Mohon tunggu...
J Ernawanti
J Ernawanti Mohon Tunggu... -

Guru bagi Ibu Pertiwi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kokoh karena Didikan yang Benar

31 Juli 2018   08:00 Diperbarui: 31 Juli 2018   08:10 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.tintapendidikanindonesia.com

Jika mendidik anak adalah seperti membangun rumah. Membangun rumah yang tetap kokoh berdiri walaupun badai datang menghadang. Jika mau membangun rumah yang kokoh dan indah sesuai dengan yang diharapkan si pemilik rumah, maka ada banyak hal yang harus dilakukan dengan tekun dan teliti. 

Membangun rumah membutuhkan bahan -- bahan yang berkualitas tinggi, tukang -- tukang yang ahli, disertai dengan pengawasan yang baik sehingga pembangunan rumah tidak dikerjakan dengan sembarangan. Pembangunan rumah juga membutuhkan banyak pengorbanan dari si pemilik rumah seperti biaya yang tidak sedikit, tenaga, pikiran, dan perasaan.

Demikian jugalah mendidik anak. Anak adalah rumah yang dibangun, dan si pemilik rumah adalah keluarga. Tukang -- tukang yang ahli bisa guru, atau orang tertentu yang mendidik anak di luar sekolah. 

Bahan -- bahan yang berkualitas adalah pendidikan di rumah dan sekolah, serta interaksi di dalam masyarakat. Harga yang harus dibayar keluarga adalah waktu, tenaga, pikiran, dan perasaan ketika mendidik anak. Seperti membangun rumah yang tidak bisa sembarangan, demikian jugalah mendidik anak tidak dapat dilakukan dengan setengah hati.

Sebagai seorang pendidik di salah satu sekolah menengah atas di sebuah kota, saya melihat ada banyak peserta didik yang tidak hanya berprestasi baik di bidang akademik, olah raga, dan seni, namun juga memiliki karakter yang sangat luhur seperti bertanggung jawab, peduli orang lain dan menghargai warga sekolah lainnya. 

Ketika melihat lebih jauh dan banyak mengobrol dengan orang tua mereka, saya menemukan bahwa orang tua telah menjadikan anak sebagai harta yang paling berharga bagi hidup mereka. Para orang tua ini mengorbankan segala sesuatu demi mendidik anaknya agar tumbuh menjadi orang yang memiliki nilai di tengah -- tengah masyarakat.

Menjadi pemandangan yang biasa bagi saya melihat anak -- anak ini diantar oleh orang tuanya ke sekolah. Namun di balik semua itu, orang tua mengorbankan tidur yang nyenyak untuk bangun lebih pagi dan menyiapkan makanan sehat karena mereka yakin di dalam tubuh yang sehat, anak akan dapat belajar lebih baik.

Di dalam perjalanan menuju sekolah, ada canda tawa dan nasehat. Tidak jarang orang tua menjadi pendengar saja karena anak sangat membutuhkan seorang pendengar yang baik. Banyak mendengar, banyak tahu, dan anak tidak menyembunyikan apapun apabila orang tua menjadi pendengar yang baik.    

Anak tidak selalu menyenangkan hati orang tua. Mereka sering dibantah dan diabaikan, dan ini bisa mengakibatkan konflik. Orang tua sedikit kecewa, tetapi tidak menjadi berkecil hati karena mengangap ini adalah proses yang harus dijalani kedua belah pihak. 

Mereka meyakini apa yang dikatakan Elton Trueblood, seorang pendidik sekaligus penulis terkenal, yang berkata ada satu pemahaman yang menyatakan keluarga dibentuk oleh setiap individu yang ada di dalamnya, tetapi ada satu pemahaman yang lebih mendalam yakni keluargalah yang membentuk setiap individu di dalamnya. 

Tentu saja sebagai orang yang lebih dewasa dan berpengalaman, orang tua adalah sosok yang paling rendah hati di antara semua orang yang pernah ditemui anak mereka.

Rapat keluarga yang diadakan di akhir minggu menjadi hari yang ditunggu -- tunggu, karena di momen ini setiap anggota keluarga diberikan kebebasan untuk saling mengevaluasi. 

Anak dan orang tua  mengungkapkan isi hati dan dapat dapat saling memberi nasehat. Pertemuan keluarga ini juga bisa menjadi ajang saling memberi maaf, memuji dan menguatkan sehingga terjadilah pembentukan karakter yang baik bagi anak yaitu kerendahan hati, rasa peduli dan hormat kepada orang lain.

Walaupun orang tua sangat menyayangi anaknya, mereka tetap memberi perlindungan secara proporsional, terutama ketika anak berada di sekolah. Keluarga percaya dengan didikan sekolah, dan menghormati setiap kebijakan sekolah demi kebaikan anak. 

Sekolah adalah pusat pelatihan minat dan bakat. Undang -- undang No 20 Tahun 2003 mengamanatkan sekolah untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pemain utama dalam proses pembelajaran adalah siswa dan pelatih utamanya adalah guru.

Seperti tukang yang ahli dalam membangun rumah, demikian guru adalah pelatih yang berkualitas tinggi untuk membangun anak menjadi siswa yang mengembangkan potensi dirinya. Sebagai seorang pendidik saya bertugas untuk membuat peserta didik lebih pintar pada saat pulang ke rumah. 

Porsinya boleh berbeda, akan tetapi saya berjuang keras supaya tidak ada di antara mereka yang tidak mendapatkan apa -- apa pada hari itu di pelajaran saya.  

Mempersiapkan materi dengan sangat baik supaya dapat mengajar dengan runtut sehingga informasi yang disampaikan tidak berantakan dan dapat dimengerti adalah tugas saya sebelum masuk ke kelas. 

Jika saya mengajari anak untuk menganalisa teks bacaan, maka saya harus mengikuti 3 tahapan ini yaitu pre reading, reading, dan post reading. Strategi yang diberikan bisa bermacam -- macam, akan tetapi yang paling penting adalah jangan sampai ada instuksi yang tidak dimengerti.

Saya menugaskan anak mencari bahan bacaan dari rumah atau mencari data di luar sekolah. Bahan bacaan atau data akan dianalisa dan dipresentasikan di sekolah sesuai dengan teknik masing -- masing. 

Saya menyediakan contoh untuk menginspirasi mereka. Dengan instruksi yang baik, saya percaya peserta didik akan mengerjakannya dengan semangat.

Salah satu rekan saya yang mengajar Biologi meminta siswa menganalisa tanaman di sekolah. Siswa sangat senang belajar di luar dengan menggunakan baju lab yang mirip seperti jas putih dokter.  

Rekan saya yang yang mengajar seni budaya mengadakan pameran untuk menampilkan hasil karya peserta didik. Hasil karya anak dipajang dalam suatu ruangan untuk dinikmati warga sekolah. 

Ada lukisan, patung, robot, hingga tempat tisu yang unik. Tidak hanya itu, di hari yang disebut Art Festival Day itu, para peserta didik menampilkan bakatnya dalam bernyanyi, bermain musik, dan menari. 

Momen ini selalu ditunggu warga sekolah karena sangat menyenangkan. Masih banyak lagi yang dapat dilakukan untuk membuat siswa semangat untuk belajar di sekolah.

Akan tetapi sekolah tidak selalu berjalan dengan sempurna, ada kalanya anak melakukan kesalahan dan ia harus bertanggung jawab dengan itu. Sebagai contoh, anak terlambat ke sekolah karena terlambat bangun. 

Ia harus menjalani beberapa prosedur di meja piket supaya bisa masuk ke kelas. Kalau pelanggaran ini berulang, sekolah akan berkomunikasi dengan keluarga untuk memecahkan akar permasalahannya. Contoh yang lain adalah ketika anak mengalami konflik dengan temannya. 

Jika koflik itu berkepanjangan dan mempengaruhi performa anak, maka sekolah akan memfasilitasi mereka untuk bertemu dan saling berbicara didampingi oleh guru BK. Ada banyak masalah -- masalah lain lagi yang sering ditemukan, akan tetapi sekolah dan keluarga harus menjadi mitra dalam membangun anak di sekolah.

Keluarga yang merupakan bagian dari masyarakat akan mempercayai sekolah apabila mereka mengerjakan peranannya sebagai komite sekolah sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No 14 untuk meningkatkan mutu pendidikan. 

Bantuan sering datang dari orang tua siswa ketika sekolah membutuhkan narasumber untuk memotivasi anak. Sebagai contoh, dalam membawakan seminar tentang mencegah penyalahgunaan narkoba dan obat -- obat terlarang dan topik lain seperti Sex, Dating, and Relationship, sekolah meminta orang tua yang berprofesi sebagai dokter, polisi, psikolog untuk menjadi narasumber. 

Mereka dengan senang hati memyambut undangan sekolah. Orang tua yang memiliki unit usaha tertentu dapat menjadi mitra yang baik untuk tempat anak belajar menjadi wiraswasta dan bisa belajar tentang jalannya sebuah perusahaan.

Maka seperti rumah kokoh yang sudah dibangun dengan material dan ahli yang berkualitas, anak juga akan tumbuh menjadi manusia yang kokoh. Kokoh karena anak cerdas, dan memiliki karakter luhur. 

Ini tidak lepas dari peranan keluarga, sekolah dan masyarakat. Semoga anak Indonesia menjadi anak yang cerdas, kreatif dan inovatif serta berbudi luhur dan mulia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun