Begitu pula dengan penggunaan gawai. Kita perlu membatasi konsumsi konten digital agar tidak berlebihan.
Jika analogi tersebut kurang tepat, anggap saja ini seperti bertanya kepada seorang petani: apakah seorang petani harus terus memegang cangkul selama 24 jam?Â
Jika demikian, bukan hanya cangkulnya yang bisa rusak, tapi tangannya juga bisa cedera!
Nah, jika ada bos yang memaksamu bekerja dengan cangkul selama 24 jam, itu tandanya sudah saatnya cari bos baru!
Menguasai Smartphone, Bukan Dikuasai Smartphone
Saya pernah berangan-angan di umur 40 tahun sudah tidak lagi menggunakan gawai sama sekali.
Mungkin terdengar "ekstrem," tapi banyak dari kita pernah punya keinginan untuk mengurangi ketergantungan pada smartphone. Namun, bagaimana caranya?
Sudah dua kali, saya memutuskan untuk melakukan eksperimen kecil—lebih tepatnya, plesiran: hidup tanpa sinyal.
Menghabiskan hampir sebulan di tempat yang jauh dari jangkauan jaringan. Awalnya, saya dan beberapa teman, termasuk influencer yang ikut dalam petualangan ini, merasa gelisah, meradang, dan bahkan tantrum.
"Bagaimana bisa hidup tanpa Instagram?" atau "Bagaimana kalau ada yang penting dari kantor?" adalah beberapa pertanyaan yang sering terlontar.
Namun, seiring berjalannya waktu, keajaiban mulai terjadi. Hari demi hari, kami semakin terbiasa dengan keheningan dan kesederhanaan. Kami berbincang, tertawa, deeptalk tanpa terdistraksi, dan menjelajah alam tanpa gangguan notifikasi.