[1] Istilah M. Dawam Rahardjo untuk menamai upaya Cak Nur dalam artikel “Modernisasi”nya. Lihat, M. Dawam Rahardjo, Islam dan Modernisasi: Catatan atas Paham Sekularisasi Nurcholish Madjid, pengantar untuk Nurcholish Madjid, Islam, Kemodernan dan Keindonesiaan (Bandung: Mizan, 2013) hlm. 22.
[2] Ahmad Gaus AF, Api Islam Nurcholish Madjid, Jalan Hidup Seorang Visioner (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2010), hh. 82 – 83.
[3] Nurcholish Madjid, Modernisasi ialah Rasionalisasi bukan Westernisasi, dalam Nurcholish Madjid, Islam, Kemodernan dan Keindonesiaan.hh. 207 – 46.
[4] Julukan bernada optimis untuk Cak Nur yang beredar sekitar tahun 1966 – 1970, lihat Muhammad Kamal Hassan, Muslim Intellectual Responses to “New Order” Modernization in Indonesia (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian Pelajaran Malaysia, 1960) h. 118.
[5] Abdul Mustaqim, Epistemologi Tafsir Kontemporer (Yogyakarta: LkiS), h. 325.
[6] Ideology-oriented, istilah yang dipakai Cak Nur dalam “Modernisasi ialah Rasionalisasi bukan Westernisasi” untuk membela kecenderungan alur pikirnya yang “menonjolkan” ideologi Islam, namun secara tidak langsung disetujuinya sebagai alur pikir yang tertutup (sempit).
[7] Karya-karya ini secara lengkap dan baik sekali terdokumentasikan dalam satu jilid karya Nurcholish Madjid, Islam, Kemodernan dan Keindonesiaan.
[8] Istilah Dawam Rahardjo untuk menggambarkan tarik-menarik tanggapan terhadap Cak Nur yang dinilai berubah secara fundamental dalam pemikirannya, lihat Dawam Rahardjo, Islam dan Modernisasi. Istilah lain adalah “Muslim Idealis,” “Nurcholish sebelum Nurcholish yang pembaru,” dan “Natsir Muda,” lihat Muhammad Kamal Hassan, Muslim Intellectual Responses, hh. 21 – 30, 118.
[9] Ahmad Gaus AF, Api Islam Nurcholish Madjid, hh. 38 – 39, 81.
[10] M. Dawam Rahardjo, Islam dan Modernisasi.
[11] Ahmad Gaus AF, Api Islam Nurcholish Madjid, hh. 36 – 54.