Mohon tunggu...
Mercy
Mercy Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu dua anak remaja, penggiat homeschooling, berlatarbelakang Sarjana Komunikasi, Sarjana Hukum dan wartawan

Pengalaman manis tapi pahit, ikutan Fit and Proper Test di DPR.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Selamat, Sudah Menjadi Bagian Sejarah Vaksin Covid-19

13 Januari 2021   11:11 Diperbarui: 13 Januari 2021   11:41 1636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tanggal cantik 12.1.21 Capten Pilot Joko Sihombing mengirim WA dan video ke saya, kakaknya, bahwa dia baru mendarat di Bandara Soetta Tangerang dari perjalanan mengambil 15 juta dosis Vaksin Sinovac dari RRC.

Membaca postingan itu, Christie, putri saya, keponakan dia --yang semestinya berada di Beijing untuk kuliah S2, tetapi dipulangkan ke Jakarta sejak Maret 2020-- heboh. Christie sibuk membuat postingan instagram, dan menyatakan rasa syukur karena Uncle-nya berhasil menjalankan misi mulia dan cukup menantang yakni, membawa 15.000.000 (lima belas juta) virus dalam bentuk bulk, bukan bentuk jadi. 

Captain Joko Sihombing adalah Pilot in Command atau PIC Boeing 777-300ER  yang dipercaya mengantarkan 15 juta bahan baku vaksin Sinovac melintasi 10.442 km  (pulang pergi) dari Beijing RRT ke Bandara Soetta Indonesia.

komentar dari WAG Mercy Sihombing | dokpri
komentar dari WAG Mercy Sihombing | dokpri
Joko Parulian Sihombing, alumni SD Strada Jl Deli Jakarta, SMPN 30 Jakarta dan SMAN 13 Jakarta.  Sejak kecil cita-citanya menjadi pilot, dan berhasil   masuk ke Sekolah Penerbang Departemen Perhubungan RI di Curug Jawa Barat. Begitu tamat,  anak bungsu dari Voorhanger Gereja HKBP Jl Swasembada Tg Priok Jakarta  memulai kariernya di PT Garuda Indonesia.  Mulai dari bawah, sebagai Cadet Pilot dan setelah punya 150 jam terbang naik  menjadi Second Officer. Kariernya melaju menjadi First Officer pesawat Garuda

Dan saat ini, lebih dari 30 tahun berkarier sebagai pilot Garuda,  Captain Joko Sihombing dan kru pesawatnya menjadi bagian sejarah Vaksin Covid-19 untuk seluruh rakyat Indonesia.   

Disambut Ketua Satgas Covid-19 

Sesaat setelah mendarat,  pesawat Garuda  disambut Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, Letjen TNI Doni Monardo dan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. Bahkan Doni Monardo menaiki pesawat yang membawa vaksin tersebut dan menemui para awak pesawat untuk menyampaikan rasa terima kasihnya.

Di dalam pesawat, Doni bertemu dengan pilot yang berhasil membawa vaksi ke Tanah Air dengan selamat, Capten Joko Parulian Sihombing. "Terima kasih telah membawa kehidupan bagi masyarakat Indonesia, terima kasih. Tetap sehat dan semangat ya," ungkap Doni kepada para pilot.

Sedikit intermeso ya,  sebagai masyarakat awam, saya jadi penasaran, mengapa sampai Ketua Satgas menyambut pesawat ketiga yang membawa vaksin dari RRC itu. 

Oh, ternyata pesawat pertama Indonesia pada  6 Desember membawa 1,2 juta dosis vaksin bentuk jadi. Pesawat kedua 31 Desember 2020 membawa 1,8 juta dosis vaksin bentuk jadi. Dan pada hari ini 12.1.21 pesawat Garuda PK-GIJ yang dipiloti Capten Joko Sihombing, membawa 15 juta vaksin Sinovac dalam bentuk bahan baku (bulk).

Dengan kedatangan 15 juta bulk / bahan baku  vaksin dari perusahaan Sinovac tersebut nantinya akan diproses lebih lanjut menjadi vaksin siap pakai oleh BUMN Bio Farma.  Diproyeksikan bahan baku vaksin Sinovac hari ini sangat penting untuk program vaksinasi massal secara gratis kepada 181,5 juta masyarakat Indonesia.

Penyambutan tadi juga dihadiri Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra yang menyaksikan proses unloading 9 envirotainer ke gudang penyimpanan, kemudian dibawa tiga  truk pengangkut ke PT Bio Farma (Persero) di Bandung untuk proses selanjutnya.

Akibat Menolak Vaksin

Iseng-iseng saya posting video yang dibuat Capten Joko Sihombing tersebut ke WAG teman SD, SMP, SMA. Banyak yang mengenal adik saya dan mengirim komentar positif. Satu diantaranya yang menyatakan, "Selamat, sudah menjadi bagian dari Sejarah Vaksin Covid-19".  Waw, Capten Joko Sihombing  dengan rendah hati mengaku tidak menyangka dipilih  Pemerintah Indonesia dan Garuda Indonesia, bersama kru,  menjadi bagian sejarah pembawa 15 juta vaksin Covid-19.

Sekalipun banyak sekali komentar yang membangun, eh ternyata masih ada  iri, dengki, sirik, cemburu, atau berlatar belakang mentalnya yang menolak vaksinasi. Bahkan di satu WAG ada yang langsung membalas postingan saya,  dengan video anggota DPR yang mengatakan, mending dia membayar denda yang Rp 5 juta daripada divaksin Covid-19. 

Saya sempat juga baca di Kompas.com, sekitar 9 persen warga Jawa Barat menolak vaksinasi corona. Ini terlepas dari kondisi seseorang memang komorbit terhadap vaksin. Memang angkanya  cuma 9%, kecil-lah dibanding 47 % yang mau divaksin dan sisanya masih ragu-ragu.

Tapi gerombolan manusia 9% ini bisa menjadi "virus berbahaya".  Gara-gara  menolak vaksin, mereka malah jadi bumerang. Vaksin berfungsi  meningkatkan kekebalan tubuh sehingga tidak mudah sakit. Kalau ada yang menolak vaksin, risikonya bukan cuma untuk dia sendiri. Ulah dia itu bisa meningkatkan  risiko orang lain  terpapar virus dan menularkannya pada orang lain di sekitar.

Secara seloroh bisa katakan, kalau yang kena Covid akhirnya yang menolak divaksin ya sudahlah, itu pilihannya.  

Namun masalahnya justru tidak begitu. Dia yang merasa kuat dan hebat, tanpa tahu dan sadar, Covid-19 sudah bersarang di tubuhnya dan menyebarkan ke orang-orang yang kebetulan sedang imunitasnya rendah.  

Mengapa Menolak divaksinasi?

Vaksinasi sendiri hingga kini masih diperdebatkan, terkait efektivitas dan seberapa penting vaksin untuk melindungi tubuh. Terlebih, di tengah pandemi seperti virus corona, produksi vaksin terkesan dilakukan dengan cepat bahkan beberapa belum teruji efektivitasnya. Ada alasan yang mungkin mendasari seseorang menolak vaksin, di antaranya: 

  • Merasa Aman dari Serangan Virus

Ada orang yang menolak karena merasa dirinya super sehat dan aman sehingga tak bakal terinfeksi.
Waduh masih belum percaya ganasnya Covid-19 dan jutaan orang meninggal. 

Selama virus ada di tubuh, pasti menginfeksi siapa saja. Artinya kita maupun orang lain berpotensi menularkan virus.
Karena itu, mari kita dalam segala kondisi menumbuhkan kesadaran pentingnya vaksinasi.  

  • Punya komorbit atau penyakit peserta yang memperparah kondisi jika terkait Covid-19

Epidemiolog dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Bayu Satria menjelaskan, sejumlah penyakit penyerta terkait Covid-19 yang bisa memperparah kondisi pasien. 

Berikut adalah penyakit-penyakit tersebut: Diabetes Mellitus Penyakit autoimun seperti lupus/SLE Penyakit ginjal Penyakit jantung koroner Hipertensi Tuberkulosis Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)  Penyakit kronis lain Tumor/kanker/keganasan Penyakit terkait geriartri "Ketika orang dengan komorbid tersebut terkena Covid-19, maka ada risiko cukup tinggi untuk mengalami gejala parah

Jika para lansia dan atau pasien dengan komorbit ini mendapat vaksin, tentu yang terukur dan sesuai analisis dokter,vaksin corona justru bisa menurunkan penularan penyakit berisiko. Sekali lagi pemberian vaksin itu harus dengan pengawasan dokter.

  • Takut dengan Kandungan Vaksin 

Ini biasanya dialami kaum malas membaca tuntas. Biasanya mereka cuma baca judul postingan itu juga yang tidak jelas sumbernya.  Bisa jadi mereka doyan menelan info bulat-bulat dari penceramah agama, yang faktanya tidak menguasai ilmu kesehatan dan kedokteran.

Vaksin memang berasal dari virus yang sudah dilemahkan atau dimatikan,  dengan proses tahapan yang teruji dan dikontrol penuh sampai  akhirnya dinyatakan aman untuk tubuh manusia.  Jadi kalau ada yang berpikir, kalau divaksin sama saja dengan memasukkan virus Corona hidup, ya lebih baik baca dulu informasi dari Kementerian Kesehatan RI.

  • Termakan Hoax haram  

Faktor lain yang rasanya tidak rasional, tetapi ada saja yang percaya. Mereka ngotot bahwa isi vaksin bla bla bla. Lebih parah jika ditambah provokasi bahwa isinya adalah bahan haram. Padahal Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan bahwa vaksinasi COVID-19 juga merupakan ikhtiar untuk mengurangi penyebaran virus di tengah-tengah masyarakat. 

Bahkan saat penyambutan pesawat Garuda yang membawa 15 juta vaksin, Menteri Agama mengimbau,  “Kepada seluruh umat beragama untuk tidak perlu ragu lagi dalam melakukan vaksinasi covid-19, ketika gilirannya tiba. Ini adalah kewajiban moral kita sebagai umat beragama."

Komisi Fatwa MUI juga menyatakan Halal vaksin COVID-19. “Artinya vaksin ini boleh digunakan untuk seluruh umat Islam selama terjamin keamanannya menurut ahli yang kredibel dan kompeten.” 

info : kemkes.go.id
info : kemkes.go.id

Sekali lagi, pilihan di tangan kita masing-masing.
Namun kalau masih ada di antara Kompasianer yang menolak divaksin, padahal dia layak untuk divaksin, berarti dia sadar sudah membuat pilihan yang berbahaya bagi dirinya dan bagi orang-orang disekitarnya.  

So, ayo kita semua siap divaksin. Bersama keluarga, saya siap divaksinasi. Dan lewat adik kandung saya, Capten Pilot Joko Sihombing, secara pribadi, keluarga besar St HP Sihombing, bersyukur karena sudah menjadi bagian sejarah Vaksin Covid-19 bagi seluruh bangsa Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun