Akhirnya, Kuwah Beulangong pun matang! Saat mencicipinya bersama, ekspresi terkejut menghiasi wajah para tim yang perutnya keroncongan. Pedasnya membakar lidah, kening berkerut, bikin mata berselaput.
Keanekaragaman Kuliner Indonesia
Masakan memang selalu mengundang beragam komentar, termasuk Kuwah Beulangng, dan itu hal yang wajar. Setiap orang memiliki preferensi rasa yang berbeda-beda.
Pengalaman saya dengan Kuwah Beulangong di Jogja menjadi contoh. Rasa pedasnya yang kuat mungkin tidak cocok bagi semua orang, terutama bagi lidah orang Jogja yang terbiasa dengan rasa manis.
Dikasih gula saja, Mahéng!
Saya bisa memahami konteks adaptasi makanan, untuk berdagang mungkin cocok, meski di sisi lain itu justru mengurangi keotentikan Kuwah Beulangong.
Lalu apakah Kuwah Beulangong versi kepala chef ala-ala ini bisa disebut makanan khas Aceh? Tentu tidak!
Sama halnya dengan makanan khas Indonesia. Rendang? Memang terkenal hingga ke mancanegara, tapi tidak bisa mewakili Papua. Coto? Sangat identik dengan Makassar, tapi tidak mencerminkan kekayaan rasa Jogja.
Lantas, adakah "makanan" yang bisa mewakili Indonesia?
Mungkin, sejauh ini satu-satunya hidangan khas yang bisa mewakili Indonesia adalah makan uang rakyat, ya mungkin saja. Menurut saya loh ya!