Mohon tunggu...
Mahéng
Mahéng Mohon Tunggu... Penulis - Travel Writer

Lahir di Aceh, Terinspirasi untuk Menjelajahi Indonesia dan Berbagi Cerita Melalui Karya

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Lahirkan Penulis Cilik: Mengasah Bakat Menulis Cerita Anak Bersama Najma Alya Jasmine

29 April 2024   20:22 Diperbarui: 29 April 2024   23:28 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi bersama Wokshop Menulis Cerita Anak. Foto:  Jogja Art Planet

Menjadi pendengar yang baik adalah prasyarat untuk menjadi penulis yang baik.

Kompasianer, inginkah kamu melihat anakmu berkembang menjadi penulis cilik yang penuh bakat? Atau, pernahkah kamu terpikir untuk menulis cerita yang disukai anak-anak dan mampu membangkitkan imajinasi mereka? 

Menulis untuk anak-anak memang berbeda dengan menulis untuk orang dewasa. Tapi, jangan ragu, kamu pun bisa melakukannya!

Banyak orang mengira cerita anak hanya sebatas fabel, dongeng, atau kisah tentang Barbie. Tapi, tahukah kamu bahwa pengalaman pribadimu pun bisa menjadi cerita anak yang menarik? 

Ingatkah saat kamu masih kecil? Pernahkah kamu menuliskan pengalamanmu di buku diary? Atau menceritakannya kepada orang tua dan teman-teman? Cerita-cerita sederhana itu, seperti saat kamu digigit tawon saat kecil, bisa menjadi inspirasi cerita anak.

Tulisan dua paragraf tentang pengalamanmu di taman kanak-kanak bisa menjadi cerita anak yang menarik dan berkesan.

Pada minggu 28 April 2024, Pasar Jembar yang dikurasi oleh Jogja Art Planet mengadakan lokakarya menulis cerita anak yang inspiratif. Lokakarya ini menghadirkan Najma Alya Jasmine, seorang penulis cerita anak berbakat yang telah menulis sejak usia 4 tahun.


Najma berbagi kisahnya tentang bagaimana ia memulai menulis cerita anak. Ia menceritakan pengalamannya saat kecil ketika ia melihat seekor tawon untuk pertama kalinya. 

Sebab tidak tahu apa itu tawon, ia mendekati dan menyentuhnya. Tak disangka, tawon itu menyengatnya dan membuatnya meringis kesakitan.

Pengalaman ini kemudian ia tuangkan dalam sebuah cerita sederhana:

Suatu hari aku di rumah saja. Kemudian aku melihat seekor semut besar. Kucoba pegang karena aku tidak takut dengan cicak dan kodok, jadi biasa mendekat. 

Tapi ternyata aku digigit dan sakit. Ternyata dikasih tahu ternyata itu adalah tawon.

Meskipun hanya dua paragraf singkat, cerita ini sudah cukup untuk disebut sebagai cerita anak. Cerita ini relatable dengan pengalaman anak-anak dan menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti.

Najma berbagi metode dan tipsnya dalam menulis cerita anak. Salah satu metodenya yang ia sarankan adalah menulis diari. Menurut Najma, membaca saja tidak cukup. Kita perlu berlatih menulis untuk meningkatkan kemampuan menulis cerita anak. 

Menulis diari membantu kita membiasakan diri menuangkan ide dan pikiran, melatih sudut pandang, dan menemukan struktur cerita yang menarik.

"Menulis diari membuat kita terbiasa menguraikan apa yang ada di pikiran kita," jelas Najma. "Penulis itu juga seniman, karena kita mengekspresikan apa yang ada di pikiran kita dan menjadikannya sesuatu yang memiliki pesan yang bisa tersampaikan kepada orang lain," sambungnya.

Diari juga menjadi sumber ide cerita yang tak terduga. Setiap hari, ada pengalaman baru yang bisa diceritakan. Bahkan diari yang terkesan rahasia pun bisa dipublikasikan.

"Caranya adalah dengan menuliskannya kembali dalam bentuk fiksi, cerita anak, dengan menggunakan nama samaran."

Namun, menulis cerita anak tidak selasuh menulis diari. Kita perlu menyesuaikan kata-kata agar mudah dipahami anak-anak. 

"Kita harus belajar bagaimana menyederhanakan kata-kata dan tidak membuatnya datar. Dan itu bisa dicapai dengan banyak membaca." 

Selakan, plot adalah elemen penting dalam menulis cerita anak yang menarik. Plot yang baik akan membawa si anak dalam petualangan yang seru, bergairah, dan penuh kejutan sehingga terus ingin membaca.

Najma juga membahas tentang plot serta sudut pandang yang tepat dalam menulis cerita anak.

"Dalam menulis cerita anak, sudut pandang orang ketiga lebih banyak digunakan, terutama ketika cerita itu fabel atau fantasi," jelasnya.

Namun, Najma pribadi lebih suka menggunakan sudut pandang orang pertama.

"Dengan sudut pandang orang pertama, 'aku' ini benar-benar memiliki kendali penuh atas cerita, sehingga mengetahui segala macam hal," ujarnya.

Cara Memunculkan Bakat Menulis pada Anak

Menulis bukan hanya tentang bakat, tapi juga tentang pembiasaan dan rangsangan. Najma menjelaskan bahwa rangsangan merupakan faktor penting dalam melahirkan penulis cilik.

Lalu, bagaimana cara "melahirkan" anak yang gemar menulis?

Najma menjelaskan bahwa kebiasaan menulisnya berawal dari kebiasaan orang tuanya membacakan buku dan majalah anak untuknya sebelum tidur. 

Cerita-cerita dalam buku dan majalah tersebut memicu imajinasinya dan membuatnya ingin menulis pengalamannya sendiri.  

"Aku ingin menjadi seperti mereka (yang ada dalam cerita), tapi bagaimana caranya?" 

Orang tua memang memiliki peran penting dalam melahirkan anak penulis. Orang tua dapat memberikan akses buku dan media, kepercayaan diri, dan dorongan kepada anak untuk menulis dan mengungkapkan perasaannya.

Seringkali, orang tua lupa memberikan "kepercayaan" kepada anak mereka. Alih-alih membiarkan anak berkembang dengan bebas, banyak orang tua yang justru "menyetir" mereka, menentukan apa yang harus dilakukan dan menjadi apa di masa depan.

"Menurut saya, menulis itu linier dengan bagaimana anak ini bisa mengungkapkan perasaannya kepada orang lain," kata Najma.

 "Ketika mereka bisa menuangkannya lewat tulisan, kemungkinan mereka punya komunikasi yang baik dengan teman-temannya dan keluarga. Mereka terbiasa mengurai permasalahan dari kata-kata menjadi tulisan."

Mendengar: Kunci Menjadi Penulis yang Baik

Workshop Menulis Cerita Anak di Pasar Jembar yang dipandu oleh Najma Alya Jasmine tidak hanya memberikan teori, tetapi juga praktik langsung. 

Salah satu metode unik yang diperkenalkan oleh Najma dan bisa dicontohkan oleh orang tua di rumah adalah Listening and Then Writing (ini saya yang memberi nama, sebab Najma tidak memberikan nama untuk metode ini).

Najma mengungkapkan bahwa metode Listening and Then Writing ini terinspirasi dari salah satu Kompasianer bernama Herry Mardianto. 

Perkenalan Najma dengan metode ini terjadi saat dia mengikuti workshop menulis cerita fiksi yang diadakan oleh Herry.

Metode ini mengajak peserta untuk berpasangan dan saling bercerita tentang pengalaman berkesan di masa kecil. 

Masing-masing peserta memiliki waktu lima menit untuk menceritakan pengalamannya, baik itu menyenangkan, menyedihkan, atau apa pun yang berkesan. Teman pasangannya kemudian mencatat apa yang diceritakan.

Seperti kata Stephen R. Covey, "Mendengar memang tidak mudah. Kebanyakan orang tidak mendengarkan dengan maksud untuk mengerti; mereka mendengarkan dengan maksud untuk menjawab."

Kemampuan mendengarkan yang baik merupakan prasyarat untuk menjadi penulis yang baik. Seorang penulis yang baik harus mampu memahami apa yang dikatakan orang lain, menangkap maknanya, dan menuangkannya ke dalam tulisan dengan jelas dan akurat.

Setelah menjadi pendengar yang ulung, para peserta melangkah ke babak terakhir: menuangkan kembali cerita yang didengarnya ke dalam bentuk cerita anak  [mhg].

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun