Mohon tunggu...
Ibnu Arsib
Ibnu Arsib Mohon Tunggu... Mahasiswa - Bukan siapa-siapa, hanya manusia biasa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dapatkah Kita Bertemu Malam Ini?

28 Juli 2022   15:05 Diperbarui: 28 Juli 2022   15:32 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Juli, mau ke mana kau?" Pertanyaan itu tidak kalah keras dari yang pertama.

Aku pun tidak tahu lagi harus kemana. Kuhidupkan saja motorku. Di sepanjang jalan, mataku tidak pernah kering. Sekali-kali aku tatap foto Ibuku. 

Di atas motor sambil berjalan aku menciumnya dengan penuh kasih. "Bu. Aku kangen Ibu. Dapatkah kita bertemu malam ini?" tanyaku pada perempuan cantik dalam foto itu.

***

Aku tidak tahu sejauh mana aku menaiki motor. Aku tidak ingat nama semua daerah di Jakarta. Gelombang kehancuran dalam hidupku itu membuatku menjadi manusia yang tidak takut apa-apa lagi. 

Aku kembali memperhatikan kiri kananku. Untung saja aku pernah melintasi jalan itu bersama pacarku sebelum kami putus.

Aku berhenti di tepi jalan. Motor kubiarkan saja dengan kuncinya. Aku tidak butuh itu lagi. Biarlah orang yang selama ini menginginkan uang mengambilnya untuk dijual. Aku berlari sekencang yang kubisa. Aku masuk ke sebuah gedung yang belum selesai dibangun. 

Aku menghiraukan saja tulisan yang melarang masuk; "Dilarang Masuk! Tanah dan Bangunan Ini Telah Disita." Dan ada tulisan tiga huruf di sudut kiri plang itu; "KPK."

Tempat itu tidak asing bagiku. Sebelum putus, aku bersama pacarku berterimakasih pada KPK karena telah mengamankan tempat itu untuk kami sepulang sekolah. Aku berlari lagi menaiki anak tangga menuju lantai 4. Aku tidak tahu lagi berbuat apa kecuali terus menatap wajah Ibu. 

Mataku belum dapat kuajak untuk berdamai. Hatiku sesak dan pikiranku melayang entah kemana.

Aku pun mengambil keputusan, kemudian berkata, "Ibu, Juli kangen Ibu. Juli ingin ketemu sama Ibu." Kupeluk foto Ibu. Aku berjalan ke tepi gedung dan terus melangkah tanpa henti. Kedua mata kupejamkan, menghirup udara, dan mendekap foto itu lebih dalam lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun