional' untuk judul kegiatan tersebut. 

Saya yakin banyak orang tua yang terkecoh dengan iklan berbagai olimpiade yang bisa diikuti secara gratis ataupun berbayar dengan harapan bisa mendapat sertifikat yang bisa digunakan saat pendaftaran PPDB jalur prestasi non akademik. 

Suatu kali saya pun terkecoh dengan iklan olimpiade yang saya temukan di laman instagram. Kemudian algoritma media sosial tersebut pun langsung bekerja dan menampilkan lebih banyak penawaran untuk mengikuti kegiatan olimpiade yang diselenggarakan oleh berbagai lembaga. 

Sebagian besar dari olimpiade tersebut banyak memuat kata 'olimpiade' dan 'sains' yang mengecoh karena mirip dengan Olimpiade Sains Nasional (OSN) yang diadakan oleh Kemedikburistek. Seperti misalnya: 'Olimpiade Sains Indonesia', 'Olimpiade Sains Nusantara', dan sejenisnya. 

Hal ini mulai membuat saya curiga yang kemudian membawa saya pada pencarian mengenai maraknya kegiatan olimpiade yang berseliweran di sosial media.

Saya mulai mencari informasi mengenai lembaga yang mengadakan olimpiade ini yang ternyata merupakan bagian dari salah satu sekolah swasta. Olimpiade dari yayasan ini diselenggarakan secara offline di beberapa kota. 

Yayasan ini mengaku memiliki izin legalitas dan mematok biaya yang berangsur naik mendekati waktu pelaksanaannya, bahkan bisa mendaftar di hari H pelaksanaan. Setelah peserta selesai mengikuti kegiatan olimpiade tersebut, penyelenggara memberikan sertifikat kepesertaan dan medali plastik yang ditempeli hasil print dari logo kegiatan olimpiade tersebut. 

Namun apabila dilihat dari situs yayasan penyelenggara, banyak hal ganjil yang bisa ditemukan, seperti pada laman sertifikat dan penghargaan yang diterima oleh yayasan tersebut tapi yang ditampilkan adalah contoh sertifikat yang bisa kita temukan di mesin pencari Google, bahkan tanpa perubahan yang berarti seperti penulisan nama pada sertifikat bukan lembaga yang bersangkutan, tetapi 'Surname' dan 'John Smith' yang menurut saya tidak ada kaitannya. 

Lalu juga di laman yang memuat tentang profil yayasan tersebut yang terlihat kurang 'proper' untuk disebut sebagai situs penyelenggara olimpiade yang kredibel. 

Kemudian saya berpikir lagi untuk mendaftar kegiatan olimpiade di lembaga yang berbeda yang diselenggarakan secara online dan tidak dipungut biaya apapun, dengan tujuan untuk melihat seperti apa soal olimpiade itu. 

Saya berharap menemukan soal dengan standar olimpiade, baik tingkat kota ataupun di atasnya, yang tentu saja sesuai dengan jenjang pendidikan yang dipilih, agar bisa dijadikan pengalaman mempelajari soal standar olimpiade. 

Di hari H waktu pelaksanaannya, saya coba log in dengan user id dan password yang sudah diberikan melalui pesan whatsapp ketika saat pendaftaran. Saya menemukan soal yang menurut saya tidak sesuai dengan jenjang SD yang saya pilih. 

Saya pikir soal-soal tersebut akan memuat pilihan ganda mengenai kosakata dan susuna

n kalimat dalam Bahasa Inggris; grammar sesuai dengan pelajaran pada tingkat sekolah dasar; atau soal cerita yang mudah dipahami. Namun yang saya lihat  adalah soal pilihan ganda mencari pernyataan yang paling sesuai dari bacaan teks yang pembahasannya cukup berat untuk anak usia sekolah dasar. 

Dimana soal awal langsung diberikan bacaan mengenai bebatuan vulkanik. Saya lalu membaca beberapa soal dan mencoba menjawabnya bersama anak saya. 

Tidak disangka keesokan harinya muncul pengumuman hasil olimpiade  tersebut dan peserta atas nama anak saya dinyatakan sebagai salah satu peraih medali perak tingkat provinsi dan bisa mengikuti ke tingkat berikutnya. Karena penasaran, saya mencoba log in lagi mengikuti tahapan tingkat nasional ini. Soal yang diberikan masih serupa dengan soal sebelumnya, dan saya isi secara asal memilih jawaban terpanjang. 

Singkat cerita, hasilnya anak saya dinyatakan sebagai salah satu peraih medali emas tingkat nasional. Lalu saya diarahkan untuk mengklaim sertifikat yang mencantumkan prestasi tersebut dengan syarat membayar sesuai pilihan, apakah mau dikirimkan seritikat cetak saja, atau dengan medali atau dengan tambahan kaos olimpiade (semacam merchandise).

Karena tidak sesuai harapan, saya mencari informasi lagi mengenai maraknya kegiatan olimpiade ini. 

Dari hasi pencarian saya, ternyata banyak lembaga yang mengadakan kegiatan olimpiade seperti ini dengan beragam sistem, ada yang online ataupun offline, ada yang berbayar dan mendapatkan sertifikat cetak kepesertaan&medali; ada juga yang menggratiskan pendaftaran tetapi harus menebus sekian rupiah jika ingin mendapatkan sertifikat&medali. 

Sayangnya saya masih belum menemukan ada lembaga/penyelenggara yang terdaftar secara resmi di Kemendikbudristek. 

Kebanyakan dari penyelenggara olimpiade yang banyak muncul iklannya di media sosial itu memiliki legalitas AHU, dimana AHU adalah badan pemerintahan di bawah Kemenkumham, yang menyediakan layanan publik secara online yang bertujuan untuk memfasilitasi berbagai keperluan administrasi hukum. Untuk mendapatkan nomor AHU pun bisa diajukan dengan mengikuti ketentuan yang tertera di situs AHU, dan seharusnya AHU diperuntukan untuk PT/notaris, bukan lembaga pendidikan. 

Jadi singkatnya adalah olimpiade tersebut tidak kredibel karena memiliki legalitas AHU yang  tidak terdaftar di bawah Kemendikbudristek, melainkan di bawah naungan Kemenkumham. Bahkan ada beberapa lembaga penyelenggara olimpiade yang mencantumkan nomor AHU dari lembaga lain. 

Selain itu juga lembaga penyelenggara kegiatan olimpiade itu tidak transparansi dalam penyampaian informasi terkait teknis pelaksanaannya, seperti: bagaimana kriteria dan metode penilaiannya; materi lomba yang seharusnya sesuai dengan jenjang tingkatan sekolahnya; dan siapa dewan juri yang ditunjuk oleh penyelenggara. 

Sayangnya masih banyak orang tua yang meyakini bahwa kompetisi berkedok olimpiade, yang dengan mudah bisa diikuti oleh siapapun ini, bisa membantu anaknya untuk mendaftar ke japres non akademik saat PPDB nanti. 

Padahal sekolah yang dituju pun akan lebih selektif lagi dalam menyaring sertifikat yang diterimanya, mengkurasi apakah lembaga penyelenggaranya kredibel atau tidak.

Ada yang menyebutkan bahwa kegiatan olimpiade ini sebenarnya diadakan oleh produsen  medali yang menjadikannya sebagai peluang bisnis. 

Caranya dengan membuat konsep olimpiade, menghasilkan banyak pemenang, dan pemenang tersebut diminta untuk menebus sertifikat penghargaan dan medali dengan nominal tertentu. 

Bisa dibayangkan berapa banyak peserta yang lolos sebagai pemenang yang ingin mengklaim sertifikat&medali tersebut, padahal belum tentu diterima saat proses PPDB nantinya.

Kesimpulannya, olimpiade yang diadakan banyak lembaga yang iklannya bertebaran di media sosial ini mungkin memang tidak termasuk penipuan, karena sistemnya memang ada selayaknya lomba/kompetisi pada umumnya. 

Hanya saja patut dipertanyakan kredibilitas penyelenggaranya; soal pertanyaan yang seharusnya standar olimpiade; jelas atau tidaknya reputasi lembaganya; dan apakah cukup layak untuk diikuti.

Hal ini juga mungkin terjadi karena minim dan terbatasnya lomba yang diadakan oleh pemerintah, sehingga ada pihak yang mengambil keuntungan atas kondisi ini.

 Apalagi dengan sistem pendidikan yang belum siap diimplementasikan di Indonesia dimana sumber dayanya masih terbatas sehingga tidak bisa memaksimalkan informasi mengenai kompetisi resmi yang diselenggarakan oleh pemerintah, yang bisa disampaikan ke peserta didiknya.  

Harapannya dengan adanya informasi ini pemerintah terkait bisa mengontrol kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan agar sesuai dengan konteksnya sehingga tidak disalahgunakan oleh pihak yang ingin mengambil keuntungan dari kelonggaran aturan. 

Dan bagi yang ingin mengikuti kegiatan olimpiade yang diiklankan di sosial  media seperti yang sudah dibahas, agar lebih berhati-hati lagi dengan mencari tahu informasinya dengan jelas terlebih dahulu dan memastikan apakah hasil yang didapat memang bisa digunakan saat pendaftaran sekolah ke jenjang berikutnya.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun