Mohon tunggu...
Mercy
Mercy Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu dua anak remaja, penggiat homeschooling, berlatarbelakang Sarjana Komunikasi, Sarjana Hukum dan wartawan

Pengalaman manis tapi pahit, ikutan Fit and Proper Test di DPR.

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Gorengan dan Postingan "Pigai dan Gorila"

27 Januari 2021   21:46 Diperbarui: 28 Januari 2021   10:39 1127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Postingan yang menjadi Kasus Pigai dan Gorila (sumber https://twitter.com/NataliusPigai2

Jika kita kembali ke kasus “Ambroncius vs Pigai Gorila” maka sebenarnya ini persoalan persepsi tentang gorila.  Saya sepakat dengan Mbak Henny, kalau persepsi karakter gorila itu bagus,  mestinya bangga. 

Persepsi Gorila (sumber :screenschoot kompasiana/dokumen pribadi)
Persepsi Gorila (sumber :screenschoot kompasiana/dokumen pribadi)
Sosok gorila juga dinilai pahlawan dalam film favorite keluarga saya, berjudul "Baby's Days Out.  ketika si bayi yang terdampar di kandang gorila,  hendak diculik oleh tiga manusia penjahat yang menuntut uang tebusan, Sang Gorila menjadi penyelamat bayi manusia ini. 

Atau bisa jadi persepsi orang lain  mengatakan, Ngapain ribut-ribut.  Kalau gw nggak merasa mirip gorila, ngapain marah, cuex saja. Tapi nih, kalau di dalam hati gw memang penampakan gw mirip gorila,  dan gw sudah lama tertekan dengan penampakan gw yang mirip gorila, mungkin gw tersinggung dan ngamuk-ngamuk. Kalau gw nggak ngerasa, ya nggak usah diperpanjang toh sampai seluruh dunia tahu dan malah yakin, memang ada benernya gw mirip gorila. Nah itu bikin malu diri sendiri. 

Lebih parah lagi kalau urusan persepsi ditambah kepentingan politis, sehingga kebongkar  ada “udang di balik bakwan”   maka persoalan persepsi bisa berkembang menjadi persoalan hukum

Mengapa Mengadu ke Menteri Pertahanan Amerika

Nah sekarang baru ketahuan.  Pigai langsung menggoreng sedemikian rupa postingan Ambroncius. Kasus 1 on 1, satu lawan satu, malah digoreng menjadi kasus tribalisme, kasus SARA Suku Agama Ras dan Antargolongan. 

Bahkan sekarang Pigai yang WNI  (kalau masih WNI ya) malah menyeret menjadi kasus negara.  Entah apa yang merasukimu.  Pigai malah men-tag Twitter Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin yang berasal dari ras Amerika Afrika.  Setelah menyampaikan isi hatinya,   Pigai juga menyeret-nyeret Presiden Jokowi dalam kolase foto di Twitternya pada  24/1.

https://twitter.com/NataliusPigai2
https://twitter.com/NataliusPigai2
Sebagai warga negara Indonesia, tentu kita jadi heran, bahkan muak. Kasus antara dua WNI, Pigai  versus Ambroncius,  mengapa di-blow-up dengan mengadu ke “Orang” Amerika Serikat?  Memangnya Orang Amerika Serikat tidak (ada yang) rasis? Hadeuuuh.

Kasus SARA dari Papua?  Bareskrim Polri Harus Hati Hati

Mengapa pula Pigai menggoreng postingan yang porsinya hanya kasus penghinaan pribadi, menjadi masalah SARA, Suku Agama Ras Antargolongan. 

Berhubung Bareskrim Polri sudah mengenakan pasal-pasal SARA (lihat  di atas); maka Bareskrim harus bisa membuktikan (bila perlu dengan pernyataan tertulis) suku dan ras asal Papua yang mana yang  sungguh-sungguh mengaku mendapat permusuhan, kebencian, atau penghinaan dari postingan Ambroncius tersebut. 

Wikipedia mencatat minimal ada 26 Suku (asal) Papua, yaitu :  Abau, Abra, Adora, Aikwakai, Aiso, Amabai, Amanab, Amberbaken, Arandai, Arguni, Asienara, Atam, Hatam, Atori, Baham, Banlol, Barau, Bedoanas, Biga, Buruwai, Karufa, Busami, Hattam, Iha, Kapaur, Inanwa.

Memang kita baca Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Papua Barat pada 25/1 melapor ke Polda Papua Barat dengan nomor LP/17/I/2021/Papua Barat. Namun berdasarkan situasi yang berkembang dan hiden agenda,  jika menyangkut SARA dengan penekanan pada suku asal Papua, Indonesia mesti cek dan ricek lagi. Apa motivasi KNPI Papua Barat dan oknum yang terlibat menggoreng postingan Ambroncius.  Kalaupun dipaksakan, sekali lagi kalaupun harus dipaksakan,  itu adalah kasus penghinaan pribadi kepada Natalius Pigai, bukan ke Suku atau Antargolongan asal Papua.  

Mengapa kita sebagai Bangsa Indonesia harus super hati-hati kepada oknum-oknum yang mengatasnamakan Papua ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun