Jika kita kembali ke kasus “Ambroncius vs Pigai Gorila” maka sebenarnya ini persoalan persepsi tentang gorila. Saya sepakat dengan Mbak Henny, kalau persepsi karakter gorila itu bagus, mestinya bangga.
Atau bisa jadi persepsi orang lain mengatakan, Ngapain ribut-ribut. Kalau gw nggak merasa mirip gorila, ngapain marah, cuex saja. Tapi nih, kalau di dalam hati gw memang penampakan gw mirip gorila, dan gw sudah lama tertekan dengan penampakan gw yang mirip gorila, mungkin gw tersinggung dan ngamuk-ngamuk. Kalau gw nggak ngerasa, ya nggak usah diperpanjang toh sampai seluruh dunia tahu dan malah yakin, memang ada benernya gw mirip gorila. Nah itu bikin malu diri sendiri.
Lebih parah lagi kalau urusan persepsi ditambah kepentingan politis, sehingga kebongkar ada “udang di balik bakwan” maka persoalan persepsi bisa berkembang menjadi persoalan hukum.
Mengapa Mengadu ke Menteri Pertahanan Amerika
Nah sekarang baru ketahuan. Pigai langsung menggoreng sedemikian rupa postingan Ambroncius. Kasus 1 on 1, satu lawan satu, malah digoreng menjadi kasus tribalisme, kasus SARA Suku Agama Ras dan Antargolongan.
Bahkan sekarang Pigai yang WNI (kalau masih WNI ya) malah menyeret menjadi kasus negara. Entah apa yang merasukimu. Pigai malah men-tag Twitter Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin yang berasal dari ras Amerika Afrika. Setelah menyampaikan isi hatinya, Pigai juga menyeret-nyeret Presiden Jokowi dalam kolase foto di Twitternya pada 24/1.
Kasus SARA dari Papua? Bareskrim Polri Harus Hati Hati
Mengapa pula Pigai menggoreng postingan yang porsinya hanya kasus penghinaan pribadi, menjadi masalah SARA, Suku Agama Ras Antargolongan.
Berhubung Bareskrim Polri sudah mengenakan pasal-pasal SARA (lihat di atas); maka Bareskrim harus bisa membuktikan (bila perlu dengan pernyataan tertulis) suku dan ras asal Papua yang mana yang sungguh-sungguh mengaku mendapat permusuhan, kebencian, atau penghinaan dari postingan Ambroncius tersebut.
Wikipedia mencatat minimal ada 26 Suku (asal) Papua, yaitu : Abau, Abra, Adora, Aikwakai, Aiso, Amabai, Amanab, Amberbaken, Arandai, Arguni, Asienara, Atam, Hatam, Atori, Baham, Banlol, Barau, Bedoanas, Biga, Buruwai, Karufa, Busami, Hattam, Iha, Kapaur, Inanwa.
Memang kita baca Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Papua Barat pada 25/1 melapor ke Polda Papua Barat dengan nomor LP/17/I/2021/Papua Barat. Namun berdasarkan situasi yang berkembang dan hiden agenda, jika menyangkut SARA dengan penekanan pada suku asal Papua, Indonesia mesti cek dan ricek lagi. Apa motivasi KNPI Papua Barat dan oknum yang terlibat menggoreng postingan Ambroncius. Kalaupun dipaksakan, sekali lagi kalaupun harus dipaksakan, itu adalah kasus penghinaan pribadi kepada Natalius Pigai, bukan ke Suku atau Antargolongan asal Papua.
Mengapa kita sebagai Bangsa Indonesia harus super hati-hati kepada oknum-oknum yang mengatasnamakan Papua ?
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!