Penulis:
1. Icha Sabila Fauzani Fahrunisa (ichasabila@student.uns.ac.id)
2. Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum. (rohmadi_dbe@yahoo.com / Youtube: M Rohmadi Ratulisa)
Pendidikan Bahasa Indonesia
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
[] Ilmu pragmatik merupakan ilmu yang memuat sebuah tindak tutur. Pada tindak tutur terdapat strategi yang mengandung daya persuasif, untuk menarik minat lawan tutur. Dalam implementasi tindak tutur pragmatik pada kehidupan sehari-hari diperlukan pemahaman tentang penutur dan lawan tutur, dilihat dari latar belakang kontekstual.
Apabila latar belakang kontekstual lawan tutur yang sudah dikenal, maka yang digunakan adalah tindak tutur langsung. Sementara jika latar belakang kontekstual lawan tutur yang belum dikenal, maka yang digunakan adalah tindak tutur tidak langsung. Tindak tutur akan bisa dipahami secara nyata jika penutur dapat memahami lawan tutur. Penutur dan lawan tutur memiliki pengaruh terhadap proses penyampaian tujuan tuturan saat berkomunikasi.
Dalam pragmatik juga dikenal implikatur dan praanggapan. Pada penerapan di kehidupan sehari-hari, setiap tuturan mengandung implikatur contohnya adalah keinginan akan sesuatu. Implikatur biasanya disampaikan melakui tindak tutur tidak langsung untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Untuk itu perlu adanya sesuatu sebagai media penutur untuk menyampaikan maksud tuturan berdasarkan tindak tutur tidak langsung.
Implementasi pragmatik dalam kehidupan sehari-hari melihat penutur menyampaikan tujuan tuturan. Implikatur dalam tindak tutur merupakan bagian dari inti tuturan yang disampaikan penutur kepada lawan tutur. Implikatur ditangkap oleh lawan tutur dan diperanggapkan oleh lawan tutur. Lawan tutur memperanggapkan tuturan dari penutur dilihat dari sisi teks, koteks, dan konteks dan yang paling pokok adalah konteks.
Penutur dan lawan tutur menjadi bagian tak terpisahkan dari sebuah konteks tuturan. Penutur memiliki implikatur yang ingin disampaikan pada lawan tutur. Lawan tutur memiliki konteks untuk memperanggapkan tujuan dari penutur.
Kemudian, partisipan juga bisa memiliki bagian di situasi tutur. Implikatur dan peranggapan dalam tuturan harus memperhatikan penutur, lawan tutur, dan konteks tuturan (linguistik fungsional triadik). Untuk memahami tuturan harus memperhatikan teks, koteks, dan konteks. Apabila sebuah teks menjadi bagian dari tuturan, maka lawan tutur memperanggapkan implikatur untuk dipahami maksudnya.
Dalam implementasinya pada kehidupan sehari-hari, semakin tidak langsung tuturan dari lawan tutur, maka semakin kuat daya perlukosi tuturan mengandung implikatur. Jika dilihat dari sisi lawan tutur, apabila semakin memperhatikan konteks tuturan, maka semakin dekat dengan maksud tuturan yang ingin disampaikan penutur.
Contoh nyata implementasi pragmatik dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat dari contoh kalimat,
(1) "Buanglah sampah pada tempatnya";
(2) "Tempat sampah organik"; dan
(3) "BPJS Kesehatan"
yang terdapat pada tempat pembuangan sampah.
Pada kalimat (1) merupakan sebuah kalimat perintah yang berwujud teks. Kalimat tersebut mengandung maksud perintah membuang sampah pada tempatnya, di mana kalimat (2) berada, hal ini merupakan wujud dari konteks tuturan. Kemudian pada kalimat (3) mengandung makna jika tidak membuang sampah pada tempatnya, maka akan muncul berbagai penyakit yang menjadi tanggung jawab BPJS Kesehatan.
Tindak tutur seperti contoh di atas disampaikan secara langsung dan tidak langsung. Contoh tindak tutur langsung terdapat pada teks kalimat perintah "Buanglah sampah pada tempatnya (struktural).
Sementara tindak tutur tidak langsung berwujud konteks bertujuan untuk mengimbau agar masyarakat membuang sampah pada tempatnya. Implikasinya apabila sampah dibuang ke tempat sampah organik maka masyarakat tidak akan terjangkit penyakit yang dapat membebani BPJS Kesehatan.
Pragmatik merupakan kajian yang memahami maksud di balik ujaran seseorang. Konteks pada pragmatik salah sarunya dari kesemestaan alam, dapat menjadi bagian yang bisa dianalisis untuk menjelaskan komponen yang ada untuk dideskripsikan sehingga memahami sebuah teks bukan semata-mata dilakukan secara struktural saja, tetapi bisa dilihat dari koteks (penjelasan) dan konteks. Implikatur dilakukan dengan memahami maksud dari ujaran seseorang yang dilihat dari sisi teks, koteks, dan konteks.
Dalam pragmatik, semakin tidak langsung tuturan seseorang makan semakin halus dan memiliki tujuan karena implikatur yang jelas. Ketika mempelajari pragmatik, setiap individu harus bisa belajar pada kepekaan sosial, kepekaan alam, dan kepekaan semesta sehingga dapat memahami konteks kesemeestaan untuk bisa menganalisis tuturan. []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H