Mohon tunggu...
ian sancin
ian sancin Mohon Tunggu... Novelis - Seniman

Penulis Novel Sejarah Yin Galema.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menggalorkan Tradisi Adat Begawai Urang Belitong (Bag.2)

14 Januari 2025   22:00 Diperbarui: 14 Januari 2025   21:05 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keramaian "Makan Bedulang di Festival Irau Degau Urang Belitong" HJKT 2016  (Sumber: Foto Kaka)

 

Menurut Dulhani bin Hajim, kelahiran 1928 adalah mantan penghulu nikah Kampong Aik Lanun Tanjung Kelumpang. Saat penulis berkunjung pada 26 Pebruari 2015 usia beliau 87 tahun. Beliau menerangkan secara seksama bahwa hingga tahun 1947, "bepaham" atau pria melamar perempuan masih berlaku (lalu, pria yang hendak menikah atau menuju tempat ijab Kabul di rumah perempuan diarak memakai iringan bunyian tawak-tawak bukan memakai gendang hadra) dan dilakukan pada tengah malam. Masa berikutnya, cara "melamar" (bepaham) tersebut berangsur hilang beralih mengikuti cara yang lazim dilakukan tradisi adat di bagian barat Pulau Belitung yaitu dilakukan siang hari dengan prosesi membolehkan pihak perempuan yang mengajukan tradisi bepaham (prosesi melamar)

Pada masa kini, jika anak remaja sudah diketahui bebiakan (pacaran) maka pihak orangtua kadangkala tak lagi melakukan tradisi "bepaham" (keinginan menikah sepenuhnya tanggungjawab sang anak) maka biasanya pihak perempuan langsung ke pase "Ngantarkan Jajak Gede" (inilah nampaknya, seolah olah calon pengantin perempuan yang melamar calon pengantin prianya)

 

T r a d i s i   y a n g   H i l a n g

Ada bagian tradisi yang hilang dan bakal hilang; Pengaruh adat Jawa yang dibawa oleh Ki Gede Ya'kob misalnya unsur budaya "Injak telor". Jika pada prosesi pernikahan adat Jawa hanya diinjak oleh pengantin pria saja. Namun di prosesi pernikahan adat Belitong, kedua pengantin mesti meninjak telok ayam dengan kaki masing-masing dengan secara bersamaan (ini bisa memaknai bahwa dalam kehidupan rumah tangga keluarga Melayu Belitong yang Islami tak ada yang lebih dominan, suami istri adalah setara dalam kawajibannya.

Budaya injak telor ada dalam rangkaian prosesi "Mandi Besimbor". Saat ini Mandi Besimbor itu sendiri sudah jarang dilakukan dalam acara tradisi pernikahan adat Belitong. Pengantin masa kini lebih mengutamakan kepraktisan prosesi pelaksanaannya yang modern daripada ribet dengan prosesi tradisional meski penuh khikmat memaknai nilai spiritual yang lebih dalam.

Tradisi Berinai (kesenian menari, bermusik, dan berpantun yang semuanya perempuan, dilakukan malam pertama di depan pasangan pengantin) sudah tak ada lagi. Terakhir ditemui oleh Dulhani Bin Hajim pada 1940. Begitu juga Kesenian Bekintong ada yang menyebutnya Betiong (kesenian menari, bermusik, dan bepantun yang semuanya pria, dilakukan pada perayaan nikah, di halaman rumah pengantin).

Disusun oleh Ian Sancin.

( Pengumpul data: Ian Sancin, Merwan Vinobi, Galuh Bebute)

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun