Mohon tunggu...
ian sancin
ian sancin Mohon Tunggu... Novelis - Seniman

Penulis Novel Sejarah Yin Galema.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menggalorkan Tradisi Turun Tanggak Tebu Belitong

20 Desember 2023   00:50 Diperbarui: 21 Desember 2023   06:51 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ritual tradisi turun tanggak tebu setelah berakhirnya masa takhta kerajaan Belitong  berakhir yaitu dari  masa Cakraningrat IX atau KA Mohammad Saleh 1873 hingga ke masa sekarang. Pola tradisinya kembali mengikuti pola pada fase pertama. Setiap keluarga turunan raja tak mesti mengambil lagi tebu menjalong dari gunong Petebu namun boleh mengambil dari mana saja. Sebab sejak tahun 1755 pusat pemerintahan Kerajaan Belitong sudah pindah dari Balok ke hulu Sungai Cerucok. 1821 pindah lagi dari hulu Ceerucok ke Tanjungpandan (Muara Cerucok) tebu menjalong boleh ditanam di mana saja oleh keluarga raja

Keluarga raja dari turunan KA Bustam alias Cakraningrat IV yang melakukan ritual tanggak tebu tak lagi memakai piring ke tujuh yang berisi pasir lembut untuk membuktikan kemungkinan sang bayi terwarisi bangsa bukan manusia. Turunan raja yang bukan murni manusia dianggap telah berakhir ketika dua raja terakhir bertakhta (KA Rahad dan KA Muhammad Saleh tak lagi menurunkan putra mahkota)

Pada fase ini rangkaian ritual tak juga memperebutkan uang kepeng atau koin yang dari  dalam piring dengan beras kunyit yang jumlahnya terbatas itu tapi disajikan juga sejumlah uang koin yang masih berlaku dengan jumlah semampunya. Uang kepeng dalam piring bercampur beras kunyit hanya simbol saja. Sedangkan anak anak yang merebutkannya tak lagi menjadi sasaran untuk mengabdi kepada kerajaan.

T u r u n   T a n g g a k   T e b u    d i   E r a   K e k i n i a n   

Dinamika budaya memungkinkan terjadinya perubahan. Namun tradisi ritual tanggak tebu memiliki makna terdalam masih kuat dipertahankan hingga kini. Kehadirannya di keluarga turunan raja masih tetap dilaksanakan dengan penyesuaian di tiap masanya. Misalnya dalam konteks kekinian, uang logam yang ditaruh di piring tak lagi mesti uang emas atau perak namun menggunakan uang logam biasa yang kuno atau yang tesedia di masa kini. Peralatan yang dipakai biasanya secara tradisi menggunakan piring warisan turun temurun, kini boleh menggunakan piring buatan masa kini. 

Tak hanya itu, kantib pemotong pinang juga boleh diganti dengan yang lain asal menyamai funginya maka ia bisa digantikan gunting atau pisau. Benda benda itu boleh berubah hanya  tata caranya yang tak berubah.

Bagi keluarga turunan raja yang di perantauan dibolehkan tidak melakukan ritual tersebut, boleh cukup bersalawat membaca Al barzanji dan doa selamat. Maka saat ini ritual tersebut lebih sering disebut "Selamatan Turun Tanggak Tebu". Hikmah terdalam yang muncul dari acara tersebut tentunya silaturahmi antar keluarga dekat atau jauh akan terus tersambung.

_______________________________________________ Pondok YG 23 18122023.

Kepustakaan.

  • Alie Idris KA. Galoran lisan turun temurun.
  • Hamid Abdul Haji KA. Tanpa penerbit. Tambo depati Cakraningrat.1934
  • Kurniawan Wahyu. Kerajaan Balok. Diknas Kepustakaan Kab Beltim.2017
  • Marihandono Djoko Prof. Dr, Dkk. Sejarah Bangka Belitung Jilid 2. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bangka Belitung. 2019.
  • Silsilah utama raja raja Belitong. Tanpa penerbit. 1870.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun