Mohon tunggu...
Mercy
Mercy Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu dua anak remaja, penggiat homeschooling, berlatarbelakang Sarjana Komunikasi, Sarjana Hukum dan wartawan

Pengalaman manis tapi pahit, ikutan Fit and Proper Test di DPR.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Komisioner KPK Minta Maaf pada Homeschooling (Teacher Supercamp KPK 2015)

2 November 2015   20:59 Diperbarui: 2 November 2015   21:06 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Rasa penasaran, bagaimana rasanya masuk gedung KPK hari ini terpuaskan.  Walaupun saya bukan penyidik KPK apalagi tahanan KPK (iiiih amit-amit).

Hari ini, atas kebaikan Mas Wili, Staf KPK, saya mewakili Komunitas MercySmart Homeschooling diundang mengikuti pembukaan Guru Menulis Antikorupsi di ruang seminar KPK lantai 1 gedung KPK jL HR Rasuna Said Kuningan Jakarta.

Pas saya sampai di Gedung KPK sekitar Pk 13an eh sudah ada demo yang minta KPK mengusut Kasus Hambalang, dengan bunga-bunga permintaan, meminta Ibas Sby diperiksa. Sementara di lantai 8, mantan anggota DPR, Dewi Limpo sedang diinterogasi.  Jadi lumayanlah, suasana gedung KPK memang terasa "berbeda" dengan gedung-gedung pencakar langit di seputaran Kuningan Jakarta.

Kembali ke acara yang saya hadiri adalah Pembukaan Teacher Supercamp 2015. Dari 500an tulisan para guru SMP dan SMA yang masuk, dipilih 25 karya terbaik dari seluruh Indonesia. Nah 25 orang guru ini dibayari KPK untuk ikut Camp 5 hari untuk membuat tulisan yang akan menjadi bahan modul KPK. "KPK sudah punya bahan antikorupsi untuk anak, dan sekarang kita membuat bahan untuk remaja, SMP dan SMA," begitu kata panitia SuperCamp.

Pembukaan itu ternyata mengusung seminar juga, walaupun seminar singkat, pembicaranya adalah Komisioner KPK Bapak Adnan Pandu Praja dan Mendikbud Anies Baswedan. Ternyata yang datang adalah Staf Ahli bidang pembangunan karakter, Taufik Hanafi. Dengan moderator Ketua Taman Bacaan Masyarakat, Firman Hardiansyah, kedua seminar singkat itu beberapa kali mendapat tepuk tangan dari para peserta, para tamu dan undangan.

Acara yang disesaki para pegawai negeri (mereka semua berseragam hijau-hijau berbadge Linmas) ternyata mayoritas dari para staf Dinas Pendidikan kota DKI Jakarta dan staf suku dinas pendidikan  Jakarta Utara, Pusat, Barat, Timur, dan Selatan serta penggiat dunia literatur berlangsung meriah termasuk mentor SuperCamp, Gola Gong.  Apalagi acara itu juga disesaki sekitar 40an wartawan yang sebenarnya mengejar Adnan Pandu untuk mencari tahu apakah ada tersangka lain dalam kasus suap Partai Hanura.

Budaya Keluarga Korupsi 

Dalam presentasinya, menarik sekali Adnan Pandu membuka dengan, budaya korupsi Indonesia adalah korupsi keluarga. Bapak dan Anak, bersekongkol korupsi percetakan Alquran. Selain bapak anak, KPK juga memeriksa  7 pasang suami istri yang bahu membahu korupsi milyaran rupiah. "Masihkah kita berhadap keluarga sebagai pilar anti korupsi?" begitu cetus Komisioner KPK.

Kekecewaan Pandu, demikian biasa disapa, makin bertambah ketika ia mendengar dari Pimpinan Universitas Terbuka, lembaga pendidikan resmi tingkat universitas yang membuka kelas untuk para guru, bahwa etos kerja guru di Indonesia memprihatinkan. Maksudnya bagaimana? Silakan anda menerjemahkan kata "Etos" yang bisa menyangkut soal etika, kejujuran, ketulusan, dan seterusnya. 

Kalau guru-guru memang perduli dan sepenuh hati mendukung gerakan anti korupsi, maka program Kantin Kejujuran, yang pernah digembar-gemborkan harusnya masih lestari dan mestinya makin berkembang saat ini. Guru yang antikorupsi semestinya menularkan semangat kejujuran secara real kepada para muridnya.  Namun nyatanya?  Kantin Kejujuran sudah bubar jalan, alias  bangkrut.

Karena itu, Pandu berharap ke-25 guru yang terpilih bisa menularkan nilai-nilai kejujuran. Namun grakan membagun budaya jujur menjadi literatur hanyalah gerbong, karena yang menjadi lokomotif adalah teladan nyata dari para guru.  Para guru yang dalam 24 jam kehidupannya dituntut menjadi tokoh panutan bagi anak didiknya maupun keluarga dan orang-orang di sekelilingnya. Semestinya para guru memang sudah memegang teguh nilai-nilai antikorupsi, dengan tindakan nyata, misalnya para guru komitmen mengajar dan tidak akan korupsi waktu mengajar, tidak terlambat datang dan pulang sebelum waktunya.

Kemasan Gerakan Anti Korupsi untuk Generasi Muda 

Selepas mendengarkan presentasi,  ada forum tanya jawab dengan para peserta dan undangan, termasuk pertanyaan saya sebagai penggiat Homeschooling. 

Mendapat kesempatan emas, maka saya tidak mau sia-siakan. Saya ungkapkan kekecewaan, mengapa Pihak Kemdiknas dan KPK tidak melibatkan secara intens komunitas homeschooling, Teacher SuperCamp KPK yang bertujuan  membangun budaya jujur dan berkarakter melalui literasi antikorupsi berharap membuat formula untuk bahan modul KPK bagi kelompok SMP dan SMA.  Bahwa 25 guru yang terpilih adalah guru sekolah formal SMP SMA dan 1 guru PKBM (Paket A/B/C) dan 1 guru madraah. Jadi tidak ada dari Komunitas Homeschooling.

Karena itulah saya berharap  agar selepas camp, para guru yang katanya pandai membuat literasi itu bisa menghasilkan karya indah, menyentuh, memotivasi, dan terpenting yang laku bagi target market, yakni anak-anak muda Indonesia. Jadi bukan untuk anak-anak didiknya saja, bukan untuk anak-anak sekolah formal SMP SMA, tetapi untuk semua generasi muda Indonesia.

Ada dua point yang saya sampaikan :

1. Saya mempertanyakan, di jaman gadget begini, apakah tidak lebih baik kita mencari formula yang disukai anak-anak muda sekarang, yakni program komputer dan televisi. Apakah kita mesti ngotot memaksa anak membaca buku yang literatur "berat". Jujur saja, saya aja makin malas membaca buku karena sudah ada cara yang lebih praktis, yakni program komputer.

Bahwa KPK maupun Kemdikbud bekerjasama dengan lembaga-lembaga tertentu, tetapi mari jujur,  berapa persen yang nonton acara atau program yang "membosankan" itu. Jadi, saran saya untuk Guru Menulis Anti Korupsi, "Jangan bikin program yang sesuai selera kita para generasi tua, tetapi tanya ke anak-anak kita, kemasan dan gaya bahasa apa yang menarik bagi mereka."

Jadi bukan dengan instruksi dan memaksa seperti  misalnya  Gerakan 15 menit membaca sebelum pelajaran dimulai (yang katanya membuat murid rajin ke perpustakaan sekolah) melainkan lebih kepada konten dan kemasan yang update sehingga para siswa dengan sukarela mereka berbondong-bondong menikmati nilai-nilai budaya antikorupsi. Harus ada terobosan yang dibuat Teacher SuperCamp 205 (ada kata SUPER) yang ditunggu-tunggu oleh bangsa Indonesia sehingga bukan saja para generasi muda usia 0 -19 tahun, tetapi para orangtuanya   akhirnya mengerti dan meyakini bahwa budaya antikorupsi merupakan keniscayaan, merupakan wujud manusia yang berbudi luhur dan beradab.

2. Saya meminta agar komunitas Homeschooling dilibatkan dalam barisan gerakan antikorupsi.

Sebagai perbandingan,  homeschooling (baca MercySmart Homeschooling) sudah dilibatkan di acara Hackathon Merdeka di Kompleks Istanan Negara, Bahkan dengan kemampuan mereka yang masih muda ini, terbukti anak-anak homeschooling yang masih SMP dan SMA, bisa menjadi finalis di antara 80 tim peserta yang semuanya adalah para mahasiswa dan lulusan S1 S2 bahkan S3 univeritas ternama negeri ini. 

http://www.kompasiana.com/ibumercy/hackethon-di-istana-presiden-dan-mercysmart-homeschooling_55dafe2ae8afbdd214059dc3

Bahwa 10 tahun terakhir ini, Komunitas Homeschooling adalah fenomena yang nyata berkembang di Indonesia. Data menunjukkan setiap tahun 1000 anak masuk homeschooling. Bahkan jauh lebih bannyak, anak-anak yang tadinya sekolah biasa, sekolah formal, sekarang pindah ke jalur homeschooling.

Secara random, saat ini, para peserta homeschooling adalah mayoritas kelompok keluarga menengah atas yang keluar dari pendidikan formal karena tidak mau waktunya dari pagi sampai sore habis cuma untuk mengerjakan tugas sekolah.

Karena itu justru anak-anak homeschooling saat ini, diakui atau tidak, menjadi kekuatan baru dari anak-anak Indonesia yang kreatif, kritis, dan berani mengeksplore bakat dan talenta dari sedini mungkin usia. Dengan sistem pendidikan homeschooling yang terbuka, kreatif dan menjadikan siswa sebagai subyek maka secara otomatis, para homeschooler terlatih berani mengekspresikan dirinya. Oleh karena itu, potensi kelompok Komunitas Homeschooling harusnya mendapat perhatian dari Pemerintah (Kemdiknas) dan juga lembaga-lembaga yang ingin membangun generasi muda Indonesia yang lebih baik.

Komisioner KPK minta maaf

Menanggapi "protes" itu,  langsung Komisioner KPK, Adnan Pandu meminta maaf karena tidak mengundang lembaga Homeschooling untuk berpartisipasi dalam Teacher SuperCamp KPK 2015.  

Bahkan secara terbuka di hadapan para peserta,undangan, dan wartawan yang memenuhi ruang seminar KPK, Pak Pandu meminta agar di SuperCamp yang berlangsung 5 hari ini, panitia bisa menyediakan fasilitas untuk guru / tutor homeschooling.

Jadi Bagaimana nih, panitia Supercamp KPK?

Pimpinan KPK sudah secara terbuka loh meminta Komunitas Homeschooling diikutsertakan ???

Karena itu, atas nama MercySmart Komunitas Homeschooling,  dan juga kawan-kawan di seluruh Indonesia yang menjadi penggiat homeschooling komunitas, kami tunggu aksi nyata panitia Teacher Supercamp KPK 2015.

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun