Mohon tunggu...
Mercy
Mercy Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu dua anak remaja, penggiat homeschooling, berlatarbelakang Sarjana Komunikasi, Sarjana Hukum dan wartawan

Pengalaman manis tapi pahit, ikutan Fit and Proper Test di DPR.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Rp 549,5 Triliun RAPBN Pendidikan 2020/2021, Saatnya Pemerintah Serius Berpihak pada Siswa Miskin dan 3T

14 Agustus 2020   17:30 Diperbarui: 14 Agustus 2020   18:05 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: hasil screenshot

Pidato Kenegaraan Presiden Jokowi hari ini menjanjikan banyak hal. Sebagai penggiat pendidikan, ijinkah saya menagih janji, kapan mulai mereformasi pendidikan, kapan "melompat"  bersama jutaan siswa miskin dan siswa di Daerah 3T  (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal Indonesia).  RUU APBN 2020/2021 masih memberi anggaran melimpah ruah untuk pendidikan. Namun mengapa kualitas pendidikan terutama di Daerah 3T tidak bertambah baik (untuk tidak menyatakan, makin terpuruk) ?  

Bagaimana kualitas pendidikan Indonesia

Sejak Covid-19, begitu banyak tantangan yang kita hadapi sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat khususnya sebagai pelaku, penggiat, dan pemerhati pendidikan Indonesia. Perhatian kita saat ini adalah mengantisipasi kualitas pendidikan Indonesia, khususnya bagi siswa setara SD, SMP, SMA di masa Covid-19 dan selanjutnya, masa New Normal.

New Normal adalah masa yang baru bagi setiap manusia yang masih diberi kesempatan hidup dan bertahan dari serangan virus Covid-19. Suka atau tidak, mau atau tidak, sejak Februari 2020, telah terjadi perubahan perilaku yakni tetap menjalankan aktivitas normal dan ditambah menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah terjadinya penularan Covid-19.

Dalam dunia pendidikan, New Normal membuat sistem belajar yang rutin ratusan tahun dijalani sejak masa Revolusi Industri 1.0 harus berubah. Sistem belajar bertatap muka, berkumpul dengan belasan bahkan puluhan orang dalam satu sesi belajar, dan konsep belajar massal menjadi masa lalu. Selamat datang masa New Normal Pendidikan yang berarti :

  1. Pembelajaran jarak jauh, luar jaringan dan dalam jaringan

  2. Pembelajaran mandiri, guru / dosen / mentor tidak lagi menjadi subyek. Karena sekarang yang menjadi subyek adalah sang siswa sendiri.

  3. Faktor tempat belajar yang sering disebut ruang kelas dalam sekolah tidak mutlak lagi, karena siswa semestinya sudah bisa belajar dari rumahnya masing-masing.

  4. Peranan orangtua dan keluarga untuk mendukung pendidikan menjadi jauh lebih signifikan menentukan kesuksesan anak-anaknya ketimbang guru dan sekolah.

Sehubungan dengan New Normal Pendidikan khususnya di Indonesia, beruntunglah masyarakat yang mampu mengantisipasi pembelajaran online. Punya gawai yang mumpuni, kuota internet yang gemuk, dan jaringan yang stabil. Beruntung sekali jika siswa tersebut tinggal di rumah yang nyaman dan punya keluarga  yang mendukung aktif proses Home Learning (baik langsung turun tangan maupun membayar guru les). Kabarnya maksimal  hanya 5 % siswa dari 50 jutaan data siswa usia sekolah yang punya keberuntungan tersebut.

Sebutlah siswa yang bersekolah di dengan sistem internasional atau nasional seperti

  • Pelita Harapan, Dian Harapan, BPK Penabur, Al Azhar, Al Izhar, Sekolah Cikal, PSKD Mandiri, dan Sekolah-sekolah Katholik; Kanisius, Santa Ursula, dll.

  • Atau siswa yang lebih memilih jalur nonformal (tetapi berlegalitas di Kemdikbud) seperti Sekolah Virtual Megana, Homeschooling Komunitas Mercy Smart, Homeschooling Ka Seto, Homeschooling Primagama, dll. 

Komunitas siswa tersebut relatif tidak banyak kendala di masa New Normal.  Justru para siswa yang mampu secara ekonomi bisa menjadi lebih kreatif menikmati masa belajar New Normal dengan bimbingan memadai dari orangtua, guru, bahkan mendatangkan mentor secara eksklusif  ke rumah.   

Bahkan 5 % siswa tersebut menjadi jauh lebih produktif belajar, baik pelajaran sekolah maupun bidang lain yang menjadi minat dan bakatnya karena mereka punya akses dan fasilitas di internet. Waktu yang semestinya di sekolah yakni 6 - 10 jam, sekarang dari rumah mereka bisa memanfaatkan waktu untuk belajar hal lain yang menjadi minat dan bakatnya. 

Siswa Sekolah Virtual Megana, sebagai contoh.  Cukup belajar  1 - 3 jam sehari  (Kurikulum KTSP/Kurikulum 2013/Kurikulum Darurat Kemdikbud terbaru  untuk siswa sekolah formal dan nonformal).  Jatah waktu 8 jam sehari belajar masih ada jatah 5 - 7 jam yang bisa mereka manfaatkan untuk belajar Coding, bahasa Mandarin, dan mengintip cara-cara kreatif sesuai minat dan bakatnya untuk menghasilkan tambahan kegembiraan dan juga penghasilan. Jangan kaget jika  mereka sudah mampu berjualan online, menjadi dropshipper,  mulai berinvestasi di bursa saham, memberi kursus bahasa atau penulisan jurnalistik secara online.

Bagaimana dengan 95 % siswa lain, yang miskin, yang ada di Daerah 3T, dan siswa yang terpuruk secara ekonomi dan sosial?

Usulan Kerjasama Menolong Siswa Indonesia Daerah 3T 

Karena itulah, selaku penggiat pendidikan yang "baru" 14 tahun menekuni bidang pendidikan formal dan nonformal, saya terpanggil membagikan pengalaman melayani siswa dengan konsep hybrid yang terpantau penuh oleh para guru dan orangtua.

Konsep hybrid versi Sekolah Virtual Megana  adalah menggabungkan media cetak dengan media tambahan. Jika siswa bisa mengakses internet, berarti media tambahan adalah internet. Namun dengan berbagai kendala, maka, media tambahan yang bisa dimanfaatkan adalah Televisi yang bisa diakses semua siswa, termasuk di daerah 3T.

Solusi dan usulan saya sederhana tetapi  semoga efektif  dibanding perdebatan seputar dunia pendidikan yang  tiada akhir.   Perdebatan antara  guru - orangtua - KPAI - Komnas Anak - siswa - Dinas Pendidikan - Kemdikbud - Organisasi Penggerak - masyarakat - DPR komisi X - Organisasi Guru -dan seterusnya yang membuat pendidikan tambah kacau.

Program Peningkatan Kualitas Belajar Siswa

Karena itu perlu sekali semua pemangku kepentingan pendidikan untuk duduk bersama memikirkan masa sekarang dan masa depan pendidikan Indonesia. Jangan terjadi pembiaran, yang akhirnya menghukum 50 juta lebih siswa Indonesia. Siswa yang menjadi taruhan. Mereka  bertambah bodoh karena tidak difasilitasi pembelajaran sesuai situasi dan kondisi. Perlu tindakan cepat dan tepat, apalagi mengingat pendidikan Indonesia masuk kelompok paling rendah di dunia. 

Upaya Kemendikbud membuat Kurikulum Darurat bisa menjadi salah satu masukan bagi pembelajaran siswa Indonesia di masa New Normal dan seterusnya. Karena bagi penggiat dan pemerhati pendidikan, kurikulum pendidikan Indonesia sebelumnya dinilai belum tepat dengan situasi Indonesia. 

Kurikulum KTSP, Kurikulum 2013 secara penuh sejujurnya membuat siswa dan guru kelabakan karena banyaknya jumlah mata pelajaran. Sebagai info tambahan, Jika dijumlahkan tanpa jam istirahat, dalam seminggu, guru-guru mengajar siswa SD Indonesia mencapai 33,75 jam. Bandingkan Amerika yang hanya 26.8 jam atau guru-guru di Jepang mengajar 17,7 jam perminggu. Yang menjadi masalah kita adalah dengan  jumlah jam dan banyaknya materi  yang dipelajari siswa Indonesia ternyata tidak berbanding lurus dengan kualitasnya. 

Karena itu, mari kita merevitalisasi pendidikan Indonesia agar efisien dan berkualitas. Ide saya sederhana dan sudah dikerjakan lebih dari 10 tahun dalam skala terbatas  yakni di lembaga yang saat ini bernama Sekolah Virtual Megana. Kami membuat SD SMP SMA Virtual Terbuka. Dengan model ATM Amati Tiru Modifikasi dari Universitas Terbuka.

Universitas Terbuka di Indonesia terbukti menjadi lembaga pendidikan tinggi yang paling eksis di masa Covid-19 dan era New Normal Pendidikan. Saatnya, Pemerintah Indonesia membuka SD SMP SMA Virtual Terbuka atau Sekolah Virtual Terbuka yang terintegrasi untuk seluruh Indonesia sekarang juga.  Jangan ditunda lagi. 

  1. Siswa mendapat modul cetak yang dikirim langsung ke rumah masing-masing sebelum hari H dan Jam J siaran televisi. 

  2. Pada saat siaran televisi, mereka sudah membaca modul dan tinggal menambah wawasan materi dengan menonton televisi. 

  3. Setelah belajar lewat televisi, para guru di sekolah bisa lebih memperkaya wawasan siswa berdasarkan modul cetak.

  4. Siswa yang punya akses ke internet bisa juga mengakses Sekolah Virtual Terbuka jika membutuhkan pengulangan pembelajaran.

  5. Jadi semua siswa di Indonesia mendapat materi cetak yang sama dan tambahan pengajaran lewat televisi bagi seluruh siswa.  

  6. Selanjutnya, materi tersebut bisa diperkaya oleh guru-guru di sekolah, di PKBM, atau di Sanggar Belajar.  Di sini peran kreatifitas guru  sehingga bisa “menjual” ide bahwa sekolahnya lebih bagus dari sekolah lain. 

  7. Bisa juga jika memungkinkan, sekolah-sekolah menambah materi di luar modul cetak. Terserah, tetapi jangan menjadi beban bagi siswa dan orangtua di masa New Normal.

Jadi begitulah solusi nyata  dari kami, penggiat pendidikan, yang galau mencermati kualitas pendidikan dan kualitas guru Indonesia selama pandemi. Bahkan sebelum masa pandemi, buruknya kualitas pendidikan Indonesia sudah nyata.  Padahal dana APBN untuk pendidikan melimpah ruah. Namun di tangan orang-orang yang tidak amanah, dana melimpah  tidak bisa utuh sampai ke rakyat, maka yang menjadi taruhannya adalah kualitas generasi mudah Indonesia. Jangan sampai mimpi Membangun Generasi Emas Indonesia 100 tahun tahun 2045 nantinya , malah jadi mimpi buruk dan bahan tertawaan seluruh dunia.

Pendidikan itu tidak boleh coba-coba tetapi harus didasarkan pada rekam jejak yang sudah terbukti keberhasilannya. 

Terus terang, banyak orang baik yang skeptis dengan Pemerintahan Jokowi sekarang.  Banyak janji tetapi tidak banyak manfaat buat rakyat.  Program yang kelihatan berpihak ke rakyat, ternyata jika dikritisi malah lebih banyak menguntungkan "oknum oknum" tertentu, seperti Program Organisasi Penggerak dan Kartu Prakerja. 

Namun, mendengar Pidato Kenegaraan Presiden Jokowi hari ini, dengan sedikit harapan  saya bersedia berbagi pengalaman meningkatkan kualitas Pendidikan Indonesia, khususnya jutaan siswa di Daerah 3T. Jika  berkenan untuk detail pelaksanaan, monggo kita bisa diskusi lebih lanjut, atau email ke  ibumercy@gmail.com / mercy.sihombing@iais.co.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun