Mohon tunggu...
Mahéng
Mahéng Mohon Tunggu... Penulis - Author

Redaktur di Gusdurian.net dan CMO di Tamasya Buku. Penulis feature dan jurnalisme narasi di berbagai media.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadi Auni, Perempuan Mandiri di Tengah Tradisi Patriarki

15 November 2024   14:49 Diperbarui: 15 November 2024   15:01 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Auni. Foto: Digenerasi dengan kecerdasan buatan.

Saya tidak bermaksud menyalahkan siapa pun dari perpisahan ini. Menjadi Auni, sebagaimana panggilan sayang saya untuknya, tidak mudah. 

Ia hidup di lingkungan yang tidak berpihak kepadanya. Suatu waktu, dalam telepon "perpisahan" kami, Auni berkata dengan suara serak, "Betapa pedihnya ketika kebebasan untuk memilih, untuk menentukan hidup kita, dirampas hanya karena kita perempuan." 

Di ujung telepon, Auni bertanya, “Jun,” begitu panggilan sayangnya terhadap saya, “Bisakah aku jadi perempuan mandiri?” Suaranya terdengar ragu, dan saya bisa merasakan ketakutannya yang dalam. 

Saya bergeming, tidak punya kosakata untuk menjawabnya. 

Bagaimana bisa saya meyakinkannya bahwa dia bisa mencapai semua yang dia inginkan, sementara kami harus berpisah dengan luka yang masih basah?

“Auni, kamu akan jadi penulis yang hebat,” jawab saya, berusaha menenangkan hatinya. 

“Jangan berhenti menulis ya, itu pesanku yang pertama. Kedua, semoga jika kamu punya anak nanti, jangan sampai apa yang kamu alami juga dialami oleh anakmu.”  

Saya tau, kata-kata saya takkan bisa menggantikan kenyataan pahit yang harus kami hadapi, tapi saya juga ingin dia tau bahwa dia lebih dari sekadar peran yang ditentukan oleh tradisi. 

Ilustrasi Auni. Foto: Digenerasi dengan kecerdasan buatan.
Ilustrasi Auni. Foto: Digenerasi dengan kecerdasan buatan.

Auni adalah perempuan hebat yang telah mengubah saya dalam enam tahun kami bersama, dan saya yakin, dunia akan mengenalnya suatu saat nanti.

 “Mungkin kita akan bertemu di sebuah forum ketika kamu sudah menjadi penulis yang sukses,” lanjut saya, berusaha memberikan sedikit harapan di tengah perpisahan yang sulit ini. “Ingat dua pesanku ini, Auni. Kamu tidak sendiri.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun