Mohon tunggu...
Mercy
Mercy Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu dua anak remaja, penggiat homeschooling, berlatarbelakang Sarjana Komunikasi, Sarjana Hukum dan wartawan

Pengalaman manis tapi pahit, ikutan Fit and Proper Test di DPR.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Selamat, Sudah Menjadi Bagian Sejarah Vaksin Covid-19

13 Januari 2021   11:11 Diperbarui: 13 Januari 2021   11:41 1636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Iseng-iseng saya posting video yang dibuat Capten Joko Sihombing tersebut ke WAG teman SD, SMP, SMA. Banyak yang mengenal adik saya dan mengirim komentar positif. Satu diantaranya yang menyatakan, "Selamat, sudah menjadi bagian dari Sejarah Vaksin Covid-19".  Waw, Capten Joko Sihombing  dengan rendah hati mengaku tidak menyangka dipilih  Pemerintah Indonesia dan Garuda Indonesia, bersama kru,  menjadi bagian sejarah pembawa 15 juta vaksin Covid-19.

Sekalipun banyak sekali komentar yang membangun, eh ternyata masih ada  iri, dengki, sirik, cemburu, atau berlatar belakang mentalnya yang menolak vaksinasi. Bahkan di satu WAG ada yang langsung membalas postingan saya,  dengan video anggota DPR yang mengatakan, mending dia membayar denda yang Rp 5 juta daripada divaksin Covid-19. 

Saya sempat juga baca di Kompas.com, sekitar 9 persen warga Jawa Barat menolak vaksinasi corona. Ini terlepas dari kondisi seseorang memang komorbit terhadap vaksin. Memang angkanya  cuma 9%, kecil-lah dibanding 47 % yang mau divaksin dan sisanya masih ragu-ragu.

Tapi gerombolan manusia 9% ini bisa menjadi "virus berbahaya".  Gara-gara  menolak vaksin, mereka malah jadi bumerang. Vaksin berfungsi  meningkatkan kekebalan tubuh sehingga tidak mudah sakit. Kalau ada yang menolak vaksin, risikonya bukan cuma untuk dia sendiri. Ulah dia itu bisa meningkatkan  risiko orang lain  terpapar virus dan menularkannya pada orang lain di sekitar.

Secara seloroh bisa katakan, kalau yang kena Covid akhirnya yang menolak divaksin ya sudahlah, itu pilihannya.  

Namun masalahnya justru tidak begitu. Dia yang merasa kuat dan hebat, tanpa tahu dan sadar, Covid-19 sudah bersarang di tubuhnya dan menyebarkan ke orang-orang yang kebetulan sedang imunitasnya rendah.  

Mengapa Menolak divaksinasi?

Vaksinasi sendiri hingga kini masih diperdebatkan, terkait efektivitas dan seberapa penting vaksin untuk melindungi tubuh. Terlebih, di tengah pandemi seperti virus corona, produksi vaksin terkesan dilakukan dengan cepat bahkan beberapa belum teruji efektivitasnya. Ada alasan yang mungkin mendasari seseorang menolak vaksin, di antaranya: 

  • Merasa Aman dari Serangan Virus

Ada orang yang menolak karena merasa dirinya super sehat dan aman sehingga tak bakal terinfeksi.
Waduh masih belum percaya ganasnya Covid-19 dan jutaan orang meninggal. 

Selama virus ada di tubuh, pasti menginfeksi siapa saja. Artinya kita maupun orang lain berpotensi menularkan virus.
Karena itu, mari kita dalam segala kondisi menumbuhkan kesadaran pentingnya vaksinasi.  

  • Punya komorbit atau penyakit peserta yang memperparah kondisi jika terkait Covid-19

Epidemiolog dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Bayu Satria menjelaskan, sejumlah penyakit penyerta terkait Covid-19 yang bisa memperparah kondisi pasien. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun