Akhirnya terbukti di Pilkada DKI Ahok kalah telak. Angka kekalahan 18% itu bukan Rekayasa. Itu fakta bahwa semua kontroversialnya Ahok mengakibatkan kekalahannya.
Yang tidak diinginkan dalam pengguliran ide  Veronica Tan ialah para pendukung Ahok kembali mendukung Veronica Tan tanpa alasan kuat. Hanya sekedar pengganti kekecewaan lalu mereka kembali  lagi membuat kesalahan.
Seharusnya Hasil Pilkada DKI kemarin bisa membukakan mata para pendukung Ahok bahwa belum tentu semua hal yang mereka yakini tentang Ahok adalah suara mayoritas dari masyarakat DKI yang melihat Ahok sebagai sosok yang seperti apa. Â Para pendukung Ahok melihat dan menyimpulkan Ahok sebagai sosok Pahlawan sementara mayoritas penduduk DKI menilai Ahok sebagai sosok yang kontroversial yang tidak patut untuk dipilih lagi.
Mendukung seseorang haruslah dengan berbagai pertimbangan logika. Â Jangan karena kita suka sekali dengan ketokohannya akhirnya kita membutakan mata dan pikiran kita terhadap aspirasi orang lain.
Satu hal lagi saya menyoroti komentar-komentar pembaca artikel Yon Bayu yang menyamakan Veronica Tan dengan sosok Aung San Suu Kyi dan Corry Aquino. Waduh. Itu terlalu jauh perbandingannya.
Dukungan kedua tokoh itu berbasis dukungan massa pendukung level nasional terhadap suaminya. Kiprah politik dari suami-suami mereka sudah puluhan tahun dan membumi di masyarakat mereka. Wanita-wanita itu sama dengan level Megawati yang memang punya massa pendukung di level Nasional dari masing-masing negaranya.
Terlalu jauh membandingkan Veronica Tan dengan Aung San dan Corry. Membandingkan dengan Megawati saja cukup jauh. Dan kita semua tahu Megawati saja yang puluhan tahun berpolitik tidak punya elektabilitas yang cukup untuk bersaing di level top nasional. Apalagi seorang Veronica Tan yang belum diketahui kapabilitasnya seperti apa.
Mendukunglah dengan segala pertimbangan logika yang komprehensif. Jangan pernah mendukung tokoh karena hanya mengaguminya saja karena semua orang berbeda-beda  dalam mengagumi tokoh-tokoh yang ada.
Salam Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H