Mohon tunggu...
Anisa Nurwahida
Anisa Nurwahida Mohon Tunggu... Lainnya - WNI

Suka mendengarkan lagu One Direction

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pemandu Mimpi

28 September 2024   00:55 Diperbarui: 28 September 2024   02:46 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Aku masih diam, memikirkan maksud dari semua ini. Aku melirik baju yang kukenakan, aku masih memakai kebaya itu. Ibu mendatangiku sambil mengucapkan selamat ulang tahun, lalu memelukku. Bukankah aku sudah berumur 17 tahun? Mengapa aku merayakan ulang tahunku lagi pada usia itu?


“Kau bebas melakukan yang kamu inginkan. Chloe is ready to process magazines,” kata Chloe tiba-tiba.
Ibuku melepaskan pelukannya dan berkata, “Setelah ini, ganti bajumu. Kita harus menghadiri pemakaman sahabatmu.”
Apa? Aku lantas terjatuh pingsan. Ayahku dengan sigap menangkapku.

***

Aku membelalakkan mataku karena kaget dan langsung terduduk. Aku melihat sekeliling dengan panik. Kamar yang kulihat adalah kamar tidurku sendiri. Akhirnya aku terbangun dari mimpiku. Aku bersandar di tepi tempat tidurku. Aku melihat gambar-gambar menempel di dinding. Dalam salah satu foto, aku mengenakan kebaya panjang berwarna merah dengan rambut ditata menyerupai Kartini, sambil memegang erat kue bergambar lilin nomor tujuh belas di atasnya. Pada gambar lainnya, terdapat foto keluarga yang terdiri dari aku, ayahku, dan ibuku. Semuanya sedang memegang kue. Gambar itu membuatku merasa sensitif, mengingat mimpi yang baru saja kualami. Mataku beralih ke sisi lain tembok di mana ada fotoku sedang duduk di tepi sungai bersama sahabat-sahabatku, Amel dan Theo. Foto ini juga mengingatkanku pada mimpi yang pernah kualami.


Samar-samar aku mendengar suara gemerisik dari bawah seprai. Tapi tunggu dulu, kakiku, tanganku, dan seluruh bagian tubuhku ada pada posisinya masing-masing sesuai dengan yang seharusnya. Tidak ada yang bergerak, kecuali organ yang berfungsi sebagaimana mestinya. Aku membuka mata untuk melihat situasi di sekitarku.


Jantungku menegang dan detak jantungku semakin cepat. Di sudut tempat tidurku, ada seorang gadis kecil duduk membelakangiku. Dia memiliki rambut keriting panjang. Dari lekuk tubuhnya yang kulihat, aku yakin anak itu adalah Chloe. Tapi, bukankah ini dunia nyata? Tidak mungkin bagiku untuk melihatnya di kehidupan nyata. Aku melirik jam di dinding kamarku. Saat itu pukul 02.00 pagi. Aku menggelengkan kepalaku, tidak percaya. Aku merasa seperti pernah mengalami hal ini sebelumnya. Ya, pertama kali aku bertemu Chloe. Mengapa ini terjadi lagi? Ini sungguh mustahil. Dengan perasaan panik yang mulai menjalari tubuhku, aku memaksakan tanganku untuk mencari ponselku sekedar untuk memastikan waktu saat ini. Sayangnya aku lupa tempat aku menyimpan ponselku. Aku meraba-raba seprai kalau-kalau ponselku ada di sana, tapi tidak ada apa-apa. Aku bingung dan takut disaat yang bersamaan.
“Tak ada yang salah dengan jam dindingmu.” Gadis kecil itu tiba-tiba berbicara sambil berbalik ke arahku.


Hatiku mencelos. Bahkan kalimat pertama yang diucapkannya sama persis dengan kalimat pertama yang diucapkannya saat itu. Kenapa kamu terlihat di dunia nyata, Chloe?


Chloe menarik ujung bibirnya, dia tersenyum sinis ke arahku. “Apakah kamu ingin tahu sesuatu?”


Aku terdiam, bingung harus berkata apa.


Chloe berjalan ke arahku. Aku segera melangkah mundur. “Kalau kamu bertanya kenapa Amel tidak masuk sekolah hari ini, sebaiknya kamu tidak perlu bertanya. Kamu sudah tahu jawabannya.”


Aku terdiam, mendengarkan kata-kata yang akan diucapkan Chloe selanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun