Mohon tunggu...
Ian Savio
Ian Savio Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perkembangan Pemilu? Penyalur Aspirasi atau Pengekang Kebebasan?

16 November 2017   00:54 Diperbarui: 16 November 2017   01:21 1671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

India memiliki lebih dari 800 juta pemilih, yang membuatnya sebagai negara demokrasi terbesar di dunia. Dalam rangka mengakomodasi pemilih sebesar itu, pemerintah mengadakan pemilu selama berminggu-minggu, atau bahkan berbulan-bulan. Yang terakhir pemilihan umum pada 2014, di mana warga negara India memilih 543 anggota parlemen, berlangsung selama sembilan hari yang terpisah-pisah dalam lima minggu.

6. Donald Trump vs Hillary Clinton

Pemilihan Presiden Amerika Serikat yang ke-58, 8 November 2016, merupakan Pemilu yang amat kontroversial. Kedua kandidat merupakan tokoh yang dibenci oleh beberapa kelompok masyarakat. Trump dengan kontroversi deportasi warga ilegal dan Clinton dengan masalahnya saat ia menjabat di kursi pemerintahan AS.

Meskipun hasilnya sudah jelas dimenangkan oleh Dobald Trump, banyak kelompok yang masih berkicau bahwa sesungguhnya Clinton-lah yang memenangkan Pemilu tersebut, sebab Clinton memperoleh 65.853.625 (48%) suara dibandingkan dengan perolehan suara Trump yang hanya 62.985.105 (45,9%) suara. Namun, karena Amerika Serikat menggunakan sistem distrik, Trump, yang menang di 30 negara bagian dan distrik kongres ke-2 Maine, mengalahkan Clinton yang hanya menang di 19 negara bagian dan Washington DC.

Kesimpulan

Pemilu merupakan salah satu cara menyalurkan pendapat yang difasilitasi oleh negara. Kita sebagai warga negara yang baik hendaknya menggunakan hak pilih kita dalam pemilu sebab suara kitalah yang akan menentukan nasib bangsa kita sendiri di masa depan. Mungkin ada di antara kita yang tidak setuju dengan pendapat bahwa pemilu merupakan penyaluran suara rakyat, mungkin mereka lebih setuju apabila pemilu merupakan pengekang kebebasan.

Namun demikian, semua itu tergantung dengan kondisi politik negara, misalnya Korea Utara, banyak yang berpendapat bahwa pemilu di sana hanya alat pemerintahan untuk menebas habis bibit-bibit perlawanan oleh rakyat sedangkan jika kita bandingkan dengan negara lain seperti Amerika Serikat dan Indonesia, kita tahu bahwa kitalah yang diuntungkan dengan adanya pemilu, penyalur aspirasi rakyat.

Untuk menekan angka golput, hendaknya pemerintah menggunakan solusi seperti e-votingatau bisa seperti Australia. Setiap warga negara Australia yang berusia lebih dari 18 tahun diwajibkan oleh hukum untuk mendaftar pemilu. Siapa pun yang tidak muncul pada hari pemilu didenda sebesar AU$20. Bila tidak membayar denda tersebut bahkan akan menambah denda hingga sebesar AU$180 dan dapat mengakibatkan tuntutan pidana.

Pemilu merupakan hal yang penting sebab pemilu menentukan bagaimana nasib bangsa 5 tahun ke depan. Pada dasarnya ini semua terserah kepada para pemilih, tetapi janganlah golput  sebab suara kita berharga untuk menentukan masa depan bangsa kita.

Jadi, bagaimana pendapat Anda? Pemilu? Penyalur Aspirasi atau Pengekang Kebebasan?

-IS

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun