Mendengar: Kunci Menjadi Penulis yang Baik
Workshop Menulis Cerita Anak di Pasar Jembar yang dipandu oleh Najma Alya Jasmine tidak hanya memberikan teori, tetapi juga praktik langsung.Â
Salah satu metode unik yang diperkenalkan oleh Najma dan bisa dicontohkan oleh orang tua di rumah adalah Listening and Then Writing (ini saya yang memberi nama, sebab Najma tidak memberikan nama untuk metode ini).
Najma mengungkapkan bahwa metode Listening and Then Writing ini terinspirasi dari salah satu Kompasianer bernama Herry Mardianto.Â
Perkenalan Najma dengan metode ini terjadi saat dia mengikuti workshop menulis cerita fiksi yang diadakan oleh Herry.
Metode ini mengajak peserta untuk berpasangan dan saling bercerita tentang pengalaman berkesan di masa kecil.Â
Masing-masing peserta memiliki waktu lima menit untuk menceritakan pengalamannya, baik itu menyenangkan, menyedihkan, atau apa pun yang berkesan. Teman pasangannya kemudian mencatat apa yang diceritakan.
Seperti kata Stephen R. Covey, "Mendengar memang tidak mudah. Kebanyakan orang tidak mendengarkan dengan maksud untuk mengerti; mereka mendengarkan dengan maksud untuk menjawab."
Kemampuan mendengarkan yang baik merupakan prasyarat untuk menjadi penulis yang baik. Seorang penulis yang baik harus mampu memahami apa yang dikatakan orang lain, menangkap maknanya, dan menuangkannya ke dalam tulisan dengan jelas dan akurat.
Setelah menjadi pendengar yang ulung, para peserta melangkah ke babak terakhir: menuangkan kembali cerita yang didengarnya ke dalam bentuk cerita anak  [mhg].