Mohon tunggu...
Mercy
Mercy Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu dua anak remaja, penggiat homeschooling, berlatarbelakang Sarjana Komunikasi, Sarjana Hukum dan wartawan

Pengalaman manis tapi pahit, ikutan Fit and Proper Test di DPR.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Rp 549,5 Triliun RAPBN Pendidikan 2020/2021, Saatnya Pemerintah Serius Berpihak pada Siswa Miskin dan 3T

14 Agustus 2020   17:30 Diperbarui: 14 Agustus 2020   18:05 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: hasil screenshot

Atau siswa yang lebih memilih jalur nonformal (tetapi berlegalitas di Kemdikbud) seperti Sekolah Virtual Megana, Homeschooling Komunitas Mercy Smart, Homeschooling Ka Seto, Homeschooling Primagama, dll. 

Komunitas siswa tersebut relatif tidak banyak kendala di masa New Normal.  Justru para siswa yang mampu secara ekonomi bisa menjadi lebih kreatif menikmati masa belajar New Normal dengan bimbingan memadai dari orangtua, guru, bahkan mendatangkan mentor secara eksklusif  ke rumah.   

Bahkan 5 % siswa tersebut menjadi jauh lebih produktif belajar, baik pelajaran sekolah maupun bidang lain yang menjadi minat dan bakatnya karena mereka punya akses dan fasilitas di internet. Waktu yang semestinya di sekolah yakni 6 - 10 jam, sekarang dari rumah mereka bisa memanfaatkan waktu untuk belajar hal lain yang menjadi minat dan bakatnya. 

Siswa Sekolah Virtual Megana, sebagai contoh.  Cukup belajar  1 - 3 jam sehari  (Kurikulum KTSP/Kurikulum 2013/Kurikulum Darurat Kemdikbud terbaru  untuk siswa sekolah formal dan nonformal).  Jatah waktu 8 jam sehari belajar masih ada jatah 5 - 7 jam yang bisa mereka manfaatkan untuk belajar Coding, bahasa Mandarin, dan mengintip cara-cara kreatif sesuai minat dan bakatnya untuk menghasilkan tambahan kegembiraan dan juga penghasilan. Jangan kaget jika  mereka sudah mampu berjualan online, menjadi dropshipper,  mulai berinvestasi di bursa saham, memberi kursus bahasa atau penulisan jurnalistik secara online.

Bagaimana dengan 95 % siswa lain, yang miskin, yang ada di Daerah 3T, dan siswa yang terpuruk secara ekonomi dan sosial?

Usulan Kerjasama Menolong Siswa Indonesia Daerah 3T 

Karena itulah, selaku penggiat pendidikan yang "baru" 14 tahun menekuni bidang pendidikan formal dan nonformal, saya terpanggil membagikan pengalaman melayani siswa dengan konsep hybrid yang terpantau penuh oleh para guru dan orangtua.

Konsep hybrid versi Sekolah Virtual Megana  adalah menggabungkan media cetak dengan media tambahan. Jika siswa bisa mengakses internet, berarti media tambahan adalah internet. Namun dengan berbagai kendala, maka, media tambahan yang bisa dimanfaatkan adalah Televisi yang bisa diakses semua siswa, termasuk di daerah 3T.

Solusi dan usulan saya sederhana tetapi  semoga efektif  dibanding perdebatan seputar dunia pendidikan yang  tiada akhir.   Perdebatan antara  guru - orangtua - KPAI - Komnas Anak - siswa - Dinas Pendidikan - Kemdikbud - Organisasi Penggerak - masyarakat - DPR komisi X - Organisasi Guru -dan seterusnya yang membuat pendidikan tambah kacau.

Program Peningkatan Kualitas Belajar Siswa

Karena itu perlu sekali semua pemangku kepentingan pendidikan untuk duduk bersama memikirkan masa sekarang dan masa depan pendidikan Indonesia. Jangan terjadi pembiaran, yang akhirnya menghukum 50 juta lebih siswa Indonesia. Siswa yang menjadi taruhan. Mereka  bertambah bodoh karena tidak difasilitasi pembelajaran sesuai situasi dan kondisi. Perlu tindakan cepat dan tepat, apalagi mengingat pendidikan Indonesia masuk kelompok paling rendah di dunia. 

Upaya Kemendikbud membuat Kurikulum Darurat bisa menjadi salah satu masukan bagi pembelajaran siswa Indonesia di masa New Normal dan seterusnya. Karena bagi penggiat dan pemerhati pendidikan, kurikulum pendidikan Indonesia sebelumnya dinilai belum tepat dengan situasi Indonesia. 

Kurikulum KTSP, Kurikulum 2013 secara penuh sejujurnya membuat siswa dan guru kelabakan karena banyaknya jumlah mata pelajaran. Sebagai info tambahan, Jika dijumlahkan tanpa jam istirahat, dalam seminggu, guru-guru mengajar siswa SD Indonesia mencapai 33,75 jam. Bandingkan Amerika yang hanya 26.8 jam atau guru-guru di Jepang mengajar 17,7 jam perminggu. Yang menjadi masalah kita adalah dengan  jumlah jam dan banyaknya materi  yang dipelajari siswa Indonesia ternyata tidak berbanding lurus dengan kualitasnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun