Mendapat kesempatan emas, maka saya tidak mau sia-siakan. Saya ungkapkan kekecewaan, mengapa Pihak Kemdiknas dan KPK tidak melibatkan secara intens komunitas homeschooling, Teacher SuperCamp KPK yang bertujuan  membangun budaya jujur dan berkarakter melalui literasi antikorupsi berharap membuat formula untuk bahan modul KPK bagi kelompok SMP dan SMA.  Bahwa 25 guru yang terpilih adalah guru sekolah formal SMP SMA dan 1 guru PKBM (Paket A/B/C) dan 1 guru madraah. Jadi tidak ada dari Komunitas Homeschooling.
Karena itulah saya berharap  agar selepas camp, para guru yang katanya pandai membuat literasi itu bisa menghasilkan karya indah, menyentuh, memotivasi, dan terpenting yang laku bagi target market, yakni anak-anak muda Indonesia. Jadi bukan untuk anak-anak didiknya saja, bukan untuk anak-anak sekolah formal SMP SMA, tetapi untuk semua generasi muda Indonesia.
Ada dua point yang saya sampaikan :
1. Saya mempertanyakan, di jaman gadget begini, apakah tidak lebih baik kita mencari formula yang disukai anak-anak muda sekarang, yakni program komputer dan televisi. Apakah kita mesti ngotot memaksa anak membaca buku yang literatur "berat". Jujur saja, saya aja makin malas membaca buku karena sudah ada cara yang lebih praktis, yakni program komputer.
Bahwa KPK maupun Kemdikbud bekerjasama dengan lembaga-lembaga tertentu, tetapi mari jujur, Â berapa persen yang nonton acara atau program yang "membosankan" itu. Jadi, saran saya untuk Guru Menulis Anti Korupsi, "Jangan bikin program yang sesuai selera kita para generasi tua, tetapi tanya ke anak-anak kita, kemasan dan gaya bahasa apa yang menarik bagi mereka."
Jadi bukan dengan instruksi dan memaksa seperti  misalnya  Gerakan 15 menit membaca sebelum pelajaran dimulai (yang katanya membuat murid rajin ke perpustakaan sekolah) melainkan lebih kepada konten dan kemasan yang update sehingga para siswa dengan sukarela mereka berbondong-bondong menikmati nilai-nilai budaya antikorupsi. Harus ada terobosan yang dibuat Teacher SuperCamp 205 (ada kata SUPER) yang ditunggu-tunggu oleh bangsa Indonesia sehingga bukan saja para generasi muda usia 0 -19 tahun, tetapi para orangtuanya  akhirnya mengerti dan meyakini bahwa budaya antikorupsi merupakan keniscayaan, merupakan wujud manusia yang berbudi luhur dan beradab.
2. Saya meminta agar komunitas Homeschooling dilibatkan dalam barisan gerakan antikorupsi.
Sebagai perbandingan, Â homeschooling (baca MercySmart Homeschooling) sudah dilibatkan di acara Hackathon Merdeka di Kompleks Istanan Negara, Bahkan dengan kemampuan mereka yang masih muda ini, terbukti anak-anak homeschooling yang masih SMP dan SMA, bisa menjadi finalis di antara 80 tim peserta yang semuanya adalah para mahasiswa dan lulusan S1 S2 bahkan S3 univeritas ternama negeri ini.Â
Bahwa 10 tahun terakhir ini, Komunitas Homeschooling adalah fenomena yang nyata berkembang di Indonesia. Data menunjukkan setiap tahun 1000 anak masuk homeschooling. Bahkan jauh lebih bannyak, anak-anak yang tadinya sekolah biasa, sekolah formal, sekarang pindah ke jalur homeschooling.
Secara random, saat ini, para peserta homeschooling adalah mayoritas kelompok keluarga menengah atas yang keluar dari pendidikan formal karena tidak mau waktunya dari pagi sampai sore habis cuma untuk mengerjakan tugas sekolah.